Twenty-sixth Page

112 19 5
                                    

Dua hari setelah kejadian aneh sore kala itu, kini Echan, Injun, Nata, dan Jeno melaksanakan rencana mereka. Jeno dan Nata harus berpisah lebih dahulu untuk latihan.

Chia, Ara, Echan, dan Injun tidak langsung ke parkiran. Mereka memilih untuk menunggu di tangga, hingga sekolah cukup sepi.

Sebenarnya itu bukan alasan utama, lebih tepatnya mereka menunggu jawaban orang tua Chia agar mengizinkan anak bungsunya itu menginap. Ini kali pertama Chia sulit untuk meminta izin, biasanya Chia yang paling mudah untuk diajak kemanapun bahkan kapanpun.

Echan menatap Chia yang menghela napas setelah menjauhkan ponsel dari telinga, "Gimana, Chi?" tanya Echan.

Chia menoleh dengan bibir mengerucut, ia menggeleng kepalanya lemah karena tak dapat jawaban setelah berkali-kali ia menelepon ibunya.

Injun menghembuskan napas setelah selesai mengepang rambut Ara, "Tumben amat susah, Chi." Ujar Injun seraya menoleh ke arah Chia yang hanya menghela napas.

"Malam nanti ada pertemuan gitu antar bisnis, karena kakak gue ada kegiatan jadi gue yang harus ikut." Chia menjelaskan sembari kembali mencoba mengirimi pesan pada ibunya.

Ara melirik rambut yang terkepang sejenak lalu berdecak kepada Injun yang bersandar padanya, "Injun, ish!" Ara memukul Injun lalu melepaskan kepangan tersebut. Ia tak begitu suka di kepang, karena rambutnya akan bergelombang.

Hening sejenak sampai dering ponsel Chia membuat ketiga temannya menoleh, Chia melihat nama yang tertera lalu mendesah kesal, "Apa?" Chia menjawab dengan ogah-ogahan.

Alis Chia menukik mendengar jawaban di sebrang sana, seketika senyumannya mengembang lalu mengguncang lengan Echan yang berada di sebelahnya.

"Iya?! yaudah, gue langsung jalan soalnya." Chia segera memutuskan sambungan telepon tanpa menunggu jawaban dari lawan bicaranya.

Chia kembali mengguncang tubuh Echan seraya menjerit kesenangan, Chia memeluk Echan erat sedangkan lelaki yang menjadi korban hanya mendelik ke arahnya dengan alis mengerut. Begitu juga Ara dan Injun, mereka saling lirik melihat kelakuan Chia setelah mendapatkan telepon entah dari siapa.

Chia melepaskan pelukannya lalu beranjak berdiri di hadapan Echan, Injun, dan Ara, "Let's go bestie, kita capcus." Jeritnya seraya menunjuk ke arah langit.

Begitu mengerti maksud Chia, mereka sontak menjerit kegirangan. Injun dan Echan terbawa suasana, mereka berdua menjerit mengikuti suara perempuan.

Ara dan Chia yang semula saling menjerit dan tertawa terdiam, lalu mendelik ke arah Echan dan Injun yang mengikuti mereka berdua.

° ° °


Malam tiba, semua sudah berkumpul di rumah Echan. Kini mereka sedang bermain di ruang tengah. Saat sedang asik bermain, Syara keluar dari kamar dengan pakaian rapih membuat Echan yang semula fokus menertawakan Chia menoleh.

"Mau kemana tuch, rapih bener," celetuk Echan membuat kelima temannya menoleh, berawal menoleh ke arahnya kini mereka menoleh ke arah Syara.

Wanita paruh baya yang tengah membenarkan letak jam tangan mendelik, ia berdecak melihat lirikan jahil dari anaknya.

"Mau date dulu sama, ayah. Kalian kalo laper masak sendiri gapapa kan? Tante udah marinasi ayam sama daging, kalo kalian mau tumis atau goreng." Syara yang semula mendelik ke arah Echan kini menatap teduh ke arah sahabat anaknya.

"Iya gapapa, Tan." Saut mereka seraya tersenyum pada Syara, tak lama Jion terlihat dengan pakaian yang sama rapih dan juga terlihat seiras. Reflek Echan serta Ara menggoda Syara dan Jion yang menggunakan pakaian seiras, dengan wajah memerah Syara tergesah-gesah jalan keluar rumah sampai lupa untuk pamit.

Evanescent [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang