Keadaan hening kini menyelimuti Nata, Echan, Chia, Injun, dan Jeno. Suasana yang mustahil ada pada mereka, kini terjadi. Kelima remaja tersebut hanya termenung, mencerna semua kejadian yang mereka alami beberapa waktu belakang hingga hari ini. Helaan napas Echan menyuara membuat keempat sahabatnya menoleh. Tepat saat Chia menoleh, Echan tengah memandanginya.
Merasa tengah diintimidasi, Chia segera memalingkan pandangan dan mengeratkan rematannya pada jaket milik Ara. Injun yang paham dengan tatapan Echan segera buka suara, "Chi," suara rendah Injun membuat jantung Chia semakin berdegup. Ia paham apa yang akan mereka pertanyakan kepadanya.
"Bisa kasih gue waktu?" jawab Chia, tanpa menunggu Injun melanjutkan ucapannya.
Jeno menghembuskan napas sembari memejamkan mata, "Sampe kapan? keadaannya udah begini, lu masih nutupin semuanya?" tiada nada tinggi dalam obrolan ini, tetapi nada rendah yang dilontarkan Injun dan Jeno cukup membuat Chia ingin menangis ketakutan.
"Gue butuh waktu buat cerita semuanya, bahkan semua yang diceritain Ara ga ada yang bisa gue cerna dengan akal sehat!" ucap Chia yang terus memandang ke arah rumput taman.
"Lu pikir, semua yang udah kita alami ini bisa masuk akal?" Nata kini angkat suara, ia menatap Chia dengan sorot mata yang lelah, "gue cape, Chi ... gue cape jadi jembatan buat lu sama Ara, tolong ... gue mohon, tolong jelasin semuanya, biar gue paham apa yang sebenernya gue alamin selama ini," ungkap Nata diiringi suara bergetar menahan tangis.
Chia terenyuh, ia menatap Nata yang kini menunduk dengan tangan yang terus memukul-mukul pelan kepala. Chia menghela napas, "Ara ga sengaja, dia juga gatau bakalan begini. Dia ga minta buat ada, tapi ortu dia maksa buat dia ada dan menghalalkan segala cara." Echan menoleh mendengar ucapan Chia.
Chia yang merasa Echan tengah menatapnya, kini dengan sorot mata amarah menatap Echan, "Ini semua salah, lu!" Chia meninggikan suara dan terus menatap Echan dengan linangan air mata, "kalo aja lu cepat tangkap sama apa yang terjadi di rumah nenek lu, semuanya bakalan cepet diatasi!" jerit Chia lalu menangis.
Jeno dan Injun sontak menatap Echan, sedangkan Echan yang ditatap hanya diam dan mengingat semua yang ia alami. Hingga akhirnya ia mengingat semuanya, ia menangis setelah menyadari mengapa Lilo mengajaknya melihat ritual yang tengah neneknya lakukan. Seharusnya ia dengan cepat menghancurkan seluruh isi bilik yang berada di belakang rumah nenek, tetapi ia hanya diam karena tak mampu mencerna apa yang telah terjadi.
"Nenek gue ngasih sesuatu, tapi ga boleh dibuka."
"Jangan, itu yang bisa nyelamatin, Ara!" sela Chia seraya memegang lengan Echan, lelaki itu menatap Chia dengan raut wajah keheranan.
"Kok ... lu tau? gue belom ngasih tau apapun, bahkan ke mereka bertiga." Echan menunjuk Injun, Jeno, dan Nata yang langsung menoleh setelah selaan Chia.
"Ara yang cerita, dia bilang cuman Echan yang bisa mutusin kutukan sialan itu. Tapi ..."
"Tapi apaan?!" tanya Injun dengan nada tinggi, Chia berdecak, "tapi Ara gatau apa yang bakalan terjadi setelah Echan mutusin kutukannya, Ara cuman tau sampe keturunan pure laki-laki pertama yang bisa lepasin kutukan itu. Terlebih lu pure laki-laki, tanpa harus bantuan iblis sialan itu." Lanjut Chia lalu mendapatkan cibiran dari Echan, karena menekankan kata 'Iblis' sembari melirik dirinya.
"WHAT? jadi, maksud lu ... Ara?" Echan menghela napas menatap Injun yang terlihat sangat terkejut, "Iya ... Ara ada karena bantuan iblis, sialnya nenek gue yang bantuin itu." Setelah mendengar penjelasan singkat Echan. Nata, Jeno, dan Injun hanya bisa menatap Echan dengan mulut terbuka. Tak percaya jika sahabatnya adalah anak hasil perjanjian manusia dengan iblis.
"Gue kira beginian cuman ada di film-film fantasy sama horor, ternyata sahabat gue sendiri yang ngalamin," oceh Injun lalu memiringkan kepalanya berpikir sejenak, "Berarti kalo selama ini gue katain die anak setan, ga salah kan, ya?" gumam Injun yang langsung mendapatkan pukulan di belakang kepalanya dari Jeno. Injun tersenyum kikuk dan mengulurkan dua jari membentuk pease, setelah melihat tatapan Jeno yang terlihat sangat emosi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Evanescent [END]
FantasyBeberapa orang, mungkin mempunyai kepribadian yang mengejutkan bahkan untuk orang terdekat. Terkadang, apa yang kita lihat belum tentu bisa menjawab semuanya. Karena pada dasarnya, sebuah pertanyaan tidak memiliki jawaban yang masuk akal, bukan? Seb...