Twenty-fifth Page

104 25 0
                                    

Suasana kelas begitu tenang, semua murid fokus menulis materi yang tengah sektretaris kelas tulis. Ada yang menulis di meja, ada juga yang memilih menulis di lantai. Guru tidak mempermasalahkan hal tersebut, kelas MIPA 2 dapat belajar dengan tenang saja para guru sudah bersyukur.

Di tengah ke tenangan, suara ketukan pintu membuat seisi kelas menoleh. Ternyata petugas tata usaha, ia tersenyum lalu masuk kelas untuk memberikan sesuatu pada guru yang tengah membaca buku materi. Setelah itu, petugas langsung pamit dan guru menyuruh sektretaris untuk berhenti menulis.

"Duduk dulu," ucapnya lirih, ia menepuk lembut bahu muridnya juga memerintah murid untuk duduk di tempat mereka masing-masing.

Injun menyipitkan matanya melihat setumpuk kertas yang guru pegang, "Jadwal ulangan ges," bisik Injun pada Echan yang baru saja duduk, karena ia salah satu murid yang memilih menulis di lantai.

Echan bergidik mendengar ucapan Injun, ia langsung melihat yang gurunya pegang. "Anjir, sekolah ngang-ngong ngang-ngong, tiba-tiba ulangan," celoteh Echan membuat Injun terkekeh lalu lanjut menulis, tanggung karena sedikit lagi selesai.

"Baik, setelah ini langsung bersiap pulang saja," Wanita paruh baya itu melihat ke arah jam dinding kelas, "Lima menit lagi bell juga soalnya, untuk materi nanti sekretaris foto lalu bagikan di grub. Lusa ada pelajaran, Ibu kan? nanti Ibu periksa." Lanjutnya lalu jalan menuju barisan meja pojok kiri yang sejajar dengan meja guru.

"Ini udah ada jadwal ujian kalian, materi ini juga bisa jadi kisi-kisi buat ulangan, ya." Mendengar informasi tersebut, membuat murid yang semula tak begitu peduli dengan materi langsung melirik ke arah sekretaris kelas.

"Yasudah, kalian beres-beres. Ini yang Ibu panggil langsung pulang aja." Setelah itu seisi kelas bersorak kegirangan, karena mereka sangat jarang bisa pulang lebih awal jika ada guru.

Kelas MIPA2 menjadi yang pertama keluar kelas, mereka meledek dan memanas-manasi kelas yang belum keluar. Koridor begitu ricuh, semakin ricuh saat Nata dan Echan bersatu untuk meledek satu persatu kelas yang mereka lewati.

"Pulang kok nunggu bell, pulang duluan dong, biar pro!" Teriak Nata dan Echan ketika berada di ujung koridor sebelum menuruni tangga. Ara dan Chia sekarat dalam tawa mereka, begitu pantat Nata dan Echan di pukul menggunakan buku oleh guru yang mengajarnya tadi.

Injun ikut tergelak melihat Echan yang menghindari pukulan, sedangkan Nata dengan liciknya memeluk lengan guru tersebut seraya tersenyum manis. Jeno hanya geleng kepala seraya menuruni tangga dengan tangan memegang kepala Ara yang hampir terbentur jendela kelas.

Gadis itu tentu tak sadar, ia terlalu asik tertawa sembari saling pukul memukul dengan Chia. 

Tak sampai di sana, Echan dan Nata terus berteriak hal yang sama sepanjang jalan menuju parkiran. Kali ini bukan hanya Nata dan Echan, Injun ikut serta bersama mereka berdua lalu lari terbirit-birit begitu mendengar bell pulang berbunyi.

Sesampainya di parkiran, mereka tidak langsung bersiap untuk pulang, melainkan berbincang terlebih dahulu sembari menunggu Chia di jemput. 

Di saat yang lain asik mengobrol, Nata malah terdiam dengan posisi berjongkok. Injun yang sadar langsung meledek, "Batrenya abis tuh, padahal tadi ketawa kayak orang kesurupan." Nata mendelik ke arah Injun, melihat itu Injun yang semula ingin ketawa langsung terdiam.

Jeno terkekeh, "Mampus," ucapnya tanpa suara ditujukan untuk Injun yang kini meringkuk di belakang Echan.

Chia yang tadinya fokus mengobrol dengan Ara melirik Nata, "Kenapa, Nat?" tanya Chia, seketika ekspresi Nata berubah, yang awalnya datar nan menyeramkan menjadi senyum lebar sampai giginya terlihat.

Evanescent [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang