Tangis Aya pecah menyaksikan kedua orang tuanya terbaring lemah di brankar rumah sakit dengan selang oksigen yang menempel tepat di hidung keduanya. Mata yang sering menatap Aya penuh semangat dan ceria kini tertutup, melihat betapa banyak luka di tubuh keduanya membuat dada gadis itu semakin sesak, air matanya kian luruh dengan perasaan campur aduk.
Bibir mungilnya bergetar tidak dapat berkata apapun selain menangis. Ia meraih tangan ibunya. "Aya mohon cepat sadar Mami, jangan tinggalin Aya sendirian. Aya gak punya siapa-siapa lagi selain kalian."
Aya merupakan anak tunggal. Memiliki sifat manja membuat Aya sulit untuk hidup mandiri. Mendengar kabar kecelakaan kedua orang tuanya sukses membuat gadis itu panik. Perasaan akan kehilangan langsung masuk ke dalam pikirannya. Jika itu terjadi, maka Aya tidak tau lagi bagaimana lagi menjalani hidup.
Keluarga Aya cukup kaya. Ayah dan ibunya--Anggi memiliki usaha dalam bidang masing-masing.
Papinya merupakan Ceo di sebuah perusahaan. sedangkan ibunya merupakan desainer yang cukup terkenal di Indonesia.
Kini tubuh kecilnya beralih mendekati sang ayah. Isak tangis kembali terdengar pilu. Mata sayunya menatap Dito dengan penuh harapan. Harapan untuk segera sadar dan membalas tatapannya.
"Papi kok merem terus sih? Aya sedih liat Papi sama Mami kayak gini, gak ada niatan buat buka mata gitu? Meluk Aya, usap-usap kepala Aya kalau lagi nangis gini. Kalian berdua gak boleh ninggalin Aya. Pikiran buruk Aya tentang Papi sama Mami gak boleh terjadi. Awas aja, kalau kalian ninggalin Aya." Ujar Aya penuh ketulusan. Walau terkesan agak galak, kata demi kata yang terucap membuat hatinya semakin sakit, air bening itu kembali lolos dengan isakan yang semakin kencang.
Aya terduduk di lantai dengan tatapan kosong. Melipat tangan kemudian menopang kedua lututnya sebagai tumpuan untuk wajah yang ia sembunyikan.
Terdengar suara tapak kaki seseorang dari luar menuju ke ruangan, namun tak berhasil membuat Aya memberhentikan tangisnya.
Tiba-tiba sebuah tangan mengusap kedua pundaknya. Aya tak mengindahkan, tidak ada pergerakan yang ia lakukan, hanya suara isakan sebagai respon.
"Aya sini Tante peluk," seorang wanita paruh baya hadir tepat di depan Aya, merengkuh tubuh kecil gadis itu ke dalam pelukan hangatnya.
Mengusap rambut Aya mencoba menenangkan.
Wanita yang berada di depan Aya saat ini adalah Syifa, ibunda dari Dekayas Arsenio Anggara. Tidak hanya sendiri, Syifa juga pergi bersama suami serta anaknya, Deka.
Malik selaku suami dari Syifa berdiri tepat di samping brangkar Dito. Ia juga terpukul ketika mendengar kabar bahwa sahabat sejak SMA nya itu mengalami kecelakaan. Wajah sendu dan rasa cemas begitu kentara dalam diri Malik saat ini. Matanya sedikit berair, namun segera ia usap.
Sedangkan Deka hanya diam. Hanya wajah datar yang tercetak di wajah tampannya. Walaupun ia cukup kenal dengan Dito karena Malik sering kali mengajak anaknya itu ikut mengobrol jika Dito ke rumahnya datang bertamu. Ia berdiri tak jauh dari posisi ayahnya saat ini. Kedua mata itu beralih menatap ibundanya yang masih terus menenangkan Aya.
Deka dan Aya sebelumnya belum pernah bertemu. Sikap akrab Syifa terhadap Aya mulai terjalin saat wanita itu selalu datang ke rumah Dito bersama suaminya. Ia bahkan sudah berteman dekat dengan Anggi.
Jujur saja Deka sedikit risih dengan suara tangis Aya. Namun, mengingat tragedi kecelakaan kedua orang tua gadis itu, Deka dapat memaklumi. Setiap anak pasti tidak ingin hal itu terjadi pada orang tersayang mereka. Jadi masih wajar-wajar saja.
Ia memilih untuk pergi melangkah keluar, belum sempat kaki itu melangkah. Suara lirih dari bibir Dito membuat Deka mengurungkan niatnya untuk segera keluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh untuk Dekayas (END)
Teen FictionDekayas Arsenio Anggara adalah cowok berandalan. Ketua dari geng motor bernama Delax. Deka memiliki pribadi yang galak. Lantas, entah kesalahan apa yang Deka lakukan hingga harus dipertemukan dengan gadis polos dan sangat cengeng. Namanya Ayana Zev...