39. Terpeleset

5.6K 218 29
                                    

Gimana?

Masih stay sama JUD? 🤧🧐

Makin ke sini, menurut kalian alurnya  cringe atau seru???? 🙈🗿

Dh lah langsung aja!

Happy Reading^^

“jelek!”

“kucel”

“guys mau liat orang hutan gak?”

Kompak seisi kelas dengan seragam putih biru itu menoleh, memandang sambil sesekali tertawa di atas kepedihan seorang remaja yang kini tengah menunduk menahan malu.

“Mandi sono! Kulit hitam lo perlu digosok biar putih!” cerca Deka memasang raut sok jijik di hadapan Rendi.

Deka asik sendiri hingga tak menyadari bahwa sorot mata Rendi menyiratkan penuh dendam. Kedua tangannya mengepal kuat, masih setia menatap tajam semua orang yang menertawakan dirinya.

“Kenapa? Mau ngadu ke ortu? Iya?!” ejek Deka. Setelahnya, disusul oleh tawa sebagian murid di sana. Raut bangga Deka tampilkan sehabis mengeluarkan kata-kata pedas itu dari bibirnya.

“Oh iyah! Lo kan yatim piatu, mana bisa ngadu. Kecuali lo ikut mati juga,” ucapnya pelan menunjukkan seolah-olah dirinya ikut prihatin.

“Ren lo lebih cocok sekolah di daerah-daerah terpencil. Di kota kayak gini, bukan tempat lo. Terbukti kan sekarang, lo jadi bahan bullying gue.” Deka bersedekap dada, sebelah tangannya beralih meraih buku di atas meja Rendi. Tanpa merasa bersalah kepada sang pemilik, Deka dengan angkuh merobek buku tersebut menjadi beberapa bagian. Menginjak-injaknya sambil melirik raut datar korbannya.

Amarah dalam hati menggebu-gebu, memaksa Rendi untuk segera melawan. Namun, lagi-lagi dirinya selalu berakhir enggan. Luka di hati kian bertumpuk semakin bertambah setiap harinya. Hanya tatapan mata yang berbicara menggambarkan kepedihan yang saat ini ia alami.

Rendi menjatuhkan pandangan, menatap pasrah buku tulis yang telah berserakan. Ia berjongkok, tepat di hadapan Deka yang tengah menaikkan satu kaki layaknya raja di sebuah istana kerajaan.

“Tunggu pembalasan gue,” batinnya berkata penuh tekad.

Sontak Rendi membuka penglihatannya, mengubah posisi menjadi duduk. Dirinya tidak tidur, melainkan mengingat kejadian pahit di masa lalu sembari memejamkan mata.

“Walaupun sikap lo sekarang berubah, di mata gue lo tetap Deka yang dulu. Angkuh dan kejam.” Rendi Mengulas senyum miring  melihat foto seorang gadis. Seseorang yang menjadi teman hidup sahabatnya.

“Cantik sih, tapi maaf. Lo gak cocok nempatin posisi adek gue, makanya hidup lo gue buat menderita.” Setelahnya Rendi tertawa renyah, mengulang perkataan Deka di masa lalu.

🙈

“Kak Rin malam ini aku tidur di rumah kakak ya. Udah lumayan lama gak pernah mampir lagi, kangen sama Tio,” ujar Aya bersemangat.

“Dengan senang hati. Oh Iyah, saking lamanya kamu gak pernah mampir, Tio biasa nanyain kamu ke kakak. Cuek-cuek gitu orangnya perhatian, mungkin suka kali ya sama kamu.” Aya terkekeh pelan mendengarnya, sejak dulu Tio memang bersikap dingin padanya. Dirinya berusaha akrab, akan tetapi cowok kelas dua SMA itu tetap menghindar. Namun, Aya terkadang dibuat heran akan tingkah tiba-tiba dari cowok tersebut. Tio lebih menonjolkan sikap pedulinya jika mengetahui Aya mengalami sesuatu. Ingat, hanya jika terjadi di rumahnya bukan di tempat lain.

Jodoh untuk Dekayas (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang