Hai~~
Sapa dong✌
Vote and komen jangan dilupakan. Aku akan terus mengingat para readers yang budiman☺
Jangan sider y
Happy Reading^^
Suasana sunyi menemani gelapnya malam. Secercah sinar bulan dan lampu jalan ikut menerangi tempat berpulangnya setiap manusia yang hidup. Tertata banyaknya kuburan dengan nisan sang pemilik tumpukan tanah.
Genta masuk, berjongkok tepat di samping gundukan tanah. Rumah abadi kekasihnya.
Menatap nisan putih itu dengan tatapan sendu penuh kerinduan. Sebelah tangannya terulur mengusap pelan, membayangkan jika kayu nisan itu adalah rambut Syena.
“Berpura-pura biasa aja tanpa sosok kamu, ternyata sakit banget. Aku susah lepas dari bayang-bayang kamu Na, gimana keluarnya?” Kepalanya menunduk, memejamkan mata menahan sesak yang seketika hadir. Sekuat apapun Genta menghapus jejak cinta di hatinya, semua akan terlihat sia-sia. Pemenangnya akan tetap sama.
“Obatnya udah ada, tapi di ambil orang lain. Apa dengan paksaan semuanya akan baik-baik aja? Nyatanya aku masih gak tega. Aya bakal menderita, aku gak sanggup. Setiap liat dia, aku berasa lagi ngomong dan berhadapan sama kamu. Kalau obatnya abis, lantas cara aku sembuh gimana? Apa selamanya aku bakal sakit?” tutur Genta pasrah. Meremas dada kirinya kuat, terasa amat menyakitkan menyatakan ini semua tanpa mendapatkan respon apa pun. Tidak ada yang berubah, nasibnya akan tetap seperti ini. Hidup dalam bayang-bayang seseorang yang tak kan pernah kembali.
“Ngeliat dia sama Deka, aku berasa kayak diselingkuhin. Walaupun dari awal emang gak punya hubungan apa-apa, aku sadar kok. Jujur aku kesiksa banget liatnya. Berharap bisa berjalan sesuai keinginan tapi hayalanku terlalu tinggi,” imbuhnya menatap kosong gundukan tanah yang telah dihiasi bunga di atasnya.
Setelah cukup lama berasa di situ, suasana hatinya sedikit membaik seusai bercerita. Genta bangun tak lupa meninggalkan senyuman sebelum benar-benar pergi. Saat pandangannya terangkat, Genta tak sengaja melihat seseorang yang juga tengah berkunjung. Namun, ia mengeryit ketika tidak asing akan punggung dan jas yang laki-laki itu pakai. Dia Rendi.
“Rendi capek nginget masa lalu Buk, masa lalu dulu terlalu menyeramkan. Jadi Rendi yang dulu melelahkan. Hampir setiap hari, orang brengsek itu ngebully aku, ngatain miskin, ngatain yatim piatu dan banyak lagi. Mental aku rusak Buk, sekarang Rendi berubah. Ibuk tau gak, wajah kalem dan lusuhku dulu kini tampan dan berwibawa.” Genta yang mendengarkan mengeryit kebingungan, bertanya-tanya siapa orang yang dimaksud Rendi? Selama ini Rendi tidak pernah bercerita tentang keluarga serta masa lalunya.
“Alasan Rendi dibully karena selalu diam kan? Ibuk tau, Rendi gak cupu lagi. Aku tau bela diri sekarang, bahkan Rendi bisa banget bunuh orang buk?” Sontak Genta memelotot, sedikit menyembulkan kepalanya pada kayu besar tempat ia bersembunyi. Berbagai pikiran negatif hinggap, menodai otaknya. Menatap punggung Rendi intens.
“Rendi capek ditindas terus buk. Kadang mikir, apa jadi orang miskin itu semenyakitkan itu ya? Kenapa mereka selalu main hakim sendiri, Rendi selalu takut ke sekolah. Tapi, ibuk jangan khawatir lagi, Rendi bakal balas dendam sama dia. Walaupun caranya kejam, Rendi gak bakal kasihan.”
“Siapa yang Rendi maksud?” ujar Genta penasaran. Tetap pada posisinya, turut prihatin akan nasib masa lalu yang ditimpa sang sahabat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh untuk Dekayas (END)
Teen FictionDekayas Arsenio Anggara adalah cowok berandalan. Ketua dari geng motor bernama Delax. Deka memiliki pribadi yang galak. Lantas, entah kesalahan apa yang Deka lakukan hingga harus dipertemukan dengan gadis polos dan sangat cengeng. Namanya Ayana Zev...