12. Istiqomah itu sulit

8.7K 306 33
                                    

istiqomah itu sulit bagi orang
yang sulit menahan hawa nafsunya.
dan salah satu orangnya itu gue.

_Dekayas Arsenio Anggara_


Happy Reading^^

Deka memandang Gavier penuh permusuhan. Sedangkan yang ditatap sejak menyambut kedatangan sang musuh hanya raut santai yang ditunjukkan. Namun terpandang jelas di mata Deka Gavier sedang menatapnya remeh. Dan tentu saja hal itu membuatnya marah.

Tak luput dari penglihatan Deka. Sorot kedelapan orang di belakang Gavier, juga tengah menatapnya tak kalah remeh.

"Katanya lo dari keluarga religius kan? Harusnya ke masjid sih bukan ke club," sambut Gavier dengan ultinya. Sedikit menyentil perasaan Deka yang langsung membuang muka. Entah pertanda apa itu. Yang jelas ia malu.

"Heh! Jangan bawa-bawa agama!" teriak Nando tersulut emosi. Memandang tajam Gavier yang memunculkan kekehan sinis. Sangat terlihat menyebalkan di mata anak Delax.

"Salahin otak lo karena berfikir gue akan bertingkah alim juga. Jangan berekspektasi tinggi ketika melihat hal baik di mata lo, karena jika tau faktanya lo akan kecewa," tukas Deka tak memudarkan pandangan sinisnya terhadap Gavier.

Hanya respon bibir terbuka tak percaya yang didapat Deka dari musuhnya itu.

"Harusnya setelah dewasa tingkah lo harus alim sih, karena gue yakin keluarga lo pasti ngajarin ilmu agama, tata krama. Tapi gue rasa ada yang salah sama keluarga lo. Kayaknya mereka gagal deh didik lo jadi cowok baik?" pernyataan sarkas dari Gavier sukses membuat tangan Deka terkepal kuat. Tatapan tajam tak kian meredup dari matanya, seakan tatapan itu mampu memberitahukan Gavier betapa emosinya ia setelah mendengar penghinaan dari mulut kurang ajar tersebut.

Rendi berdecak mendengarnya. Tidak seharusnya sesama pemain mengungkit dan membahas hal pribadi lawan hanya untuk mencari kelemahan musuh. Apalagi terdengar dari nada bicara Gavier yang seolah-olah menuntut Deka agar terlihat sesuai seperti ekspetasinya itu.

"Kenapa jadi bahas masalah pribadi orang, lo ke sini gabut banget kayaknya. Cuman mau nuntut Deka jadi cowok alim? Terserah Deka dong mau jadi alim kek, badman kek, superhiro kek, bencong kek, emang ngehabisin beras emak lo apa?!" sela Rendi sudah tidak tahan untuk menjawab. Ketika bibir Rendi telah ikut andil dalam menjawab, maka jangan heran jika terselip kata menjengkelkan di sana. Nando bahkan sempat tersentak ketika dengan santai Rendi menyebut ketua mereka sebagai 'bencong' mewakili kekesalan sang ketua, tangan Nando bergerak menggeplak kepala Rendi keras. Hingga sukses membuat empunya meringis ingin membalas namun Nando dengan cepat menahan tangan itu. Dan berakhir Rendi harus menahan kesal.

Deka melangkah maju, mendekat ke arah sang lawan dengan tatapan bengis.

"Lo gak punya hak buat protes tentang sikap, sifat, atau didikan keluarga gue. Satu hal yang perlu lo tau, bokap dan nyokap gue udah sempurna ngedidik gue jadi pribadi yang baik. Jiwa dan pemikiran orang dalam berkembang itu pemicunya diri mereka sendiri. Gue jadi berandalan kayak gini jelas bukan salah didikan keluarga! Tapi emang pemikiran gue yang salah dan milih buat hidup bebas! jangan berlagak sok tau tentang kehidupan gue!" balas Deka dengan rahang mengeras. Pancaran kedua matanya terlihat begitu diselimuti oleh emosi. Gavier sampai terdiam sebelum akhirnya mendengus muak.

"Saran gue mending lo fokus sekolah, banggain ortu lo. Stop jadi berandalan dan malu-maluin martabat anak geng motor, karena apa? Karena lo berlima itu cocoknya jadi cowok cupu!" lagi dan lagi Deka kembali dibuat naik darah mendengar perkataan Gavier. Ia membenci ketika seseorang memandangnya sebagai cowok tidak berguna, bertingkah lemah.

Jodoh untuk Dekayas (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang