34. Takut

5.9K 244 16
                                    

Kalian msih semangat gk baca cerita ini?

Masih nungguin update?

Ku liat2 mulai pda g semangat, hutf~

Tpi gpp. Aku berharap cerita ini tamat. Semoga aja ya🙌✌

Happy Reading^^

Aya merasa tidak nyaman berada di sini, hatinya selalu bergemuruh takut. Takut apabila sosok misterius itu akan kembali datang dan mengancamnya. Akhirnya dengan keputusan bulat, Aya memutuskan untuk pulang. Deka tidak protes karena memang kondisinya istrinya sudah cukup membaik.

Sekarang mereka telah sampai dengan selamat. Menetap di kamar, dalam keadaan hening. Aya berbaring terlentang menatap bingung sang suami yang terduduk di sisi ranjang.

Deka termenung, memikirkan perkataan istrinya tentang Rendi. Hatinya dilanda kekhawatiran, Deka takut apa yang dikatakan Aya memang benar. Akan tetapi, Deka juga tidak boleh langsung percaya pada istrinya. Bukankah Aya orang baru? Jadi, Deka tahu gadis itu belum mengenal dekat sahabatnya.

Karena terlampau bosan, Aya beranjak mendekat. Lantas Deka tersentak kaget tatkala tubuh sang istri secara tiba-tiba duduk di pangkuannya.

“Gue kaget goblok!” maki Deka sembari menyingkirkan beban itu disebelahnya.

Mendapat respon kurang mengenakkan, membuat Aya mencebikkan bibir kesal. Deka meliriknya sinis. Tak berhenti sampai di situ, dengan jahil Aya kembali mendudukkan dirinya di paha sang suami.

Deka memejam sejenak, meminimalisir detak jantungnya agar tidak meluapkan emosi.

“Kakak marah ya?” tanya gadis itu mengalungkan tangannya di leher Deka.

“Gue capek, pengen istirahat.” Lagi-lagi Deka dengan mudah memindahkan tubuh istrinya.

Tak mau kalah, Aya nekat membawa dirinya duduk di pangkuan sang suami. Deka berdecak, memandang sinis makhluk hidup di hadapannya.

“Bohong! Kakak pasti lagi banyak pikiran kan? Mikirin siapa sih?”

“Kepo! Mending lo istirahat, daripada gangguin gue,” balas Deka malas. Kali ini tidak berkutik, membiarkan gadis itu duduk di pangkuannya.

“Gak mau!” tolaknya cepat.

Tak ada respon apa pun, Deka menatap datar istrinya. Mengunci pandangan cukup lama. Aya tersadar jika tubuhnya ternoda oleh sentuhan laki-laki lain, ia bergidik.

“Kakak gak jijik kan sama aku? Aya keduluan disentuh sama laki-laki lain, padahal kakak aja belum pernah cium bibir Aya,” ujarnya sedikit pelan, terselip rasa malu saat mengatakan itu.

Deka mengeryit samar, perkataan itu berhasil membuatnya mati kutu. Deka paham bahwa ini sebuah ketidaksengajaan, Aya tidak bersalah. Tugasnya hanya perlu membersihkan sentuhan itu di tubuh istrinya.

“Sini biar gue bersihin.” Deka meraih sapu tangan di atas nakas kemudian mulai mengusap pelan bibir kering Aya. Gadis itu terdiam membeku, menikmati pergerakan kain tipis itu di bibir tipisnya.

“Aya kira dicium,” protesnya cemberut.

“Modus! kalau ngelakuin itu gue belum siap. Takut khilaf ke arah lain,” jawab Deka ambigu.

Jodoh untuk Dekayas (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang