40. Menghilang (End)

8.1K 248 47
                                    

Assalamu'alaikum

Kaget gk kalau tiba-tiba end?😭😭

Sebelumnya aku minta maaf kalau misal konfliknya gak sesuai ekspetasi kalian. Awalnya aku bilang berat kan, aku ragu buat nilainya sendiri. Karena emang gaje ga sih konfliknya, atau alurnya datar aja kyk g ada konflik ga sih? Menurut ku termasuk ringan jga sih 😭😭🦶

Rencananya bakal ada JUD S2😘

Nungguin gak??

Happy Reading^^

Keringat di tangan kian bertambah membuat Aya kesusahan untuk tetap setia pada pegangannya. Belum lagi merasakan kulit yang tiba-tiba gatal, Aya berniat bergerak sedikit mengaruknya. Namun, siapa sangka pergerakan tersebut membuat dirinya dalam bahaya, kedua tangannya terlepas sempurna. Aya membelalak kaget.

"Aaaaaa Kak Deka!!!!!"

Sigap uluran tangan mencapai pergelangan tangan gadis itu. Aya bernafas lega, sorot matanya terlihat sangat ketakutan. Dadanya naik turun menghirup oksigen lebih banyak.

"M-akasih," ucap Aya bergetar. Menatap lembut seseorang yang kini masih setia menatapnya tajam. Meremas pergelangan tangannya kuat, ringisan kecil keluar dari bibir gadis itu.

Menggunakan pakaian serba hitam, dengan masker senada yang menutupi sebagian wajahnya. Rendi terlihat seperti seorang pencuri, kupluk hoodie sengaja ia pakai untuk menyamarkan penglihatan seseorang agar tidak terlalu mengenal dirinya.

"Sakit," rintih gadis itu.

Dibalik masker, laki-laki itu tersenyum penuh arti. Ide jahat di kepala mulai hinggap. Memikirkan bagaimana pegangan tangan ini terlepas atas kehendaknya, Rendi memiliki kendali sepenuhnya.

Rendi menjatuhkan pandangan ke bawah. Lagi-lagi bibirnya tersenyum licik. Aya memejam lesu, tubuhnya sudah sangat lelah karena terlalu lama bergelantung.

"Tolong selamatin aku, pegel tau. Siapa pun kamu, tolong ya..." Aya bersuara, menatap penuh permohonan pada orang tersebut.

"Ayo! Bantuin aku naik. Aku janji, bakal kasih hadiah sama kamu. Ya? Plis!! Gak kuat, lemas banget ini!" Seketika air bening itu mengalir membasahi kedua pipinya. Ia tertegun sejenak begitu melihat orang itu membuka maskernya.

"K-kak Rendi?!"

"Gak perlu repot-repot ngasih gue hadiah. Kebetulan gue sahabat yang baik... Jadi, gue yang akan bungkus hadiahnya buat Deka. Sahabat yang paling gue sayang." Alis Aya sontak mengkerut. Mendengar penuturan damai dari Rendi yang ia kenal sebagai penghianat. Ditambah melihat ekspresi wajah tenang dari Rendi saat mengatakan itu semua. Aya masih berusaha berfikir positif, mengenai rangkaian kata yang diucapkan oleh sahabat suaminya tersebut.

"Hadiah apa kak?" raut polos Aya tampilkan. Membuat pria berhoddie hitam itu tertawa geli. Pertanyaan konyol! rupanya Deka yang ia kenal angkuh dan kejam ternyata memiliki tipe wanita yang polos. Sedikit menikung ke arah tolol.

"Jasad lo!" balasnya tajam.

Pupil mata yang semula mengecil kini melebar. Ia terperangah bersamaan dengan gemuruh hebat di dadanya. Perkataan Rendi barusan, bagai aliran listrik menyegat sekujur tubuhnya. Aya menelan ludah susan payah.

Jodoh untuk Dekayas (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang