3. Delax

12.8K 452 19
                                    

Aya berjalan beriringan dengan Serin. Siswa siswi lainnya ikut keluar kelas penuh semangat karena waktu pulang sekolah yang sedari tadi mereka tunggu-tunggu telah tiba.

Jangan tanyakan keberadaan Disa, gadis itu dengan teganya meninggalkan sahabatnya demi nebeng bareng Juna. Iya, Juna adalah gebetan Disa dari semenjak kelas sepuluh. Berbagai cara Disa lakukan demi mendapatkan hati Juna, namun pada akhirnya harus berakhir kecewa karena Juna menolak gadis itu mentah-mentah.

Nyali Disa begitu kuat bahkan sampai saat ini ia masih berusaha mengejar sang gebetan. Jangan harap ia menyerah begitu saja.

Mata Aya tak sengaja melihat keberadaan Deka di parkiran sekolah. Ia berniat mengejar karena ia berfikir dapat menemaninya untuk pergi ke rumah sakit menjenguk ibunya. Namun harapan itu hancur saat Deka telah menancap gas meninggalkan sekolah.

Matanya melirik ke arah Serin.

"Kak Rin bisa temenin Aya ke rumah sakit nggak?" tanyanya canggung. Serin yang sedari tadi sibuk dengan ponselnya kini beralih menatap gadis di sampingnya.

"Bisa dong," jawab Serin sambil tersenyum.

Sadar akan ucapan Aya barusan, Serin sontak mengernyit. Menatap khawatir adik angkatnya itu.

"Emang kamu sakit apa?"

"Bukan Aya, tapi Mami." Cicitnya pelan.

Serin menepuk pelan dahinya. Bisa-bisanya ia lupa dengan keadaan tantennya itu. Serin merasa tidak enak pada Aya saat ini, bibirnya tersenyum kikuk.

"Astaga maaf Kakak lupa." Ucapannya merasa bersalah.

"Gapapa kok Kak."

💌💌💌

Aya duduk tepat samping brangkar ibunya. Mata itu masih saja betah tertutup, Aya memandang sendu wajah ibunya yang terlihat sangat pucat. Beberapa alat pembantu rumah sakit menempel ditubuh ringkihnya.

Mengambil tangan sang ibu kemudian menggenggamnya erat. Mencium punggung tangan itu lembut.

Serin hanya bisa mengusap bahu adiknya pelan. Walau bagaimanapun Serin sudah menganggap Anggi sebagai ibunya juga. Ia bahkan sudah akrab dengan wanita itu sejak ia bersahabat sama Aya.

Serin begitu mengingat pesan Anggi. Wanita itu berpesan agar dirinya bisa menjaga Aya. Itulah sebabnya Serin bersikap begitu peduli pada Aya.

Kalau ditanya apakah ia tulus menyayangi Aya, jawabannya sudah pasti iya. Serin bersikap seperti ini bukan hanya semata-mata karena pesan Anggi, alasan lainnya adalah Serin benar-benar menyayangi Aya sebagai adiknya.

"Bi Anis tolong panggil dokter ya," Pinta Aya. Bi Anis mengangguk. "Baik non." Jawabnya kemudian keluar ruangan.

Langkah kaki Sean memasuki ruangan. Aya dan Serin secara bersamaan menatap kedatangan dokter tersebut. Aya tak berpindah dari tempatnya.

Sean berjalan mendekati brankar. Aya hanya diam memperhatikan Sean yang kini tengah mengecek keadaan ibunya.

"Dokter, Mami kapan pulih?" Aya mengangkat kepala menatap Sean yang jauh lebih tinggi.

"Keadan ibu kamu masih koma, kepalanya mengalami cidera berat. Saya tidak dapat memastikan kapan beliau akan sadar." Jawab Sean seadanya.

Aya hanya bisa terdiam. Wajahnya murung seketika. Harus berapa lama lagi ia menunggu.

Sean menatap prihatin gadis tengil yang mencubit lengannya di hari pertama mereka bertemu. Kesan buruk memang, tapi entah kenapa sejak saat itu perasaan Sean mulai tidak karuan. Ada rasa mengganjal di hatinya saat kembali mengingat momen itu. Intinya bibir tipis itu menampilkan senyuman. Baru kali ini Sean dibuat salting oleh cewek. Gadis SMA lagi.

Jodoh untuk Dekayas (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang