17. Sah!

9.5K 307 18
                                    

Dalam islam, wanita itu dimuliakan.
Itulah mengapa diperintahkan untuk
memakai hijab. Bukan mengekang,
tapi menjaga keindahan.

_Dekayas Arsenio Anggara_

Happy Reading^^

Kini, hari yang ditunggu-tunggu telah tiba. Awal pagi yang sebelumnya terlihat biasa, sekarang nampak lebih istimewa karena adanya acara akad pernikahan di dalam rumah besar milik keluarga Anggara tersebut.

Beberapa dekorasi pernikahan telah tertempel, menghiasi sebagian ruangan dalam rumah.

Meja serta kursi sudah disusun sesuai tempat. Dihadiri oleh beberapa kerabat, dan tamu undangan lainnya.

Sambil menunggu mempelai perempuan datang. Para tamu disarankan untuk segera mencicipi hidangan makanan dan minuman yang telah disediakan.

Sedangkan di kamar, Aya tengah sibuk dirias oleh MUA. Baju pernikahan yang kemarin ia beli, telah dikenakan.

Ekspresi gadis itu nampak murung. Mengingat bahwa ibunya tak datang menghadiri pernikahannya. Mungkin Aya bisa memaklumi jika mengetahui alasan Anggi tidak bisa datang karena masih masa pemulihan. Akan tetapi, yang membuat Aya kecewa adalah, ibunya bukan hanya tak hadir, bahkan memberikan ucapan selamat lewat ponsel saja tidak.

Apakah sebesar itu kesalahannya malam itu? Hingga membuat ibunya begitu marah?

Yang bahkan dirinya juga tidak mengharapkan musibah itu terjadi pada ayahnya. Bolehkah Aya bersikap egois hanya dengan mengatakan bahwa ia tidak salah. Mengatakan bahwa bukan ia penyebab dari kematian ayahnya itu.

Satu-satunya orang yang ia harapkan memberikan kasih sayang setelah kepergian ayahnya kini malah memberikan luka. Membuat dirinya dihantui rasa bersalah yang bahkan seharusnya tidak perlu disesali karena bersumber dari garis takdir.

Kini saatnya riasan terakhir, yaitu memakai jilbab senada.

Sebelum air mata itu menetes buru-buru Aya menengadah. Menghalau agar tidak merusak makeupnya.

Hari yang seharusnya ia sambut dengan senyuman lebar malah berbalik menyedihkan.

Disa dan Serin ikut hadir dan menemani sahabatnya itu. Mereka sudah mengetahui hubungan antara Aya dan ibunya.

Bagai merasakan perasaan yang sama, kedua sahabatnya itu juga ikut bersedih. Mengusap bahu Aya menguatkan.

"Jangan sedih dong, ini kan hari bahagia kamu," ujar Serin menyunggingkan senyuman hangat. Menatap mata Aya yang kembali berlinang.

"Nyokap lo itu bercanda aja Ya, gak mungkin lah dia betah benci lama-lama sama lo, palingan cuma beberapa hari. Lagian kan lo anak tunggal."

Perkataan enteng dari Disa cukup membuat hati Aya merasa tenang dari sebelumnya. Ukiran senyuman tipis langsung tercetak di bibir tipisnya yang telah dilapisi lipstik berwarna merah.

Setelah pemasangan hijab selesai. Aya diperintahkan oleh Syifa untuk segera keluar.

Turun dari tangga di kedua sisi dituntun oleh kedua sahabatnya. Sedangkan di belakang diikuti oleh Uswa dan ibunya.

Jodoh untuk Dekayas (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang