37. Menunggu

5.2K 223 40
                                    

Ikhlas gak sih hubungan AyaDeka renggang?

Aku sih enggak. Tapi~~🥺✌

Kalian tim siapa?

Deka?

Atau

Genta?

Happy Reading^^

Langkah demi langkah menyusuri kerumunan, mata penuh khawatir itu bergerak liar mencari seseorang. Seketika tatapan sebagian tamu heran melihat pemandangan tersebut.

Syifa buru-buru menghampiri laki-laki yang tengah menggendong menatunya.

“Ya ampun, kenapa Aya bisa pingsan?” Elusan pelan dilayangkan oleh sang mertua. Genta tak memberhentikan langkah, melanjutkan kaki menaiki tangga.

“Tante kamar Aya di mana?” Syifa langsung peka. Mendahului pemuda di depannya, lalu menunjukkan letak kamar anak dan menatunya.

Serin dan Disa menyusul ke atas, menunjukkan raut sama seperti Syifa dan juga Genta saat ini. Mereka berkumpul memperhatikan wajah damai Aya yang masih setia terpejam.

“Genta, Tante mau nanya. Deka kemana?” tanya Syifa dingin. Begitu pula dengan ekspresi kedua perempuan yang sejak tadi ingin berteriak marah, namun masih berusaha tetap anggun di depan ibu Deka.

“Gak tau Tan. Genta cuman gak sengaja liat Aya tergeletak pingsan di toilet,” ungkapnya berbohong. Sengaja agar masalah tidak bertambah rumit.

“Seharusnya dia orang pertama yang nolongin istrinya, kenapa malah tiba-tiba ngilang,” gerutu wanita berhijab itu geram. Naik ke atas ranjang, mengelus singkat rambut menantunya.

Mengingat acara di bawah belum selesai, Syifa lantas beranjak bersiap meninggalkan kamar, tapi sebelum itu wajah teduhnya menatap penuh kepercayaan pada Genta yang tengah mengamati tubuh tak bertenaga tersebut.

“Tolong jagain sebentar ya, saya mau turun beresin acaranya,” pamitnya lalu keluar begitu saja.

“Disa, Serin tolong bantuin tante ya,” pinta perempuan sebelum benar-benar menghilang dari ambang pintu.

Keduanya dengan ragu menoleh, mengangguk samar akibat terpaksa.

“Iya Tan,” jawab mereka kompak.

Sekarang hanya tersisa Genta dan juga Aya. Sebelah tangannya terulur, membelai lembut bekas tamparan. Menatap iba, keadaan gadis yang dicintainya.

“Padahal harusnya kamu yang ditolongin, Deka itu tolol ya. Andai aja Kakak jadi dia, udah pasti seneng banget dicintai orang seperti kamu. Kalau misalnya hubungan kalian tidak membaik, apa boleh Kakak masuk? Apa boleh Kakak merebut kamu dari sahabat kakak sendiri?” Genta menyatakannya dengan pedih. Dirinya terlalu berharap, atau memang takdir mempermainkan perasaannya?

“Syena itu mirip banget sama kamu, dari mulai wajah sampai ke tingkah lakunya. Kadang kakak mikir, apa kehadiran kamu adalah jawaban Tuhan untuk sebagai pengganti Syena di hidup kakak? Ternyata salah, kamu hadir bukan untuk kakak, tapi Deka. Sakit banget rasanya, kakak tau kok semua masalah kamu. Sebenarnya kakak pengen banget nenangin dan ikut nyelesain, tapi takut kamu risih. Kakak ngerti selama ini kamu gak bahagiakan sama Deka? Masuk ke hati kakak aja gapapa. Kakak kesepian.”

Jodoh untuk Dekayas (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang