9. Deka peduli?

10.1K 404 4
                                    

Haii~^^

Buat yang masih baca cerita ini makasih banget ya😽🙌 maaf kalau byk kekurangan, hehe masih pemula😄

Btw pengen pendapat kalian dong tentang karakter Aya?

Karakter mana yang kalian suka di cerita ini?


Happy Reading^^


Suasana kelas tampak tenang. Masing-masing murid duduk anteng sembari mencatat materi sejarah dalam buku paket yang telah disediakan sekolah.

Buk Erwani selalu guru yang mengajar, memutuskan untuk meninggalkan kelas sementara. Merasa tidak diawasi, beberapa siswa memilih meninggalkan bangku mereka dan mulai membuat suasana gaduh dalam kelas.

Seorang cewek cantik berhijab cukup syar'i berjalan mendekati meja Deka.

Merasa ada yang datang, Deka hanya bersikap cuek. Tetap melanjutkan kegiatan menulisnya.

"Mau aku catetin? kebetulan aku juga udah selesai," tawar gadis itu ramah.

Pergerakan tangan Deka tiba-tiba berhenti, kepalanya mendongak bertatapan langsung dengan manik mata Eva. Murid satu-satunya yang berhijab dalam kelas ini.

Deka segera memutus kontak mata tersebut. Kembali menatap ke bawah.

"Gue bisa sendiri," tolak Deka. Pulpen di jarinya kembali bergerak menorehkan isi tinta ke dalam lembaran buku. Penolakan dari Deka membuat raut wajah Eva berubah masam. Ia pikir cowok badboy seperti Deka dapat ia luluhkan. Namun, ia salah besar Deka adalah tipe laki-laki cuek yang sangat sulit untuk didekati.

"Mending lo catetin gue nih Va, tangan gue udah kesemutan nih!" adu laki-laki yang duduk tepat di belakang Deka. Siapa lagi kalau bukan Rendi.

Tak menghiraukan suara cempreng milik Rendi, otak gadis berhijab itu kembali memunculkan ide menarik agar mendapat perhatian Deka.

Eva berbalik menuju tempat duduknya, membuka tas kemudian mengeluarkan kotak bekal yang sudah ia siapkan spesial untuk sang gebetan. Lalu kembali berjalan dengan senyum merekah menghampiri meja Deka.

"Aku punya bekal buat kamu, cumi tumis sambel pete. Dimakan yah," ujar Eva sambil membuka kotak bekal tersebut.

Sejenak meninggalkan kegiatan menulis tangan Deka terulur menutup kotak bekal tersebut kemudian mengulurkannya ke belakang dan disambut antusias oleh Rendi.

Raut ceria Eva berubah murung, mendapati kotak bekal yang ia buat spesial untuk Deka kini telah berada di tangan Rendi. Bahkan secara terang-terangan cowok itu memakan sambel pete lalu mengeluarkannya kembali karena merasa sangat pahit.

"Pait buset!" keluh Rendi menatap Eva sengit. Dengan tampang galak, gadis itu merampas kotak bekal itu dari jangkauan Rendi.

Bibir Rendi terbuka lebar, menghembuskan nafas lalu menciumnya. Dalam seketika ekspresi wajahnya berubah seperti menahan muntah. Hidung mancungnya ia kepit guna menghindari bau mulut yang sempat ia keluarkan banyak.

"Bau tai Eva anjir!" celetuk Rendi melebih-lebihkan membuat suasana kelas sontak menjadi riuh karena tertawa.

Karena kelewat kesal, Eva berjalan mendekati meja Rendi. Tangan serta kotak bekal yang ia pegal melayang mengetuk keras kepala cowok itu yang tengah asyik tergelak.

Jodoh untuk Dekayas (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang