33. Ancaman

6K 226 8
                                    

Hai~~

Apa kabar kalian?

Maaf ya lama updatenya😁🙌

Setuju gak kalau ceritanya ini lebih ke fiksi bucin2 gitu aja? Tanpa ada islaminya gitu?

Saran dong? 🙏🙏

Bingung, menurutku cerita ini terlalu frontal dan terkesan gk sopan untuk dikategorikan cerita spiritual🥺😭

Takut dosa😭🙌



Happy Reading^^

Serin menekuk dagu, selera makannya hilang ketika mendengar kabar bahwa sahabat paling dia sayang itu masuk rumah sakit.

Berbeda dengan Disa yang sibuk mengunyah bulat bakso di mulutnya ditemani sebungkus keripis pedas. Tepat di sebelahnya, Juna duduk. Terlihat sangat tertekan, untuk makan saja Juna malas.Karena merasa tertekan. Juna ikut karena paksaan, jika tidak cowok berotak pintar itu lebih memilih nokrong di perpustakaan ketimbang di kantin seperti ini.

“Lama banget ya pulangnya, gue pengen cepet-cepet ketemu adek gue,” ujar Serin resah.

“Sabar Rin, tenangin pikiran lo. Kan udah dikasih tau sama orangnya langsung kalau dia udah baik-baik aja,” sahut Disa seraya meneguk minumannya.

Juna mengeryit tidak mengerti. Pembahasan kedua perempuan ini membuatnya gagal paham, sedari tadi tidak ada satu pun yang ingin menjelaskan kebingungan itu padanya.

“Emang Aya kenapa?”

Disa menoleh pada Juna. Menampilkan senyum manis dan kekehan kecil.

“Aya masuk rumah sakit karena dicelakain sama ketua geng blackmoon.” Juna mengangguk, merasa tidak asing oleh nama geng yang Disa sebutkan. Juna seperti pernah mendengarnya, dan nama itu pernah menorehkan pengalaman buruk pada keluarganya yaitu pemerkosaan pada adik perempuannya. Juna sangat dendam, mengingat betapa trauma adiknya saat itu, digilir oleh kumpulan bajingan brengsek. Juna sangat ingat nama salah satu berandalan yang turut ikut memperkosa adiknya. Namanya Rendi. Namun, Juna tidak tahu nama lengkap orang tersebut.

“Nama ketuanya siapa?” Disa dan Serin menggeleng tidak tahu. Hati Juna kecewa, padahal sudah berharap mendapat jawaban agar bisa membalas dendam.

“Gak tau sayang, emang ada apa?” balas Disa tidak enak, melihat wajah cowok berkaca mata itu murung.

“Cuman nanya aja. Btw, jangan panggil sayang. Gue risih dengernya.” Lantas Juna beranjak, ingin meninggalkan kantin. Sigap, Disa mencegahnya penuh manja.

“Kamu kok gitu sih? Aku panggil sayang karena emang beneran sayang  ... bukan hanya itu aja, aku udah cinta sama kamu selama tiga tahun. Kamu aja gak peka!” Juna menoleh sekilas, pernyataan cinta dari gadis itu tidak sama sekali pun membuat hatinya luluh. Otaknya hanya diisi oleh pelajaran dan masa depan, urusan wanita belum pernah terbesit di pikiran Juna.

Serin menghela nafas melihat adegan dramatis di depannya. Hanya dirinya yang betah menjomblo, Serin tidak terlalu memikirkan soal cinta. Padahal sudah banyak laki-laki yang mendekati, tapi Serin hanya cuek. Ia tidak suka basi-basi, baginya kalau benar-benar serius. Langkah utama, ya harus menikah. Pacaran? Buang-buang waktu.

“Cinta lo simpen buat cowok lain aja. Gue gak bisa, karena gue mau fokus ke masa depan gue. Urusan pacaran ataupun menikah itu belum ada di pikiran gue, sorry.”

Jodoh untuk Dekayas (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang