1. Tinggal serumah

18.6K 600 30
                                    


Selesai dari tempat pemakaman, Malik dan Syifa berinisiatif untuk membawa Aya menginap sementara di rumah mereka.

Mereka tau bahwa suasana hati gadis itu pasti masih berduka. Untung saja Tuhan masih berbaik hati pada gadis itu karena nyawa ibunya masih tertolong walaupun berakhir dengan kondisi koma di rumah sakit.

Dengan susah payah kedua suami istri tersebut membujuk Aya agar ikut dengan mereka. Pasalnya, saat di tempat pemakaman tadi Aya menangis begitu lama hingga membuat Deka berdecak pelan karena tidak tahan dengan cuaca yang sangat panas menusuk permukaan kulit.

Entah bagaimana nasibnya kalau gadis itu benar-benar menjadi istrinya nanti.

Mata Aya menjelajahi setiap sudut rumah. Memandang takjub isi rumah keluarga Anggara yang hampir dipenuhi barang-barang antik.

Rumah ini terlihat mewah dan besar persis seperti rumahnya. Berlantai putih porselen dengan dua tangga menuju atas saling berhadapan. Ruang tamunya terlihat sangat luas. Di sisi luar Aya dapat melihat taman indah diisi beberapa bunga cantik dan terlihat segar. Dilengkapi juga dengan ayunan gantung dan seluncuran.

"Sini sayang," suara Syifa sontak membuat Aya menoleh dan langsung mendekat. Sembari duduk di sebelah Syifa.

Mereka berkumpul di ruang tamu.

"Untuk sementara waktu, Aya menginap di rumah ini dulu ya, sambil menunggu tanggal pernikahan kalian." Ucap Syifa lembut. Mengusap rambut pendek Aya penuh sayang.

Bibir gadis itu melengkung ke bawah, menandakan bahwa ia tidak setuju dengan ucapan Syifa.

"Nggak mau, Aya mau pulang." Bantahnya menggeleng. "Aya masih kelas dua SMA, belum mau nikah.”

Deka hanya diam, dalam hatinya bersorak senang karena bukan hanya dirinya yang menolak. Gadis cengeng itu juga sama sepertinya. Ia tersenyum puas.

Mereka berdua sama-sama masih sekolah, bahkan satu sekolahan. Hanya beda jurusan. Deka jurusan IPA, sedangkan Aya jurusan IPS.

Syifa melirik Malik yang berada di depannya. Mengisyaratkan agar suaminya ikut membantu membujuk.

"Aya tinggal di sini dulu, rumah kamu kan lagi sepi. Emang Aya mau diam sendirian di sana, entar kalau ada hantu gimana?" bujuk Malik menakut-nakuti Aya.

Aya yang polos dan mudah sekali percaya langsung bergidik takut.

"Bohong, gak ada hantu di rumah lo." Tukas Deka membuat Syifa langsung melayangkan cubitan kecil hingga membuat cowok itu meringis kesakitan.

Deka sengaja, ia tidak suka dengan keberadaan Aya di rumahnya. Ia harap gadis itu tetap keras kepala dan menolak untuk tinggal di rumahnya.

"Mau ya sayang, nginap di sini?" bujuk Syifa penuh harap. Memasang wajah memelas agar Aya luluh.

Karena tidak tega melihat wajah wanita di depannya. Dengan masih ragu-ragu Aya mengangguk.

Syifa tersenyum senang, menarik Aya ke dalam pelukannya.

"Tapi Aya gak mau Nikah." Cicitnya pelan. Membuat Syifa mengurai pelukannya.

"Gue juga gak mau!" Sambung Deka ngegas. Aya menoleh menatap Deka.

"Kakak gak usah ngegas, Aya juga gak mau sama Kakak!" balasnya tak kalah sengit.

"Syukur deh kalau gitu, lagipula Lo bukan tipe gue." Ucap Deka pedas.

"Dih! Kakak juga bukan tipe Aya! Tipe Aya mah spek oppa!"

Deka lantas tertawa mendengar ucapan gadis itu.

Jodoh untuk Dekayas (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang