31. Aya hilang

6.9K 272 26
                                    

Gak tau mau nulis apa. Intinya aku butu votemen! Jangan lupa, tekan bintang di bawah ya🌝🙏

Happy Reading^^





“Dan jangan harap hidup lo bisa tenang setelah buat orang yang gue sayang pergi dari dunia ini, camkan itu!” Deka mengigit bibir bawahnya setelah mengatakan itu, ia masih belum percaya. Iya, Ayanya masih hidup.

“Kakak.”

Samar-samar Deka mendengar suara istrinya. Deka khawatir, suara itu terdengar kecil dan lesu. Deka berusaha menyakinkan diri bahwa istrinya sedang baik-baik saja, Deka berharap yang ia pandang bukan jasad wanitanya, melainkan tubuh sehat gadis itu tanpa luka apa pun.

Kakinya perlahan melangkah masuk ke dalam kamar mencari sumber suara. Deka mendesah kecewa saat tak menemukan apa pun di sana. Matanya hanya menemukan jilbab Aya yang tergeletak di lantai.

Deka mengambilnya kemudian meresmas kain tersebut. Tubuh jangkungnya menunduk menatap kolong ranjang dengan bola mata  liar, berharap menemukan sang istri. Namun, yang Deka dapat hanya kekecewaan, Aya tidak ada di sana.

Deka menyesal, harusnya ia lebih dewasa. Harusnya saat gadis itu merayu dengan cara apa pun, Deka tidak menurut. Jika saja Deka lebih bisa bersikap tegas, mungkin Aya akan mendengarkan walaupun harus mendengar gadis itu menangis. Itu tidak apa, Deka bisa membujuk. Tapi, kali ini apa yang bisa Deka perbuat? Istrinya hilang? Atau perkataan Gavier memang benar? Aya sudah meninggalkan dunia ini?

Tidak, Deka menepis pikiran gila di otaknya. Bukankah terlalu cepat? Deka baru saja menyayangi gadis itu, ini pertama kalinya Deka merasakan cinta pada seorang gadis. Apa secepat ini Tuhan?

“Lo masih ada kan?” gumam Deka lirih.

“Aya!” teriak Deka nyaring. Berharap gadis itu menyahut panggilannya.

Hening. Tak ada tanda-tanda yang bisa menyakinkan Deka.

“Aya! Lo denger suara gue?!” Deka berjalan menyusuri segala tempat yang sekiranya mencurigakan, mulai dari lemari, kamar mandi dan luar jendela. Akan tetapi, semua itu sia-sia, Deka tidak menemukan keberadaan istrinya.

Derap langkah kaki Gavier masuk, menertawakan kesedihan Deka dengan perasaan teramat bangga.

“Jadi kasian. Eh, btw sebelum dia meninggal, gue sempet nyicip tubuhnya sedikit. Lo belum pernah kan?”

Perkataan tersebut spontan membuat hati Deka terbakar. Darahnya mendidih, menatap nyalang lawan bicara di depannya. Perkataan menjijikkan seperti itu, tidak pantas ditujukan untuk istrinya. Deka menganggap tubuh Aya suci, tanpa noda sentuhan dari laki-laki mana pun selain dirinya.

Tangan Deka terkepal kuat, melangkah cepat ke arah Gavier yang saat ini masih terkekeh santai. Deka tidak terima dipandang seperti itu, ia tidak menyukai tatapan remeh yang ditujukan padanya.

Bugh!

Kepalan tangan Deka menghantam keras pipi Gavier. Tak memberi celah, saat Gavier ingin memberi balasan, Deka lagi-lagi menyerang lawannya tanpa ampun. Pikiran Deka sekarang hanya dipenuhi oleh dendam dan emosi. Pandangan matanya menggelap, seolah menganggap Gavier adalah iblis yang harus dimusnahkan.

“Cowok gila! Lo gak pantes buat nyentuh istri gue. Kalau mau balas dendam gak gini caranya bangsat! Pengecut! Cepat kasih tahu gue di mana lo nyembunyiin Aya?!”

Jodoh untuk Dekayas (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang