Prolog

442 23 0
                                    

"Kwakk sisa 15 menit lagi sampai matahari terbit, bertahanlah kwakk."

Suara gagak itu menggema memenuhi tempat yang kini telah hancur berantakan karena kondisi saat ini para pemburu iblis sedang berjuang mati-matian melawan raja iblis, Kibutsuji Muzan.

Sepasang netra emerald itu perlahan terbuka, dirinya perlahan bangkit dengan perban yang melilit di sekujur tubuhnya yang mati rasa. Mengingat kembali apa yang terjadi sebelum dirinya pingsan, amarah dalam dirinya kembali berkobar.

Mengelap darah di ujung bibir nya, dia kembali berdiri sambil menggenggam erat nichirin nya dengan tatapan penuh kebencian.

Tanpa gentar, gadis itu melesat ke arah Muzan meski tubuhnya terasa remuk namun dirinya tetap melangkah maju untuk menyerang induk dari seluruh iblis tersebut.

"Pada akhirnya kalian akan mati, jadi untuk apa berusaha keras seperti ini dasar para pemburu iblis bodohh!!!" Muzan berteriak murka sambil terus menyerang dengan tentakelnya.

Gadis itu mengabaikannya dan terus menyerang, "Berisik! Tutup mulut nerakamu, sialan!" ujarnya dingin dan penuh kebencian, gadis itu Okumura Ayaka.

'Beraninya kau membunuhnya? Aku tidak akan pernah memaafkan mu.' Ayaka menyerang dengan pernafasan nya dan memperdekat jarak di antara mereka.

Tiba-tiba Muzan berhenti menyerang sesaat, Ayaka tersenyum miring melihatnya.

"Ara~ apa racunnya sudah mulai bekerja?" ucapnya tanpa menghentikan serangannya.

"Kalian bertiga benar-benar menyusahkan! Apa lagi yang kalian rencanakan kali ini?" Tentakelnya terus menyerang meski sekarang agak melemah.

"Itu racun penuaan tubuh dan aku menambahkannya dengan sari bunga lily laba-laba biru yang dapat membuat sel-sel mu hancur dalam waktu cepat. Apa efeknya sudah mulai bekerja?"

"Barusan kau bilang apa?" Mata Muzan melebar.

"Bukankah itu bunga yang kau cari selama ini? Aku mengambil bagian bunganya yang sudah layu untuk penghancuran sel mu dan memutar balikkan efeknya yang tadinya kekebalan terhadap cahaya matahari, menjadi racun tipis-tipis yang sulit untuk dinetralkan dengan kemampuan regenerasi iblis, meskipun cukup sulit tapi nyatanya aku berhasil ...."

Ayaka makin mempercepat serangannya dan mendekat dengan senyuman sadis.

"Kematian yang selalu kau takuti selama ini akan segera terwujud." Ayaka melesatkan pernafasan miliknya berkali-kali saat Muzan mulai kabur dibantu Tanjiro dan Obanai yang kini telah kembali ke area perang.

Dalam sekejap mata Ayaka telah berada di depan Muzan dengan tatapan tajam yang menusuk.

"Kau tidak akan bisa kabur! Akan ku pastikan kemusnahan mu hari ini juga! Tebus seluruh dosa-dosa mu dengan kematian mu!!" Setelah mengatakan itu ledakan besar terjadi di tanah yang Muzan pijak sampai Tanjiro dan Obanai pun terpental lumayan jauh.

'Benar! Kau harus menebusnya! Selama ini usahaku untuk melindunginya menjadi sia-sia ... susah payah aku menjaganya, kau merampas hal-hal yang ku sayangi dengan mudahnya. Aku membencimu! Aku benar-benar sangat membencimu!!'

Disaat kabut mulai memudar terlihatlah Muzan yang berdiri dengan keadaan tubuh hancur, regenerasinya melambat karena racun penuaannya. Barusan Ayaka diam-diam melemparkan bom khusus iblis ke arah Muzan.

Ayaka mendekat dengan santai ke arah Muzan yang memandangnya waspada, dia tak bisa menyerang dengan tentakelnya yang masih hancur dan regenerasinya sangat lambat.

'Benci! Benci! Aku benci kau!!'

Ayaka sedikit membungkuk sambil membisikkan sesuatu ke telinga raja iblis itu, "Ara-ara kamu tahu kenapa dirimu sendiri serta antek-antek bodoh mu itu tak bisa menemukan bunga lily laba-laba biru selama ratusan tahun selama ini? Karena bunganya hanya tumbuh di waktu siang hari dasar dungu!"

𝐉𝐮𝐬𝐭 𝐅𝐨𝐫 𝐘𝐨𝐮 (Kimetsu No Yaiba)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang