“Kau!” pekik Evelin.
Tapi terlambat. Pedang sudah diayunkan Fabina ke arah keduanya. Dengan cepat Lucius menarik kakaknya agar mereka menunduk menghindar.
“Lihai juga,” seringai pengendali hewan itu. Bersamaan dengan gumamannya, berisik dari gagak di sekitar terasa kian menakutkan.
Tanpa aba-aba hewan itu mulai berterbangan ke arah dua bersaudara Tenebris. Lucia dan Lucius pun terperangah sehingga tanpa pikir panjang mereka langsung lari dari sana.
Berusaha keras menghindari amukan para pemakan daging yang menggila.
“Sial! Kita harus melawannya!”
Lucius yang mendengar ucapan itu menggeram. Memang benar perkataan Lucia, sampai kapan mereka bisa lari? Posisi yang memasuki hutan di belakang menara jam jelas tidak aman.
Tanpa basa-basi ia tarik pedangnya. Senjata terselubung yang membuat Evelin berhenti di sampingnya.
“Lucius!”
“Larilah!”
“Apa!”
“Kembalilah ke istana dan katakan kalau Orion menyerang!”
“Jangan gila! Aku tak mungkin meninggalkanmu!” hardik Evelin tak terima.
Tapi sekejap mata, ayunan pedang milik Lucius berhasil berhasil menghempaskan burung-burung gagak di sekitar mereka.
Walau senjata itu masih terselubung, tekanan energi yang dihasilkan sungguh luar biasa.
Evelin menatap tak percaya pada skill pemuda di sampingnya.
“Cepatlah Lucia! Lakukan apa yang kau bisa!” bentak laki-laki itu akhirnya. Bahkan ia dengan tega mendorong kasar Lucia. Membuat gadis itu terperangah dan tak bisa berkata-kata. “Apa lagi yang kau tunggu?! Cepat pergi!”
Sambil menggigit erat bibir bawahnya, gadis itu pun terpaksa pergi dari sana. Dadanya bergemuruh di setiap langkah meninggalkan sang pemuda.
Bohong jika sosoknya tidak khawatir, mengingat Lucius adalah adik dari raga yang ditempatinya. Entah perasaan asli Lucia atau memang Evelin mulai sayang padanya, gadis itu benar-benar tak ingin kehilangan sang pemuda.
Tapi sepertinya keberuntungan sungguh tidak memihak dua bersaudara Tenebris. Di satu sisi Fabina juga kendali hewannya menghentikan Lucius, sementara Evelin malah di hadapkan pada kehadiran tak terduga.
Cristhian.
Atau lebih tepatnya Kaizer sang pangeran kerajaan Orion.
Laki-laki itu telah berdiri di depannya dengan pedang di tangan. Tatapan tajam seakan predator yang ingin memangsa menghiasi penglihatan.
Gadis itu gemetaran dan matanya perlahan berkaca-kaca. Diiringi buntu yang mulai merasuk ke otak agar menguasai perasaannya.
Ia tak menyangka kalau sosok tercinta namun berjiwa berbeda akan muncul secepat ini di hadapannya.
“Akhirnya kita bertemu lagi,” tiba-tiba pedang Kaizer terangkat. Belum sempat gadis itu menyadari serangan, kehadiran seseorang berhasil memurkakan Kaizer saat melihatnya.
Siapa sangka kalau serangannya harus gagal karena Lucia diselamatkan seseorang.
Dengan tatapan tak percaya dan beruraian air mata, gadis itu menatap lekat penolongnya.
“Kenapa kamu menangis? Apa sebegitu takutnya dirimu untuk melawannya?” Perlahan laki-laki itu pun melepaskan rangkulan di pinggang sang gadis muda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pesona Wanita Terkutuk
Fantasy(18+) Warning! Mengandung kekerasan dan konten dewasa. Mohon bijak dalam membaca. Evelin Gosca, sang pembunuh bayaran di dunia nyata pun harus merasakan cinta pada pandangan pertama yang pahit. Di mana dirinya malah menghabiskan malam bersama dan m...