Seringai lebar membelah wajah pemuda itu. Sosok berusia 18 tahun, namun mampu menyudutkan musuhnya.
Gemuruh di langit sana seolah mendukung sang pemuda, dan jangan lupakan sensasi menakutkan dari bilah aneh miliknya.
Pedang hitam namun tak henti-hentinya memamerkan asap.
‘’Kau, siapa kau sebenarnya?’’ Fabina bersuara. Sayangnya pertanyaan itu lolos begitu saja di pendengaran.
Terlihat kalau sosok Lucius tidak berniat menjawabnya.
‘’Pedang itu,’’ akhirnya Kaizer pun bersuara. Tatapan tajam yang ia miliki sukar menggertak lawan. Sungguh ia tak menyangka kalau sosok pembunuh bayaran yang ia buru ternyata sehebat ini. ‘’Aku ingat tentang kisah di masa lalu. Sebuah kisah tentang sebuah kerajaan yang terobsesi dengan kekuatan. Mereka memicu perperangan di balik layar, menumbalkan banyak nyawa demi senjata gila di sana.’’
Fabina menatap tak percaya sang pangeran. Berbeda dengan Lucius yang memasang ekspresi datar. ‘’Apa mungkin kau keturunan mereka? Keturunan kerajaan iblis, Tenebris.’’
Rahang Fabina seketika mengetat. Kalimat yang terlontar jelas mengusik dirinya. Mengingat sosoknya merupakan mata-mata sekaligus penyerang dari dalam kerajaan Tenebris yang pernah menghadirkan seorang guru untuknya.
‘’Sepertinya, gelarmu sebagai pangeran bukan sekadar omong kosong belaka.’’ Lucius pun menyarungkan pedang. Dirinya lambat laun menengadah, menatap tenang pesona langit di atas sana. ‘’Beberapa tahun yang lalu, tanpa ampun kalian hancurkan kerajaan itu. Begitu banyak darah berserakan, tak peduli jika mereka anak-anak ataupun perempuan. Kalian tega membantainya dan menggantungkan kepala mereka di daratan Tenebris.’’
Kaizer terkesiap mendengarnya. Seketika dirinya kembali mengingat. Pada sebuah kenyataan, akan fakta sang ayah juga Fabina yang menjadi juru kunci perperangan.
Tepat di depan matanya, sang ayah membantai rakyat tak berdosa. Nyatanya itu tak cukup untuk menghentikan Raja kerajaan Orion.
Begitu banyak kerajaan di daratan mereka yang mengacungkan senjata untuk mengeksekusi Tenebris.
‘’Jadi kau—‘’
‘’Sudah kuputuskan,’’ ucapan Fabina langsung disela Lucius. ‘’Demi kedamaian kerajaan kami, aku Lucius Vez Ignatius, dengan ini menyatakan perang pada kerajaan kalian! Akan kubuat kalian membayar mahal demi kebangkitan Tenebris di daratan ini!”
Di satu sisi, sosok cantik yang sedarah dengan penantang perang itu terlihat tertidur di sebuah ranjang.
Kamar yang mewah, di dominasi perabotan berwarna gelap, dan jangan lupakan sosok yang sudah membawa gadis itu.
Siez Nel Armarkaz.
Duduk di sebuah kursi dekat jendela, mengabaikan pemandangan mengerikan di luar, dirinya tetap membaca buku di tangan.
Sebuah buku yang mengandung dongeng kerajaan.
Sang singa belantara, Tenebris.
Judul yang klasik, dan cukup pasaran di telinga orang-orang kerajaan. Nyatanya isinya benar-benar di luar dugaan.
Mengisyaratkan sebuah sekte sesat di tanah mereka. Aliran kuno yang dibawa leluhur pertama Tenebris.
Bharicgos Vez Ignatius.
Seorang pria tua, tak tahu asalnya, keluar dari hutan belantara dengan kuda hitam nan tangguh. Satu hal yang membuatnya akan selalu dikenang, topeng kayu mirip ukiran singa itulah tanda pengenalnya.
Dia ditakuti karena tidak seperti manusia pada umumnya.
Darah, itulah makanannya.
Bahkan tak ayal banyak mayat yang bermunculan di setiap langkah Bharicgos.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pesona Wanita Terkutuk
Fantasi(18+) Warning! Mengandung kekerasan dan konten dewasa. Mohon bijak dalam membaca. Evelin Gosca, sang pembunuh bayaran di dunia nyata pun harus merasakan cinta pada pandangan pertama yang pahit. Di mana dirinya malah menghabiskan malam bersama dan m...