42. Delapan Kerajaan

103 6 0
                                    

Rambut pirang sepinggang itu bergerak indah saat disapu angin. Mata ambernya, sosok tenang nan berwibawa, dialah Ratu Ariena Vergiva yang baru saja turun dari kereta kuda.

Kerajaan Aries.

Dialah pemimpinnya sekaligus utusan yang hadir di sana.

Di sisi wanita itu turut hadir seorang pemuda yang tampak pemalu. Surai blonde dengan mata emerald nan sesekali melirik sekitarnya. Walau dirinya lebih banyak menunduk di samping sang ratu.

Dusk Teriel. Komandan utama kerajaan Aries itu sesekali melempar senyum pada sosok yang ditemuinya. Pria 40 tahun dengan rambut, netra, dan juga kulit serba coklat. Walau begitu ia cukup menawan, apa lagi fisik kokoh miliknya, akan sangat menyenangkan bagi para pemuja untuk bersandar di dadanya.

"Selamat datang di tanah Hades, Yang Mulia Ratu, suatu kehormatan bagi keluarga kami bisa menyambut anda di sini," begitulah sambutan dari kepala keluarga Hadesia.

"Terima kasih, Tuan. Seharusnya aku yang berterima kasih karena kalian sudah memberikan izin bagi kami untuk mengadakan pertemuan."

Namun di satu sisi, di lokasi yang tak jauh dari barak Hadesia, terlihat pertemuan dari dua utusan kerajaan.

Kerajaan Libra.

Tarbias Libraria, sang pangeran sekaligus putra mahkota kerajaan itu menatap datar utusan Orion yang berpapasan dengannya.

Hanya Eran Lybria, sang panglima kerajaan Libra, yang tampak memberi hormat pada utusan dari kerajaan tetangga.

"Suatu kehormatan bagi kerajaan kami bertemu utusan dari kerajaan Orion di sini. Jika tidak keberatan, apa kalian sudi berangkat bersama kami ke sana?"

Di antara tiga sosok yang berdiri di depan mata, Kaizer pun bersuara akhirnya.

"Suatu kehormatan juga bagi kerajaan kami bisa bertemu kalian di sini. Dan sebelum itu, izinkan aku memberi salam pada Yang Mulia putra mahkota Tarbias Libraria."

Tarbias hanya mengangguk sekilas. Namun sorot matanya, tak pernah lepas dari Kaizer. Seperti ada sesuatu dari tatapannya.

"Wajahmu tak asing, Tuan Muda. Apa sebelumnya kita pernah bertemu?"

Pertanyaan sang panglima mengalihkan atensi laki-laki itu. Perlahan, senyum pun terbit di bibir sang Orion.

"Maaf terlambat memperkenalkan diri. Aku Kaizer Von Eraydell, pangeran dari kerajaan Orion. Semoga kita bisa bekerja sama ke depannya, Yang Mulia, dan juga Tuan Eran Lybria."

Pernyataan Kaizer menyentak mereka. Karena bagaimana pun ini pertama kali bagi keduanya bertemu dengan sang pangeran.

"Begitu ya," Tarbias bergumam. Perlahan senyum tipis terpatri di bibirnya.

Di satu sisi, bunyi ringkik dari kuda yang membawa kereta hitam besar itu berhenti di gerbang masuk kediaman kastil Hadesia.

Tiga orang turun dari sana, salah satu yang bersurai perak tampak tersenyum cerah menatap pemandangan di depannya.

"Akhirnya kita sampai juga," Behella bersuara. Pria itu terlihat meregangkan tubuhnya.

"Hey, Pak Tua!" sosok di belakangnya bersuara. Pemuda itu terlihat jengah dalam membawa tombak di tangannya.

"Ada apa?" Siez melirik bingung padanya.

"Kau yakin ini aman?" pertanyaan itu membungkam dua sosok dari Darkas. Bagaimana pun kehadiran Lucius Vez Ignatius sebagai pengawal sekaligus utusan Darkas jelas menyimpang sekarang. Ia hanyalah tokoh yang bekerjasama dengan mereka, bukan penduduk asli atau prajurit kerajaan sana.

Pesona Wanita TerkutukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang