39. Menenangkan

1.3K 163 28
                                    



Vote, thank you ❤❤

➴➵➶➴➵➶➴➵➶➴➵➶➴➵➶

Setelah merasa Jio cukup tenang, Raga menggendongnya lagi ke kamar. Entahlah, sekarang justru Raga yang ketar-ketir. Dia berpikir jika kejujuran yang Jio tawarkan mungkin akan memberi jarak antara mereka berdua. Itulah sebabnya, Raga terkesan menolak dan bahkan menyesali keusilan mulutnya yang menebak tapi ternyata benar.

"Adek pengennya Mas Raga tau dari mulutku sendiri, bukan dari orang lain." Jio kekeh ingin bercerita.

"Oke, i'm ready." akhirnya Raga menuruti.

Jio duduk bersila diatas ranjangnya, sedang Raga tepat di depannya, bersandar pada kepala ranjang. Mereka saling berhadapan.

"Aku datang ke LA sama Cassa, karena kita ikut proyek di laboratorium di sana," Jio mulai bercerita. "Terus, di LA itu kita ketemu sama sahabat lama kita, namanya Zaages. Zaa udah kayak keluarga buat aku."

Setelah menjeda beberapa detik, Jio meneruskan ceritanya,"Zaa punya tunangan, dan tunangannya juga baik banget sama aku dan Cassa. Kita boleh tinggal di rumahnya, pakai mobilnya, intinya dia baik."

"Dan juga merebut hati Jio...?" potong Raga, dia seperti sudah bisa menebak arah pembicaraan ini.

"Iya, bener. Aku suka sama tunangan temen aku sendiri... " Jio jujur tanpa ingin berkilah.

"Dan akhirnya dia juga suka sama Adek? Makanya sekarang rumit?" tebak Raga lagi.

"Soal itu, aku udah bodoamat. Yang penting buat aku cuma mas Raga." tutup cerita Jio. Kemudian dia masuk ke pelukan Raga. Cerita yang perlu banyak persiapan itu, tak disangka hanya berakhir singkat.

Melihat bayik manis masih terus ndusel-ndusel padanya, Raga membenahi duduknya untuk membuat Jio lebih nyaman. Posisinya sekarang Raga mendekap Jio dari belakang, dan membiarkan dia bersandar di dadanya.

"Efforts lho Dek, dia datang jauh kesini demi kamu, meninggalkan tunangannya. Yakin kamu nolak dia?" Raga justru lanjut menggoda Jio. Dia sudah cukup hafal bagaimana Jio. Menurutnya, Jio terkadang memang impulsif tapi dia bukan orang yang membiarkan kecerobohan menguasainya.

"Ish, dibilang soal itu aku udah bodoamat kok... Terserah lah mau dia apa! Aku gak tertarik!" Jio sudah keluar sungutnya, kesel karena Raga menggodanya, padahal kan seharusnya Raga yang marah.

"Iya sayangkuuuu, jangan sewot ih.. Kan siapa tau Adek masih kepikiran," kilah Raga.

"Mas tuh aneh tau gak? Ini nih orang yang lagi Mas peluk ini, abis dipeluk orang lain lho. Gitu gak ada jijik-jijiknya. Marah kek, cemburu kek, Ini malah anteng doang. kenapa? gak cinta ya? Ketauan!" tuduhan Jio merajalela.

"Nggak gitu sayangkuuu.... "

"Ish.... "

"Sini Mas jelasin." Raga menegakkan tubuh Jio agar mereka bisa leluasa bertatapan. "Kedewasaanmu, rasa penasaranmu, tindakan impulsifmu, kepekaan mu, itu semua bukan sesuatu yang bisa Mas ajarkan dengan hanya bicara." lanjutnya.

Setelah menunggu reaksi Jio, Raga melanjutkan, "Coba Mas tanya, adek masih ada rasa kan sama dia? Jawab dulu!"

Jio mengangguk, walaupun terkesan terpaksa.

"Nyaman tidak dipeluk dia? Bahagia tidak pas bersama dia? Tanyain baik-baik sama hatinya Adek!"

Jio membeku, yang seperti ini mana pernah dia pikirkan. Kan dia juga bukan yang meminta Jayden datang.

"Mas yakin, pasti kamu gak nyaman. Walaupun dia orang yang kamu suka."

Jio mengangguk, membenarkan perkataan Raga.

The Replica (BxB||End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang