41. Memori

1.9K 150 14
                                    


Vote, kamu orang baik... ❤

➴➵➶➴➵➶➴➵➶➴➵➶➴➵➶

Matahari sudah meninggi, tapi ada dua pria kelelahan yang masih setia berpelukan dalam balutan selimut . Benderang binar matahari tak sampai mengusik ke dalam kamar karena terhalau korden  berwarna gelap, hanya menyisakan remang cahaya pertanda hari sudah berganti.

Jio yang membuka mata duluan, asyik memandangi wajah kekasihnya yang masih memejamkan mata. Pikirannya berkelana ketika melihat seseorang yang berharga untuknya itu sedang tidur nyenyak dalam dekapannya.

Sekarang Jio sepenuhnya paham tentang apa yang Raga katakan kemarin malam. Apakah Jio nyaman bersama Jayden? Sekarang dia sudah tau jawabannya.

Jayden mungkin orang yang membuatnya jatuh cinta. Walaupun dengan spek yang sama, Raga yang berada di sampingnya tentu tak sekaligus bisa menggantikan posisinya. Padahal Raga juga melakukan hal yang serupa. Beruntungnya, Raga dapat memahami bahkan sabar dengan  ketidakpastian Jio mengenai perasaannya sendiri

Tapi sekarang Jio paham, kenyamanan Jayden dan Raga untuknya berada dalam tingkatan yang berbeda. Perkataan Raga membuatnya menyadari bahwa cinta belum tentu membuatnya nyaman. Kenyamanan, ketenangan, ketentraman yang ditawarkan Raga seperti berhasil meluluhlantakkan keras hatinya.

Cinta sih boleh, tapi tetap main aman, begitu kira-kira prinsip terbaru Jio.

Raga pernah mengatakan, Jio lah satu-satunya yang dia punya sekarang. Mereka berdua punya satu sama lain untuk menguatkan. Mengingat itu membuat Jio tersenyum, dia merasa sangat beruntung.

"Mmm.... " Raga menggeliat karena terusik jari Jio yang memainkan alisnya. Melihat Raga mulai bangun, Jio justru berpura-pura tidur lagi demi menutupi malunya.

"Morning, Sayangku," sambut Raga dengan segera mengecup kening kekasihnya. Yang disayang justru masih merem. Tapi ketika Raga rajin membelai satu persatu fitur wajahnya, Jio akhirnya menyerah juga. Dia langsung membukanya matanya, bibirnya pun mencebik tanda protes.

"Laper... " adunya manja. Ternyata bukan kalimat romantis yang keluar pertama dari mulutnya.

"Oh, udah siang ternyata," Raga melirik jam dinding yang menunjukkan pukul sebelas lewat sepuluh menit. "Mau makan apa sayangku?" tanyanya lagi.

"Semangka. Yang dingin," request Jio cepat, yang tentu saja langsung diberi anggukan Raga.

Sesaat setelah Raga mulai bangkit dari posisinya, agar cepat memenuhi permintaan Jio, Jio justru mau menyusul.

"Eits, tuan muda disini saja... " cegah Raga. "Biar hamba yang ambilkan. Jarak dari sini ke dapur tentu tak membuatmu merindukanku kan?" goda Raga.

"Iiiiihhh..!!" Jio auto meleyot. Senyumnya tak bisa disembunyikan, pipinya merona, bahkan lebih merona ketika Raga tiba-tiba mencium keningnya sekali lagi sambil mendorongnya untuk berbaring. Tak ketinggalan kerlingan matanya yang membuat anak muda di depannya salting.

"Anda tidak boleh kecapean, ya Tuan?" pesan Raga sebelum akhirnya pergi keluar kamar meninggalkan Jio yang masih terus berusaha mengontrol dirinya.

Setelah melewati dini hari dengan kegiatan yang menyenangkan bersama kekasihnya, tentu sumringah dan bahagia adalah suatu keharusan. Jio bahkan senyum-senyum sendiri mengingat kejadian mendebarkan beberapa waktu lalu.

Raga memperlakukannya dengan sangat lembut, bahkan ketika mereka sudah selesai, Raga yang menggotong tubuhnya ke bathtub dan memandikannya dengan air hangat agar Jio bisa meneruskan tidur dengan nyaman.

The Replica (BxB||End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang