42. Donor

1.5K 147 8
                                    

Vote adalah bentuk kebaikan ⭐
Thank you ❤

➴➵➶➴➵➶➴➵➶➴➵➶➴➵➶

Dua pemuda dengan perasaan yang bahagia tengah bermesraan di sofa. Yang lebih tua sibuk memeriksa lembar-lembar kertas pekerjaannya, sedang yang lebih muda asyik tiduran di pangkuannya sambil nonton TV. Sesekali dia bahkan memberi kode minta disuapi camilan pada yang sedang sibuk bekerja.

Seperti yang terlihat, mereka berdua sedang dimabuk kepayang, menikmati bulir-bulir cinta yang semakin lama semakin besar takarannya. Semuanya nampak baik-baik saja sebelum interupsi dering telepon terdengar dari HP milik bocah kesayangan Raga itu. Tentu saja Raga membantu Jio mengambilkan HP-nya di atas meja, sementara yang punya masih menggerutu, merasa pekerjaan memanggilnya.

"Jayden?" Raga menunjukkan layar HP ke arah Jio.

"Hah?" Jio auto kaget. Pasalnya, baru kali ini Jayden berani menghubunginya via call, biasanya hanya chat. Lagipula dia pikir urusannya dengan Jayden sudah selesai.

"Biarin aja deh Mas. Gak penting," sahut Jio cuek.

Raga menurut tanpa bertanya, dia meletakkan Hp itu di meja sebelum nada dering kedua terdengar lagi.

"Angkat aja Dek, siapa tau penting," titah Raga.

"Ih, nggak mau!!"

"Ada Mas disini lho, loudspeaker aja. Kita dengerin maksudnya apa,"

Dengan malas Jio mengambil HP-nya dari tangan Raga, menggeser tombol hijau dan langsung mengaktifkan mode loudspeaker.

"Selamat sore, dengan Kenzio?" suara perempuan terdengar dari seberang. Seketika Jio dan Raga mematung. Saling bertanya kenapa bukan Jayden.

"Halo, benar ini dengan saudara Kenzio?" suara dari seberang terdengar sekali lagi.

"Iya, saya Kenzio. Anda siapa? Kenapa Anda bisa memakai nomer ini?" sahut Jio.

"Mohon maaf Mas, kami dari Rumah Sakit Waraso. Siang ini kami menerima pasien korban kecelakaan dengan identitas USA bernama Jayden Aryahansa. Apa benar rekan Mas Kenzio?"

Jio mendadak diam. Tak sanggup bersuara, mencoba mencerna apa yang baru saja dia dengar dan berharap ini hanyalah panggilan iseng tak penting.

Tapi pihak seberang terus menunggu konfirmasi dari Jio, "Kami terpaksa membuka HP pasien karena kami butuh wali untuk beliau. Di semua panggilan hanya nomer ini yang berkode Indonesia. Maka dari itu kami menghubungi Anda," jelas perempuan di seberang.

Jio semakin bergeming, bahkan berkedip saja sepertinya tidak. Sulit untuk percaya kabar mengagetkan tersebut.

"Iya benar. Dia teman kita. Kecelakaan apa ya?" Raga yang ambil alih bicara, sedang Jio masih mematung.

"Kecelakaan tunggal di tol menuju bandara Mas."

"Terus kondisi teman kita gimana Mbak?" lanjut Raga.

"Sekarang kondisi pasien Jayden belum sadar, masih dalam penanganan tim kami."

"Oh my God," celetuk Raga. Dia membawa Jio ke pelukannya, karena menurutnya Jio pasti lebih syok mendengar kabar ini.

"Kami mohon jika memungkinkan anda bisa segera datang atau menghubungi keluarga dekatnya untuk datang ke Rumah Sakit karena kami butuh tanda tangan walinya untuk beberapa prosedur,"

"Kami yang akan kesana segera Mbak, terimakasih." Raga mematikan panggilannya, sedang Jio dipelukannya masih lemas terdiam.

"Kita kerumah sakit ya Sayang, Ayo!" ajak Raga lembut. Melihat Jio mendadak seperti itu membuatnya ikut teriris. Dia sendiri bahkan tidak bisa membayangkan apa yang Jio pikirkan sekarang.

The Replica (BxB||End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang