"Wallahi saya tidak akan terima jika ada seorang pun yang menyakiti dirimu,"
Gus Arka
•
💐
•
💐
•Suasana malam hari di pondok benar-benar berbeda dengan suasana di perkotaan, di pondok terdengar lantunan ayat suci Alquran terus menerus di setiap tempat nya.
Rasanya benar-benar sangat nyaman, sama seperti hal nya sekarang Fauza yang sedang memeluk guling nya sambil mendengarkan Gus Arka mengaji.
"Buang aja guling nya," cibir Gus Arka yang melihat Fauza memeluk erat guling itu seakan-akan sangat takut kehilangannya.
"Ihh kok gitu si Gus, jangan lah guling ini sekarang kesayangan saya," ucap Fauza yang makin mendusel-dusel pada guling kesayangannya.
"Ck! Bagus saya buang aja itu guling, buat iri aja," cibir Gus Arka yang merasa tersaingi oleh sebuah guling.
"Ngomong apa si Gus, pelan banget gk kedenger tau," cibir Fauza.
"Gk bukan apa-apa," jawab Gus Arka yang duduk di samping Fauza yang masih rebahan.
"Kita tinggal di ndalem dulu ya, soal nya rumah yang baru saya bangun kemaren belom di selametin," ujar Gus Arka yang menatap Fauza.
Fauza pun menatap Gus Arka, sejak kapan ia membangun rumah?
"Loh Gus buat rumah? Di mana? Emang di deket sini?"
"Iyaa ada di dalem pondok juga, besok kita liat rumah kita ya,"
Rumah kita?
Sial! Hanya mendengar kata-kata itu saja Fauza menjadi salting.
"Rumah kita ya Gus," ucap Fauza sambil tersenyum manis.
"Hmm" jawab Gus Arka datar.
Senyuman di wajah Fauza kembali pudar, astaga suami macam apa ini, kenapa cuek sekali, menjengkelkan.
Kedua nya hanya diam dan sibuk dalam pikiran masing-masing, "Jangan bengong ntar kerasukan,"
"Gpp kalo yang nyembuhin seganteng Gus," goda Fauza yang menaik turunkan alisnya.
"Ruqyah aku dong Gus," ujar Fauza yang mengedipkan mata nya kepada Gus Arka.
"Astaghfirullahaladzim, gk beres," sinis Gus Arka yang mengelus dada melihat kelakuan istrinya.
Dimana-mana juga orang tidak akan minta di ruqyah secentil yang Fauza lakukan, tapi lihat lah istrinya justru menggoda nya dan minta untuk di ruqyah.
"6 tahun gk ketemu, saya gk nyangka kamu se enggak beres ini,"
"Saya tuh beres Gus cuman kadang-kadang aja," jawab Fauza.
Gus Arka hanya menghela nafas, menghadapi Fauza sekarang sangatlah sulit.
KAMU SEDANG MEMBACA
HIRAETH ARFA
Teen FictionTakdir selalu membawa kita ke tempat di mana semua luka berasal, tak ada yang bisa berlari dari trauma dan luka nya karena sejauh apa pun kau berlari luka dan trauma mu tidak akan pernah sembuh. Bagaimana jadinya jika takdir membawa mu ke titik di m...