37 | HATI YANG BAIK

113 15 0
                                    

Belajar ikhlas ya
untuk semua hal
meski berat tapi seiring
berjalannya waktu
semua pasti jauh lebih
ringan

~•.oOo.•~

Semua orang rumah belum mengetahui bahwa Fauza hilang, hingga keesokan paginya mereka pun belum tau sama sekali tentang berita ini. Sekarang semua orang sedang berkumpul di meja makan, Gus Arka sengaja datang terakhiran menunggu mereka selesai makan, atau jika tidak semua orang tidak akan ada yang mau makan.

"Ehh itu Arka, Fauza mana Ar? dia masih menggigil?" tanya Erik pada menantunya.

"Iyaa biar mama buatin sop ya buat dia, biar hangat. Nanti kamu bawain ke kamar, biar dia makan di kamar aja," ucap Sarah yang tersenyum manis, ia akan membuatkan sop kesukaan putrinya.

"Jangan boleh ke laut Ar, apa lagi gk pake alas kaki, Fauza itu bandel kamu harus banyakin sabar-sabar aja kalo nasehatin dia," jelas Oma yang membuat semua orang terkekeh.

"Udah-udah. Ayo Arka, kamu sarapan dulu sini, biar nanti makanan Fauza di kirim sama bibik," ucap Opa yang mengajak Arka bergabung di meja makan untuk sarapan bersama.

Gus Arka hanya bisa menunduk menahan sesak di hatinya, semua orang begitu perhatian dengan Fauza, tapi mereka tidak tau bahwa Fauza tidak ada bersama mereka sejak kemarin.

"Saya minta maaf sama kalian, saya belom ngasih tau ini dari semalam ke kalian, tapi Fauza sejak dari acara kemarin sebenarnya hilang. Saya, Revan, Glen dan Gilang semalam sudah berusaha mencarinya, tapi kami tidak dapat menemukannya," Sontak semua orang langsung kaget dan bangun dari tempat duduk mereka, berita ini benar-benar membuat semua orang syok.

"Ya allah, kok bisa gini masalahnya apa Ar? kamu berantem sama Fauza apa gimana?" tanya Oma yang sangat syok mendengar berita bahwa cucu kesayangannya telah hilang dari kemarin sore.

"Kita gk bisa diem aja, kita lapor polisi biar bantu cari juga. Apalagi Fauza lagi hamil, Opa gamau dia kenapa-kenapa di luaran sana," Opa langsung menghubungi komisaris besar polisi di daerah sekitar resort.

Semua orang benar-benar cemas memikirkan keadaan Fauza, entah penculik macam apa yang telah menculiknya, semoga Fauza baik-baik saja.

Semua orang panik tapi tidak dengan Salma, hatinya bersorak senang. Ia justu berdoa agar Fauza tidak pernah kembali, siapapun itu yang telah menyulik Fauza ia telah menyelamatkan Salma, dan secara tidak langsung ia juga membantunya untuk menyingkirkan Fauza.

Gus Azzam sedari tadi memperhatikan Salma, kenapa ia malah tersenyum? mencurigakan.

Saat semua orang sibuk mencari Fauza, Gus Azzam menarik Salma ke kamar. "Jelasin ke saya! kenapa kamu senyum saat tau Fauza di culik?! apa kamu terlibat dalam hal ini?!" tanya Gus Azzam yang menatap tajam Salma.

Salma begitu terkejut mendengar pertanyaan Gus Azzam, ternyata tadi ia melihatnya tersenyum, gawat. "Saya gk terlibat apapun dalam kasus penculikan Fauza, Gus!"

Gus Azzam masih menatap Salma dengan tatapan curiga, "Gus gk percaya sama saya? ternyata bener ya kalo Gus itu masih cinta sama Fauza!" melihat tatapan Gus Azzam yang seperti masih mencurigainya membuat Salma harus menggunakan gelar istrinya agar Gus Azzam percaya.

"Ini gada hubungannya sama perasaan saya ke Fauza! kamu jangan coba-coba untuk cari masalah lain Salma! Saya peringatin ke kamu, kalo sampe saya tau kamu terlibat dalam kasus penculikan Fauza! maka saya gk akan tinggal diam Salma!" Gus Azzam sampai menunjuk Salma dengan jarinya, sosok selembut itu bisa menjadi sekasar ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 21 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HIRAETH ARFATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang