Sekarang Gus Arka sedang mengobati luka Fauza, "Besok lagi jangan ngapa-ngapain,"
"Emang saya gk boleh bantu-bantu bersihin pondok? Ya masa saya diam aja Gus," cibir Fauza yang menatap Gus Arka.
Gus Arka pun mendongak dan menatap Fauza, "Tugas kamu cuman ngurusin saya dan bukan yang lain, saya gk mau kamu kenapa-kenapa, apa lagi sampe kecapean ngurus pondok,"
"Cukup saya yang kamu urusin bukan yang lain,"
"Tap-"
"Gada tapi-tapian!" Tegas Gus Arka.
"Ayo sarapan dulu, mau makan di sini apa di luar bareng yang lain?" Tanya Gus Arka.
"Saya malah binggung Gus, gimana cara saya makan? Tangan saya di kasih salep semua gini," cibir Fauza yang memandang kedua telapak tangan nya yang penuh dengan salep.
"Ada saya kamu gausah pusing,"
Gus Arka langsung pergi untuk mengambil makanan.
"Ehh main asal pergi aja, maksudnya dia mau nguapin gw gitu?" Ujar Fauza yang bermonolog sendiri.
Di dapur Gus Arka bertemu dengan yang lain, ia mengambil dua piring di nampan untuk nya dan Fauza.
"Fauza gimana Ar? Tangan nya gk parah banget kan?" Tanya Erik.
"Gpp kok pah, udah Arka obatin juga,"
"Oh bagus lah kalo gitu," jawab Erik.
"Gila yah emang Fauza kuat juga nyapu halaman seluas itu, keren si adek gw, hati-hati Ar, Fauza tuh gk bisa diam, dia pasti akan buat onar di pondok," ucap Rangga.
"Kamu nih adek sendiri juga malah di nistain," ucap Chesa yang tak habis pikir dengan suami nya.
"Ya gitu lah kerjaannya Rangga sama Fauza gk pernah akur, ada aja tingkah nya," timpal Sarah.
"Udah makan-makan kok malah ngobrol," ucap Oma yang memotong pembicaraan mereka.
Gus Arka pun selesai menyiapkan makanan untuk nya dan Fauza, "Kalo gitu Arka permisi dulu ya,"
"Iyaa Ar,"
Sekarang di kamar Fauza justru merasa sangat ngantuk, ya ampun apa ini efek dari dirinya yang lelah karena habis bersih-bersih?
"Jangan tidur dulu, ayo makan," ucap Gus Arka yang melihat Fauza sudah 5 Watt.
"Ayo makan dulu, baca doa,"
"Saya gk mau makan Gus, Gus aja deh saya ntaran aja makan nya," ucap Fauza yang menutup mata nya.
"Makan dulu Fauza, cuman sebentar udah nya kamu bisa tidur," jelas Gus Arka.
"Gk mau Gus, saya gk laper,"
Fauza berbicara dengan mata tertutup, sulit untuk nya membuka mata nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HIRAETH ARFA
Fiksi RemajaTakdir selalu membawa kita ke tempat di mana semua luka berasal, tak ada yang bisa berlari dari trauma dan luka nya karena sejauh apa pun kau berlari luka dan trauma mu tidak akan pernah sembuh. Bagaimana jadinya jika takdir membawa mu ke titik di m...