Prolog

31.8K 1.1K 137
                                    

Walcome My Story
.
.

Tiga Papa Muda wkwk

...

Kringg

Bunyi alarm berdering panjang disebuah rumah sederhana dengan satu pintu, dua jendela dan satu buah kamar ini. Tiga manusia tampak masih berusaha untuk membuka kedua matanya yang masih ingin tidur.

Dua orang yang berada diranjang atas sama-sama menutup telinga dengan kedua tangan dan meninggalkan satu orang dikasur bawah yang sudah duduk dan mematikan alarm.

Pukul 05.00 tepat. Muhammad Reyhan bangkit dan jalan menuju kamar mandi untuk segera bersiap-siap pergi ke mesjid.

Sedangkan dua orang yang tersisa masih setia dengan dunia mimpi, Satya Baskara dan Mahesa.

Reyhan keluar dari kamar mandi dan sudah siap dengan sarung juga sejadah yang terletak dipundaknya. Reyhan hanya bisa menepuk dahinya melihat teman satu rumahnya ini.

Baik Reyhan maupun Satya juga Mahesa, mereka bertiga adalah anak rantauan yang pertama kali bertemu di halte bus dan memutuskan untuk saling berkenalan.

Reyhan yang merauntau kesini untuk sekolah disebuah Pesantren tempat belajar yang disarankan oleh Abi-nya, begitu juga dengan Satya yang merantau untuk kuliah di kota ini, beda dengan Mahesa yang memang memutuskan merantau untuk mandiri.

Sudah hampir tiga tahun lamanya, mereka sudah satu rumah dengan patungan untuk membayar setiap tahunnya.

Reyhan memutuskan untuk bulak balik pesantren dibandingkan memondok karena dia ingin membantu dua orang ini yang membutuhkan satu orang lagi agar bayar rumahnya bisa lebih hemat.

"Bang Satya, Mahesa, ayo bangun shalat shubuh," ucap Reyhan sambil menggoyangkan kaki Satya berniat untuk membangunkannya.

"Hm, bentar," gumam Satya.

"Gue duluan ke mesjid, kalo keburu kalian susul, biar dapat pahala jamaah, jangan tidur lagi, cepat bangun," sahut Reyhan bergegas menuju pintu kamar untuk segera pergi ke mesjid.

Mahesa bangun dan melangkah ke kamar mandi begitu juga dengan Satya yang memutuskan untuk tidur sebentar menunggu giliran dia mandi.

Suara adzan sudah berkumandang, Satya dan Mahesa memutuskan untuk shalat berdua dirumah saja. Mereka menyelesaikan shalat dengan khidmat.

Mahesa memakai seragam SMA-nya dan melangkah kedapur untuk minum air hangat.

Begitu juga dengan Reyhan yang baru sampai dirumah dan melangkah menuju dapur untuk memasak lalu setelahnya dia baru mengganti pakaiannya untuk bersiap berangkat ke Pesantren. Reyhan termasuk laki-laki yang pandai memasak karena itu Reyhan memiliki tugas bagian dapur sedangkan Satya tukang belanja keperluan dan Mahesa bersih-bersih rumah.

Setelah memakai seragam Pesantrennya, Reyhan bergabung sarapan dengan kedua penghuni rumah.

Saat keadaan hening, suara anak kecil teriak memanggil 'Papa' terdengar dari arah luar.

"Anak tetangga berisik banget pagi-pagi," ucap Mahesa.

"Namanya juga anak kecil, kalo gak teriak mereka nangis, lo juga gitu pas kecil kan? " jawab Satya.

"Sok tahu lo, Gue udah dari kecil anak baik, gak pernah teriak-teriak, diam seperti pemalu," sahut Mahesa.

"Bilang aja lo gak punya teman, siapa juga yang mau temenan sama lo si sepupunya monyet dora," astaga manusia bernama Satya ini!!

"Tapi, kita gak punya tetangga kan? penghuni kiri jarang dirumah lalu yang dikanan kosong," balas Reyhan.

Tiba-tiba perkelahian Satya dan Mahesa mendadak berhenti, mereka bertiga merinding seketika.

"Gak mungkin lah, Gue salah dengar kali," Mahesa membersihkan telinga dengan jari kelingkingnya.

"Iya, mungkin suara kucing kawin itu," sahut Satya mengelus punggung tangannya yang merinding.

"Coba Gue periksa," Reyhan melangkah menuju pintu.

Satya menahan lengan Reyhan sambil menggelengkan kepala, lalu Reyhan mengalihkan pandangannya kearah Mahesa yang mangap melihat Reyhan dan Sayta.

"Kenapa Gue jadi lihat bunga-bunga ya diantara mereka, selain telinga Gue yang bermasalah, mata Gue juga mendadak eror," gumam Mahesa mengucek mata.

"Rey, jangan diperiksa oke, siapa tahu itu bayi jadi-jadian," ucap Satya memperingati.

"Ini udah pagi, mana ada hantu," bantah Reyhan.

"Sekarang hantu gak mandang lagi musim panas, salju atau gugur, apalagi siang dan malam. Mereka kalo mau keluar sudah bebas sekarang," jawab Satya masih setia menahan tangan Reyhan dan Mahesa masih setia juga mengucek matanya.

Reyhan mengubah posisi tangannya, kini dia yang memegang tangan Satya dan menarik laki-laki itu untuk ikut dengannya memeriksa bersama kedepan pintu.

"Rey, lo mau bawa Bang satya kemana? masih banyak cewek Rey, napa lo jadi suka sama cowok, lo sekolah di Pesantren masa gak tahu kalo itu HARAM WOY," teriak Mahesa ikut mengikuti mereka berdua.

Reyhan menghembuskan napas, dia sebenarnya juga takut dengan hantu. Makhluk gaib dan manusia memang hidup saling berdamping kan? Hanya saja kita yang tidak dapat melihat mereka.

Sambil membaca ta'awudz dan bismillah. Reyhan membuka pintu, Satya sudah menutup matanya dengan tangan kirinya yang tidak dipegang Reyhan.

Sedangkan Mahesa mengintip dari balik belakang Satya. Reyhan termenung didepan pintu.

"Rey, lo kenapa jadi diam?" tanya Satya membuka mata.

Satya berbalik melihat Mahesa yang juga mendadak diam dan pandangannya lurus kedepan.

"Kalian kenapa jadi diam, jadi patung ya, perasaan kalian bukan malin kundang deh yang dikutuk jadi batu,"

Mahesa mendorong kepala Satya untuk menghadap kearah pintu. Hal yang sama mendadak terjadi, Satya diam ditempat tidak bersuara.



Mungkin mereka lihat kucing kawin kali ya!! Wkwkw

Bersambung..

Bersambung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
TIGA PAPA MUDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang