38. Tangis Satya

5.2K 400 12
                                    

Walcome My Story
.
.

Selamat datang semuanya!!

Hari sudah menunjukkan pukul 15.00 siang, Mawar dan Satya tiba disebuah rumah yang tidak lain tempat Mawar dibesarkan saat dia kecil hingga beranjak dewasa. Mawar menatap lamat rumah yang sudah belasan tahun dia tinggalkan.

Rumahnya tentu sudah berbeda dibandingkan dulu, mata Mawar berkaca-kaca, dia masih mengingat dengan jelas tatapan kecewa Ibunya bahkan teriakan Ayahnya. Mawar bergetar.

"Mawar, lo oke?" tanya Satya khawatir.

Mawar berusaha untuk tersenyum, dia mengangguk. Satya turun dari mobil dan membukakan pintu mobil untuk Mawar keluar.

Mawar dapat melihat dengan jelas sekarang perubahannya, dulu pohon mangga besar tertanam subur kini sudah menghilang. Mawar tersenyum lirih saat dia ingat bagaimana dulu dia dan adeknya menaiki pohon itu.

"Semua akan baik-baik saja,"

"Gue gak yakin Satya, bagaimana jika kita pergi saja, lo sudah sewa hotel kan? Besok kita kembali, Adib pas-"

"Gak Mawar, kita sudah sampai disini, tidak ada balik-balik sebelum kita bertemu mereka, lo tenang aja ya,"

"Mawar," panggil seseorang dari arah kanan mereka.

Satya dan Mawar mengalihkan pandangan mereka kearah suara, disana berdiri seorang wanita yang sangat Mawar kenali, dulu dia tidak sekeriput itu namun sekarang tampak sekali wajah itu sudah menua.

"Ya Allah Mawar," dia tergopoh-gopoh menghampiri.

Mawar berlari mendekati, dia memeluk kedua kaki Ibunya, menangis tidak terbendung. Dadanya sesak bahkan sangat sesak. Dia berulang kali mengucapkan kata maaf.

"Ya Allah Bangun Nak,"

"I-ibu maafkan Mawar,"

Ibu Mawar membangunkan anak perempuan yang sudah lama tidak datang kesini. Dia menangkup wajah Putrinya. Ibu tersenyum dan ikut menangis melihat Putrinya, rasa rindu tiba-tiba meluap pergi setelah melihat jika Putrinya baik-baik saja.


"Kita masuk ya nak, disini panas,"

Mawar menggeleng, dia masih belum kuat untuk masuk kembali kedalam rumah ini.

"Tidak papa Nak, ayo,"

Mata Ibu Mawar menangkap sosok Satya yang tersenyum kearahnya. Satya mencium tangan Ibu Mawar.

"Dia siapa nak? Ibu baru sadar, dimana suami dan anakmu?"

"Di-dia calon suami Mawar Bu, Andre sudah menjadi mantan suami Mawar,"

"Apa?" kaget Ibu Mawar.

"Maaf Bu, maaf,"

"Tidak papa Nak, ayo masuk dulu," ucap Ibu Mawar kearah Satya dengan ramah.

Belum sempat Mawar melangkahkan kakinya, Ayahnya datang dan mencekram kuat kerah baju Satya. Pekikan kaget tidak terhindari. Adek Mawar bernama Bagas langsung menahan Ayahnya.

TIGA PAPA MUDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang