44. Ekstra Part : Pov Reyhan

4.2K 300 8
                                    

Walcome My Story
.
.
Hai Abii Reyhan!!

Abi sering mengatakan kepada Reyhan kecil jika dunia adalah tempat kita beristirahat sementara, diibaratkan seperti seorang pengembara yang tengah melakukan perjalanan dan harus berhenti untuk beristirahat juga mangisi bekalnya sebelum dia melanjutkan kembali menuju tujuannya, begitu juga dengan manusia yang berada didunia ini hanya sementara dan yang kekal ada di akhirat.

Tidak pernah luput sehari pun, Abi selalu mengatakan itu kepada Reyhan untuk mengingatkan jika Reyhan tidak boleh bersikap sekehendak saja ditempat sementara ini dan berakhir menyesal diakhirat nanti.

"Selalu ingat pesan Abi ya Muhammad," ucap Abi kepada putranya yang ada dipangkuannya.

Anak berusia lima tahun itu mengangguk sambil memakan kue yang ada ditangannya. Abi mencium gemas kedua pipi Reyhan berulang kali membuat anak laki-laki itu tertawa geli.

"Berhenti Abi hahah,"

"Serangan ciuman Abi bertubi-tubi,"

"Abi, Muhammad geli haha,"

"Abi tidak peduli," anak dan abi itu sama-sama melontarkan tawa.

Semua berjalan dengan bahagia, keluarga Reyhan melewati semuanya dengan bersama-sama, semua warga bahkan segan dengan keluarga Reyhan karena sang Abi juga termasuk salah satu ustadz yang di sukai didesa ini.

Suatu hari, saat itu Reyhan sudah sekolah kelas 3 Mts, laki-laki itu sudah remaja dan sebentar lagi akan lulus, dia sudah memutuskan untuk sekolah di SMA yang Reyhan inginkan. Namun, saat sampai dirumah Abi melarangnya dengan tegas.

Tampak sekali Abi tidak setuju.

"Muhammad ingin sekolah disana Abi," ucap Reyhan dengan nada lemahnya, tidak sedikit pun meninggi.

"Abi sudah telorensi saat Kamu mengatakan belum siap sekolah pesantren dikota dan Abi hargai itu, andai Kamu tahu, dulu setelah lulus SD Abi sudah dimasukkan ke pesantren dan kakekmu tidak peduli dengan segala bentuk rengekan Abi yang tidak mau berpisah dengan Nenekmu dan Kamu sekarang sudah remaja Nak,"

"Abi, Muhammad minta maaf,"

Abi menghela napas, dia tahu jika anaknya tentu memiliki hak untuk menentukan dimana sekolah nantinya tapi izinkan Abi egois untuk pendidikannya ini.

Abi merentangkan kedua tangannya, Reyhan memeluk erat Abinya dan menangis menghilangkan sesak karena keputusannya tidak diterima Abi. Ummi tersenyum dibalik pintu.

"Maaf Abi,"

"Tidak papa Nak,"

Kelulusan itu tiba membawa berita senang dan sedih karena hari itu Abinya meninggal dunia. Dia tidak sempat mengantarkan kepergian Reyhan ke pesantren.

Disela sekaratul mautnya Abi sempat berpesan untuk terus menjaga Ummi dan jadi anak yang baik. Reyhan tentu akan berusaha melakukan itu.

Abi pergi tepat pukul 05.00 pagi setelah adzan subuh berkumandang, Reyhan dan Ummi melepas kepergian Abi dengan hati yang lapang karena mereka yakin Abi telah berada ditempat yang jauh lebih baik diatas sana.

TIGA PAPA MUDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang