42. Pernikahan

5.4K 336 11
                                    

Walcome My Story
.
.
Ending!!

Lamaran Reyhan berjalan dengan begitu lancar, laki-laki yang dikenal dengan sebutan Ustadz Reyhan itu telah menemukan jodoh yang selama ini dia tunggu dan doakan kedatangannya.

Begitu juga dengan Satya, dia begitu bahagia dengan apa yang sudah terjadi dalam hidupnya. Semua berjalan dengan begitu baik meskipun harus dibumbui oleh sedikit duka namun itu semua tidak masalah karena hari ini pernikahannya.

Satya memakai jas putihnya dibantu Mahesa begitu juga dengan Reyhan yang memakai baju kokonya dengan mandiri.

"Sialan kalian, lo ganteng banget bang," puji Mahesa.

"Jangan menangis Sa, jodoh lo pasti ada juga kok,"

"Anjir, Gue bukan sedih karena itu, Gue sedih karena kalian,"

"Karna Kami?" bingung Reyhan.

Mahesa memeluk Satya dengan erat.

"Kalian sudah berkeluarga dan rasanya baru kemarin kita ketemu,"

"Lo benar Sa,"

Reyhan mendekat, dia menepuk pelan bahu Mahesa yang sudah menangis. Laki-laki yang memiliki gengsi selangit ini akhirnya menangis juga layaknya anak kecil.

"Gue senang ketemu kalian Bang, Gue senang kalian mau dengar cerita Gue, mau narik tangan Gue disaat terpuruk Gue, selalu membuat Gue tidak kesepian, dan buat Gue bisa kembali nerima orangtua Gue,"

"Gue juga senang kenal kalian berdua, nyanyi bareng sama lo Sa, diajarin Reyhan ngaji, mau bantu Gue nyewa rumah, bantu Gue semangat waktu skripsi, itu semua adalah hal yang tidak dapat Gue lupakan," ucap Satya.

Reyhan tertawa kecil. Mahesa melepas pelukan mereka berdua.

"Makasih ya, gara-gara kalian Gue tahu rasanya menghadapi orang tua seperti Bang Satya dan gengsi selangit kek lo Sa, pokoknya makasih," ucap Reyhan tanpa dosa dan berakhir mendapatkan tatapan maut dari Satya dan Mahesa yang tidak terima. Reyhan yang melihatnya hanya bisa tertawa. Mereka kembali berpelukan.

Adiba yang tanpa sengaja lewat langsung masuk dan ikut berpelukan. Mereka bertiga tertawa bersama-sama karena hampir saja melupakan seorang gadis kecil yang sangat berarti bagi mereka.

"Putri berhargaku," Satya mencium wajah Adiba.

"Adiba sayang kalian," seru Adiba.

"Kami juga sayang Adiba," jawab Satya.

"Cantik, nanti pegang tangan Mahesa ya, takutnya dia pingsan," lanjut Satya.

"Kenapa pingsan Ayah?" tanya Adiba.

"Takutnya dia iri lihat Ayah dan Abi Kamu sudah menemukan jodoh masing-masing dan siapa tahu dia pingsan nanti," jawab Satya.

"Mana ada," kesal Mahesa.

"Siap kapten Ayah," seru Adiba dan membuat Mahesa bertambah kesal. Reyhan dan Satya tertawa melihat wajah masam Mahesa.

Sedangkan diruangan satunya, Mawar dan Labiba sudah mengenakan pakain putih mereka. Mereka sama-sama dirias diruangan yang sama.

TIGA PAPA MUDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang