24. Mendadak Canggung

7.9K 566 18
                                    

Walcome My Story
.
.
Jangan lupa vote dan stay cerita ini!!

Canggung! Satu kata yang dapat mendiskripsikan suasana sekarang. Mahesa hanya fokos bolak-balik buka aplikasi wa, Satya sibuk melamun melihat kearah rak sepatu miliknya, sedangkan Reyhan sedari tadi membuat teh tidak juga kunjung siap.

Adiba duduk diantara Mahesa dan Satya. Dia diam membaca bukunya.
Mawar datang setelah membelikan makanan ringan untuk mereka. Adiba berdiri ingin menghampiri Mamanya.

"Adiba akan bantu Mama," ucap Adiba.

"Diba sini aja sama A-ayah ya," Satya mendadak gagap sendiri menyebut dirinya Ayah, hampir delapan tahun dia tidak pernah menyebut dirinya dengan sebutan itu lagi.

"Baik," Adiba kembali duduk.

Mawar melanjutkan langkahnya menuju dapur.

"Adiba sudah tumbuh besar, sekarang sudah berusia 13 tahun ya, kalau lewat handphone Ayah gak tahu kalau Adiba sudah makin tinggi," ucap Satya menggaruk tengkuk lehernya.

"Iya," jawab Adiba seadanya, dia juga merasakan kecangguan luar biasa.

"Kamu akan menetap disini?"

Adiba mengangguk.

"Iya, Mama sudah mendapatkan pekerjaan tetap disini dan majikan Mama sudah meninggal dunia dua bulan lalu, jadi untuk apa lagi Kami tinggal disana,"

"Ayah senang sekarang Adiba jadi tetangga Ayah, suatu kebetulan yang luar biasa,"

"Iya sangat luar biasa," jawab Adiba.

Satya menggosok tangannya, dia merasa lebih gugup daripada bertemu gebetan.

"Diba udah tahu bakal pindah sekolah kemana? Kalau belum, Ayah bisa bantu carikan?"

"Tidak perlu, Mama sudah mendaftarkan Diba di sekolah dekat sini katanya,"

"Maksud lo SMP 01," akhirnya Mahesa bicara.

"Iya disana, Adiba kurang tahu juga,"

"Wah bagus, sekolah itu bagus sekali kok," seru Satya.

Mawar datang dengan Reyhan, mereka meletakkan nampan teh dan cemilan dimeja.

"Lo bagus juga milihin sekolah buat Adiba," ucap Satya yang memang dasarnya ternyata seumuran dengan Mama Adiba.

"Cuma cari sekolah yang dekat rumah aja," jawab Mawar.

"Kata Diba tadi lo dapat pekerjaan tetap, kerja apa?"

"Jaga toko, gaji nya lumayan sih dan tokonya kebetulan punya temen,"

Satya mengangguk paham, Adiba duduk disamping Mamanya dan meminum teh dengan tenang selagi Mamanya dan Satya bicara.

"Rasanya enak kan? Gak kemanisan Humaira," tanya Reyhan.

Adiba menatap Reyhan, dia tersenyum saat mendengar panggilan humaira lagi.

"Pas dilidah Adiba,"

"Alhamdulillah,"

"Abi," panggil Adiba berbisik.

TIGA PAPA MUDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang