14. Penguntit

8.2K 556 3
                                    

Walcome My Story
.
.
Terima kasih sudah mampir

Tiga hari sudah berlalu setelah liburan mereka ke pantai di hari minggu kemarin. Satya dan Mahesa kini berada ditempat kerja mereka. Suara petikan gitar menandakan lagu telah berakhir.

Jam sudah menunjukkan pukul 11 malam. Dua laki-laki berbeda usia ini meletakkan microfon dan gitar ketempat penyimpanan.

"Seperti biasa, ini upah kalian untuk malam yang sangat indah," ucap Bos mereka menyerahkan amplop kepada Satya dan Mahesa.

"Thanks Bos," jawab Mahesa seadanya.

Bos mereka itu mengangguk dan melangkah masuk kedalam ruangannya. Seseorang mendekati mereka, ternyata itu Fauzan teman Satya dan Mahesa yang sudah mengundurkan diri satu tahun lalu.

"Apa kabar Bang?" sapa Mahesa basa-basi.

"Seperti yang kalian lihat," jawab Fauzan melepas maskernya. Dia tersenyum dengan tatapan mata memindai penampilan Mahesa dan Satya.

Mareka berdua saling melirik satu sama lainnya. Fauzan tiba-tiba merangkul mereka berdua.

"Gue kira setelah satu tahun Gue undur diri kalian bakal nyusul Gue jadi penyanyi terkenal tapi ternyata masih sama ya," ucapnya dengan nada mengejek.

"Maksud lo apa ya?" ucap Mahesa melepas rangkulan Fauzan.

"Sabar Mahesa," jawab Fauzan.

Dia kembali berdiri didepan mereka berdua. Fauzan meletakkan tangannya disaku celananya.

"Padahal kita bertiga punya cita-cita yang sama ingin menjadi penyanyi terkenal terutama lo Satya, Ayah lo berharap banget kan anaknya jadi penyanyi yang sukses, tapi ternyata Tuhan berpihak sama Gue bukan sama Lo, buktinya sekarang Gue terkenal dan kalian masih sama aja seperti dulu,"

Satya mengepalkan tangannya dengan erat. Mahesa menarik kerah kemeja Fauzan.

"Kalo lo mau pamer bukan disini, Gue dari tadi berusaha untuk gak nonjok muka songong lo itu Bang, hasil merangkak dan jilat kaki wanita itu aja bangga, lo sukses bukan karena Tuhan yang milih lo tapi karena lo melakukan perbuatan menjijikkan untuk mendapatkan posisi lo sekarang," ucap Mahesa lalu melepas kerah Fauzan yang terus menatap tajam dirinya.

Mahesa merangkul Satya.

"Ayo pergi Bang, sebelum kita buat masalah dan bikin Bos marah,"

Mereka melangkah keparkiran bersama-sama meninggalkan Fauzan yang menggeram kesal.

Ditengah perjalanan Satya tiba-tiba berhenti, Satya melepas helmnya dan turun dari motor. Dia berjongkok dengan napas terengah-engah seperti habis berlari maraton.

Mahesa yang dari tadi mengikuti dari belakang tentu kaget, dia ikut berhenti dan bergegas menghampiri Satya.

"Sialan, Fauzan sialan," gumam Satya berusaha mengontrol napasnya.

Mahesa mengelus punggung Satya supaya membantunya kembali tenang.

"Tenang Bang, tarik napas lo lalu hembuskan perlahan,"

Keringat Satya bercucuran. Dia memejamkan matanya untuk berdamai dengan dirinya. Sosok Ayahnya kembali memenuhi kepalanya.

"Satya-nya Ayah harus jadi penyanyi ya,"

"Iya Ayah, Satya punya suara yang bagus seperti Ibu,"

"Bakat Ibumu turun kepadamu, andai dia bisa lihat anaknya sama persis sepertinya, dia pasti bahagia Satya bisa mewujudkan mimpinya, Ayah yakin dia sekarang sedang bahagia disurga melihat Satya yang masih kecil sudah jago nyanyinya,"

TIGA PAPA MUDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang