"Ketika mencintai seseorang, orang pintar, pun bisa menjadi idiot."
-Someone-Target
Vote: 50 komen:20
Sebelum mencapai itu, tunggulah sampei buluk, mau double/triple up-pun susah gerak jdinya:)📖
"Bagaimana ini Tante? Saya sudah tidak sabar lagi."
"Dasar bodoh, saya memintamu untuk bersabar saja sudah mengeluh seakan ingin mati." Benturan gelas dengan meja kayu terdengar nyaring lantaran perasaan kesal membuat wanita itu meletakannya secara kasar.
Pria muda di hadapannya itu meloloskan napas berat. Dirinya paling susah bersabar, menunggu sesuatu yang memuakkan. Dia ingin cepat-cepat menyelesaikan semuanya, tak ingin menunda-nunda.
"Bersabarlah sedikit lagi, hanya untuk beberapa minggu lagi." Mata tajam itu mengunci pandangannya, tak heran wanita beranak dua ini digilai banyak pria dari berbagai kalangan, karena parasnya terlihat seperti umur 25 tahunan. "Kamu mendapatkan apa yang kamu mau dan saya ... dendam saya terbalas."
Kenehingan terjadi beberapa saat, pemuda itu menatap ke segala penjuru ruangan, beberapa anak buah wanita itu berdiri tegak dengan tatapan datar. Suram dan gelap, tidak ada warna di ruangan ini.
Laki-laki itu kembali ke posisi awal, menatap wanita itu penub tanda tanya. "Sebernarnya dendam apa yang anda maksud?" Wanita itu tersenyum, dia menuangkan minuman ke dalam gelasnya yang sudah kosong, peminum yang handal, dirinya yang masih muda saja kalah.
Dia masih memerhatikan gerakan wanita yang sedang minum itu. Matanya tak ingin lepas sedikitpun dari gerakannya, was-was jika saja wanita itu menodongkan pistol atau benda berbahaya lainnya karena terlalu banyak bertanya.
Wanita itu menatapnya dengan senyuman kecil masih terulas. Pandangannya terlihat kosong. Entah apa yang dia pikirkan, sikapnya terlalu tenang seakan mengirim banyak bahaya.
"Tenang itu akan menjadi bahaya jika diganggu. Contohnya seperti air yang tenang, sampai kita berpikir bahwa aman untuk dilewati, nyatanya ada banyak bahaya yang bisa saja terjadi karena kita tak tahu apa yang ada di dalamnya." Sepintas dia ingat perkataan salah satu teman sekelasnya minggu lalu. Waktu itu, dia merasa apa yang anak tersebut ucapakan hanya bualan semata dan terlalu mengada-ada, bualan sampah, begitu cara dia membalas.
Ketenangan wanita ini mampu membuatnya mengeluarkan keringat dingin karena orang di depannya kini tersenyum lebar dengan tatapan tajam, cantik tapi berbahaya.
"Kamu akan tahu nanti, Leonando."
***
Langit memerhatikan sekelilingnya, matanya menatap awas sekitar, jaga-jaga ada serangga nakal hinggap. Dia bergidik, ruangan ini terlau menyeramkan, kotor dan berbedu, dinding-dinding banyak yang terkelupas, suara cicitan tikus terdengar, banyak kardus bekas berserakan bersama beberapa minuman kaleng dan bekas beberapa bungkus snack.
"Evan kenapa ngajak Langit kesini? Bukannya Evan bilang mau ngajak Langit ke pasar malem ya?"
Karena tak ada jawaban membuat laki-laki itu menoleh, seketika dia dibuat terkejut karena Evan sudah berdiri jauh di depan sana, pintu masuk. Senyum sinis terpatri di wajahnya, Evan menjulurkan tangan meraih gagang pintu sembari menggerakan mulutnya.
"Selamat tinggal, culun." Ujarnya dengan suara kecil.
Blammm!
Langit tersentak kaget, dirinya berlari ke arah pintu dan mencoba membukanya. Namun sepertinya, Sepupunya itu sudah menguncinya dari luar.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Childish Boyfriend🖤[HIATUS]
Teen Fiction[⚠️Banyak kata-kata kasar & tidak untuk ditiru⚠️] Bagaimana Seorang BINTANG ALISYA GEOFANI Si Bad Girl dengan tatapan elang dan sikap sedingin Es yang berparas seperti Bidadari jatuh Cinta kepada LANGIT ARDANA Si cowok Childish? What? Es? Childish...