40. Sad

194 17 9
                                    

"GUE LULUSSS YUHUUU!"

Plak!

"Anjing!"

"Lu malu-maluin!" Dion terkekeh seraya menyatukan kedua telapak tangan, memohon ampun. "Seneng banget, soalnya gue rangking ke 7, hehe. Ini kemajuan, tanda-tanda kalau gue bakal jadi orang sukses!"

Wandi mendelik. "Teori darimana?"

"Yeuhh! Lo mah mentang gue belum haji dua bulan jadi gak percaya. Gini ya, secara gue selalu dapet rangking ke 18-an, nah sekarang jadi ke 7, apa tidak bangga saya ini?" Balas Dion dengan gaya tengilnya.

Galaksi mengedarkan matanya ke seluruh penjuru Kantin. "Gue bakal kangen ngumpul disini bareng kalian." Semuanya senyap, kelulusan mereka sudah dekat hanya menghitung beberapa hari lagi mereka berpisah dengan SMA tercinta, mereka akan mendapat gelar Alumni, hah, kenapa waktu berputar begitu cepat?

"Rasanya baru kemaren kita diospek, lari kesana-kemari macam belatung nangka yang gak bisa diem. Sekarang kita udah mau keluar aja, ya?" Denis bergumam pelan sembari mengamati wajah teman-temannya, tiga tahun ini mereka selalu bersama dan kebersamaan itu tumbuh membetuk ikatan persaudaraan yang kuat.

Dito terkekeh kecil dengan pandangan kosong. "Rasanya, baru kemaren kita tonjokin ini orang!" Dia merangkul Aldo. "Gara-gara ngatain Star lemah, eh taunya tiga minggu kemudian dia malah masuk geng kita bareng Gerald sama Ben." Para pemilik nama yang disebutkan terdiam, mengingat kejadian dulu--sebelum mereka bergabung ke dalam anggota club motor itu.

"Gue jagokan?" Gerald mengukir senyum sombong. "Sekali tes, gue langsung diterima." Dia menjetikan jarinya.

"Kita masih kayak ginikan nanti?" Ben bertanya. "Masih suka kumpul, ngobrol sana-sini, bareng-bareng terus ... "

"Bisa. Tapi gak sebebas dulu, gue bakal Kuliah di Australia." Dito membuka suara. Membenarkan posisi kacamatanya, pria itu lalu memberi senyum kecil. "Bukan cuma gue sih, seperti yang kalian tau kalau Denis bakal ikut Papanya Belanda. Dion, Joy, Wandi bakal Kuliah di Semarang."

"Bersyukur lo semua, gue lulus nanti langsung cari kerja." Ucap Haikal menyeruput kuah mienya. Lulus bukan berarti perjalanan mereka telah usai, justru ini awal kehidupan yang sebenarnya. Kehidupan selepas SMA. Susahnya mencari kerja, susahnya mendapatkan teman di lingkungan baru, memilah mana yang tulus dan mana yang memanfaatkan saja.

"Btw, tadi gue liat anak MPLS badannya tinggi-tinggi anjir, angkatan kita kalah." Ucap Dina mengalihkan topik, tidak nyaman dengan suasana tadi.

Vito tiba-tiba terkekeh. "Banyak yang cantik, imut juga ... emm, gemes gue." Ujarnya bersemu, dia menopang dagu seraya menyedot es sirsaknya.

"Beuh, untung OSIS sekarang gak seganas angkatan gue! Bayangin pas jerit malem, gue lagi tidur di kelas bareng yang lain malah dipindahin ke panggung Sekolah! Apalagi itu si Doni, kalau ngomong pedesnya ngalahin omongan tetangga!" Sahut Galaksi.

"Btw, kelasnya masih sama kayak dulu nih? Gak dipisah? Sumpah, gue harus sekelas lagi sama mahluk astral ini?!" Dina menunjuk Vito dan Haikal.

"Dih? Gitu banget, lagian kan udah dibilang kalau kelas bakal tetep sam--"

"Permisi, Kak." Chantika bersama dua anggota OSIS lainnya datang mengintrupsi mereka yang sedang mengenang masa-masa indahnya kebersamaan mereka. Aldo paling bereaksi dengan langsung memberinya seringaian.

Chantika mencoba acuh kemudian menatap satu gadis yang menjadi ratu di Sekolahnya.

"Kak Bintang dipanggil ke Ruang Kepala Sekolah."

My Childish Boyfriend🖤[HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang