06. Nikah

18.7K 1K 35
                                    

haii! /tersenyum spt nono (⁠ ⁠◜‿⁠◝⁠ ⁠)

.

.

.

Javino memutari sesisi kamarnya, perasaan gelisah serta jantung yang berdegup kencang membuatnya semakin gelisah.

Besok ia akan menikah.

Entah apa yang dilakukan Javino selama seminggu itu hingga pada akhirnya besok ia akan menikah, sangat tidak terasa.

"AAAKKKHHHJJJ! BESOK NIKAH...??!"

"Eh beneran nggak sih?"

"Takut deh,"

Javino mengusir pikiran buruk yang melintas di benaknya, ia memilih untuk bermain dengan ponselnya. Membaca satu persatu undangan yang ia bagikan via online.

hevan orang nyasar

| thanks undangannya, nanti gue dateng sama mas nero
| btw kalo malper sakitttt banger, lo ntar ngerasain itu
| 😍🥰😘

Ngomong-ngomong, hevan adalah salah satu teman Javino saat masih sekolah. Ia tak terlalu kenal dengan sosok manis berkulit tan itu, yang ternyata juga sama sepertinya, seorang submisive.

iih udah pernah ya?? |
beneran sakit? |

| SAKIT BANGET, BADAN LO KAYAK KEBELAH JADI DUA!

capslock nya dimatiin, setan! |
lo uda pernah nyoba? sama siapa? sugar daddy yang lo ceritain waktu itu? |

| he'eh, iyah
| tapi lama kelamaan enak kok

ANJING HEVAN BRAMINTO! |

| 😍😍😘😘

Walau sedikit akwarwd jika bertemu, tetapi jika di chat tidak terlalu seperti itu. Mengingat jika mereka baru berteman tiga hari lalu, dan selana tiga hari itu hevan selalu meceritakan dan menjelaskan siapa dia dan banyak lagi.

Tuxedo, gedung, cincin, serta undangan sudah tersusun dan siap, tinggal menunggu saja hari esok.

.

.

.

.

Pada esoknya, gedung besar nan mewah yang dihias dengan dominan warna emas, putih, sertah hitam itu berdiri kokoh. Puluhan bahkan ratusan jenis makanan terjejer rapi, ribuan kursi untuk tamu undangan tertata. Bunga bunga setiap sudut gedung tersebut sebagai pelengkap, alunan musik dari piano dan juga biola mengalun merdu.

Para tamu dengan dress code putih mengisi seisi gedung, menyaksikan dua insan yang mengucap janji suci, tak sedikit yang menyimpan momen seperti ini untuk kenang-kenangan nantinya. Tak sedikit juga wartawan media yang datang untuk meliput tentang acara pernikahan Marsel dan Javino.

Didepan sana, Marsel dan Javino berdiri di atas altar. Mengucap janji suci pernikahan dengan lantang setelah sang pendeta menyilakan dirinya mengucap janji suci pernikahannya dengan Marsel.

"Saudara Marsel, silahkan ucapkan janji suci anda dengan lantang, jujur, dan yakin." Ujar sang pendeta.

"Saya, mengambil engkau menjadi istri saya, untuk saling memiliki dan menjaga, dari sekarang hingga selama-lamanya." Marsel mengucapkan tersebut dengan lantang, seperti apa yang dikatakan sang pendeta.

"Saudara Javino, silahkan ucapkan janji suci anda."

"Saya, mengambil engkau menjadi suami saya, untuk saling memiliki dan menjaga, dari sekarang hingga selama-lamanya." Javino bernafas lega setelah berhasil mengucapkan janji tersebut.

"Dihadapan Tuhan, serta tamu undangan, kalian berdua resmi menjadi suami-istri."

Tepuk tangan riuh terdengar heboh kala bibir keduanya bertemu, ciuman tanpa nafsu melainkan penuh kasih sayang itu berjalan hanya dalam satu menit. Alunan biola semakin terdengar merdu menyapa indra pendengaran para tamu undangan dan mempelai.

Acara selanjutnya adalah menyambut para tamu, walaupun tak sepenuhnya maju, tetapi tetap aja banyak. Bahkan hadiah yang Javino dapatkan tak dapat dihitung jumlahnya, apalagi nilai dari kado tersebut.

Kini giliran para keluarga, ucapan serta ucapan haru membuat siapa saja yang mendengar pasti akan meneteskan air mata haru.

"Sayangnya mama, selamat atas pernikahannya yaa, udah punya suami nih. Nurut sama apa yang dibilang suaminya, layanin Marsel sebaik mungkin. Kalau mau nolak, tolak baik-baik, ya? Kalau ada masalah, selesain masalah kalian pakai kepala dingin. Jangan saling ngotot, jangan saling bentak. Selesain baik-baik. Jangan lupa main ke rumah, kalau mau cerita atau mau minta saran, boleh banget. Pintu rumah selalu terbuka buat anak gemes mama ini. Langgeng terus sampai maut memisahkan, ya sayang."

Bibir Javino melengkung kebawah, tangisnya tak dapat ditahan begitu saja. Dipeluknya Thiway dengan erat, tak menyangka jika ia harus berpisah rumah dengan orang pertama yang disayanginya.

"Mama... Hiks─ makasih, hiks, makasih udah ngelahirin nono dan ngerawat nono sampai sekarang... hiks─ makasih banyak, mama.. sehat selalu, nono sayang mama banyak-banyak!"

"Mama juga sayang nono." Kata Thiway. "Udah ih nangisnya, malu tuh dilihatin Marsel."

"Bodo amat! Hiks─ makasih sel," Javino menerima tissue yang diberikan Marsel, kemudian mengelap hidungnya dan matanya.

Setelah drama dadakan itu, mereka melanjutkan menyambut para tamu hingga jam menunjukkan pukul sepuluh malam. Mata Javino sudah memberat, tak jarang ia sesekali tertidur sejenak.

"Om... Kapan selesai nya? Ngantuk... Hoamm!!" Tanya Javino. Rahangnya sudah pegal karena menguap terus-terusan.

Thiway dan Teni tersenyum maklum, dengan. segala alasan dan dorongan agar sang anak dan menantu segera pulang, untungnya Javino mau.

"Yaudah, kita pulang dulu ya ma, mi." Pamit Javino dan Marsel.

"Iya, nikmatin malam pertama kalian yaa. Ditunggu kabar baiknya!!"

"MAAA!!"

.

.

.

Hevan Braminto- 18 y

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hevan Braminto
- 18 y.o

maaf kalo janji nikahnya salah yaa, ak searching di google soalnya 🥲

btw ada yang suka kapal nahyuck / jaemhyuck??

Perjodohan || MarkNoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang