Pagi sudah tiba. Si manis Javino sudah lengkap dengan kemeja cokelat susu yang dipadukan dengan hoodie cokelat tua diluarnya. Kaki jenjangnya dibalut oleh celana panjang yang senada, serta sepatu putih dan tas kecil yang dipakai dipunggungnya.
Benar-benar berbeda dengan Marsel yang masih ber-piyama, ckckck.
Alasannya simple, ia akan mengunjungi sekolahnya. Kurang lebih seperti silaturahmi ke sekolahan (?) Entahlah, authornya juga bingung.
Dan tentunya ia tak sendiri, ada Hevan yang menemaninya. Juga, mereka dulunya satu sekolahan. Bahkan pakaian yang mereka gunakan senada, lucu sekali.
Javino juga hanya memanggang roti, lalu membuat kopi serta susu untuknya. Akhir-akhir ini ia malas memasak, toh sudah ada pelayan.
Si manis Hevan saat subuh tadi sudah meng-spam WhatsAppnya. Aneh sekali. Ditambah anak itu yang mengoceh sendiri dan sesekali mengirimkan voice note, dan fotonya sendiri.
Sambil menunggu Marsel bangun─javino sengaja untuk tak membangunkan suaminya itu─, Javino memainkan ponselnya, sesekali membalas pesan dari Hevan yang masih mengirimkan gambar padanya.
"Mas? Sarapan sini." Seru Javino saat melihat Marsel yang sudah mengenakan pakaian kantornya seperti biasa, tak lupa wajah yang ditampilkan sedatar mungkin.
Javino mengoleskan selai kacang diatas roti panggan Marsel, dan selai cokelat untuknya.
"Nanti aku mau ke sekolahan sama Hevan... Mungkin agak siangan pulangnya nanti, sekalian mau nemenin Hevan belanja juga."
"Iya. Nanti saya transfer."
Mata Javino melotot, namun tetap berusaha sesantai mungkin.
"Aku engga minta, tuh?"
"Pakai saja. Skincare kamu sudah habis apa belum?" Marsel menatap Javino.
Javino mendadak gugup. Marsel ini benar-benar?!!??!+7#+2(2+62+$+#+#
"Masih sih, Gucci ada ngeluarin produk baru tauk," Katanya. "Aku engga mau beli.. aku mau beli lingerie aja..."
"Hm? Untuk?"
"Eeeee.... Gitu deh, tau lah?" Javino menyengir setelahnya. Membuat tanda v dengan jari telunjuk dan tengahnya.
"Yasudah, terserah."
"Yay!"
.
.
.
.
Mengunjungi sekolahan ternyara bukan hal yang buruk, banyak gedung-gedung dan tempat yang baru dibangun. Javino juga tadi bertemu dengan Gaven, dan tentunya Clevio juga.
Javino dan Hevan juga membeli beberapa jajanan kantin, rasanya tetap sama seperti waktu itu. Tetapi bedanya sekarang banyak menu yang terbaru, dan harganya juga tetap sama untuk kantong pelajar.
Kini, keduanya sudah berpindah tempat. Sekarang Javino dan Hevan sudah berada di cafe terdekat. Percayalah, mereka ingin saling terbuka. Ini permintaan keduanya, karena sudah benar-benar menjadi teman.
"... Mama papa gue kemarin tengkar, nah, gue lihat tuh ya. Yaudah, kelepasan. Papa juga nyerang gue demi belain jalangnya." Curhatan Javino disimak baik oleh Hevan. Pemuda manis itu meminum frappuccino yang dipesannya tadi.
"Lo beruntung."
Javino sontak menoleh, menatap Hevan penuh tanda tanya.
"Paham gak kenapa gue bilang lo beruntung?" Javino menggeleng.
"Gue bukannya banding- bandingin lo sama gue loh, ya!" Ujarnya sebelum mulai cerita. Dan Javino tertawa pelan.
"Iya iyaaa! Cepetan cerita cuk!"
"Gue pernah ngalamin hal kayak yang lo ceritain tadi. Tapi, kalo lo mungkin masih ringan menurut gue, ya tapi namanya selingkuh tetep aja brengsek, gak sih? Gue gak nyebut bapak lo brengsek, tapi bapak gue juga gitu. Malahan lebih parah," Hevan menyedot minumannya kembali.
"Gue lihat pake mata gue sendiri, mama gue mau dibakar sama papa." Lanjutnya.
Bibir Javino melengkung, ia menahan isak tangisnya. Aneh sekali dirinya ini, bahkan Hevan terlihat biasa saja. Malahan eskpresi yang ditunjukan Hevan datar.
"Untungnya, mama langsung ambil koreknya. Kalo enggak mungkin mama nggak bakalan bisa gue peluk sampe sekarang."
Mata Hevan terlihat berkaca-kaca. Mungin pemuda manis itu barusaja mengingat hal yang menyedihkan.
"Disuruh milih ikut papa atau mama, gue sama abang gue gak bisa milih. Dan akhirnya abang gue ngalah─ bukan kek ngalah gimana ya, lebih ke nyerahin gue ke mama? Gitu deh. Dan abang gue ikut papa."
Hevan menarik nafas. "Gue masih heran sampe sekarang. Papa gue kenapa sebrengsek itu ya? Yatuhan maafkan aku ini─ tapi emang pantes sih. Gak heran juga, habis cere nikah lagi, habis itu cere lagi, nikah lagi."
Keduanya saling bertatapan, Hevan mengusap air mata yang menetes dari pipi Javino.
"Aaaaa, lo hebat banget bisa kuat sampe sekaraaang!!! Sini hug!" Javino merentangkan tangannya. Hevan tentunya langsung menerima dekapan temannya itu, air matanya juga menetes.
"Hevan hebat, Hevan anak kuat! Lo hebat udah bertahan sampe sekarang!"
"Makasih.. lo juga hebat."
Keduanya lanjut mengobrol, lalu memutuskan untuk pergi dari cafe itu. Dan menuju tempat tujuan ke tiga mereka ini.
Mall tentunya, apalagi?
.
.
.
.
Mereka sampai di lantai dua, toko pakaian. Keduanya benar-benar asyik memilih pakaian untuk dibeli, bahkan keranjang mereka sudah setengah penuh dengan pakaian beragam warna.
"Gue mau beliin kado buat anniversary mama sama papa apa ya?" Hevan tiba-tiba bertanya kepada Javino.
Javino menoleh lalu mengerutkan dahi.
"Papa?"
Hevan juga bingung. "Yaa papa? Kan mama gue nikah lagi."
"Bukan anjir!"
"Lah terus?"
Javino menarik Hevan agar mendekat dengannya, lalu menunjuk dimana punggung tegap yang berbalut kemeja hitam yang berada cukup jauh dengan mereka berdiri. Disamping lelaki itu ada wanita yang memang berpakaian seperti jalang, padahal dilihat-lihat tubuhnya memang bagus, tetapi masih bagus lagi tubuh Thiway.
"Papa gue─ tuh tuh! Liat, deh! Njir, huek!" Javino berlagak sedang muntah saat melihat bibir merah cetar itu mengecup pipi ayahnya, siapa lagi kalau bukan Bima?
"Ckckck, gue kok ikut gregetan yaa." Hevan menatap wanita tersebut. "Dia mirip selingkuhannya bokap gue."
"Wah wah wah..."
Keduanya bertatapan, seolah sedang bertelepati. Kemudian menampilkan senyum miringnya.
'dasar jalang'
Javino dan Hevan memutuskan untuk menyudahi memilih baju, lalu menuju kasir. Bertepatan dengan itu, Javino berkontak mata dengan ayahnya. Dan juga,
"Bener ternyata, dia istri papa gue yang ke tiga."
.
.
.
.
![](https://img.wattpad.com/cover/343577076-288-k323798.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjodohan || MarkNo
RomanceSi manja Javino dijodohkan dengan si cuek bebek Marsel? benar-benar diluar dugaan seorang Javino. ─ bl, gay, istilahnya cowo sama cowo. ─ harsh word, dirty talk, mature content. ─ baku + non baku. ─ lokal. ─ fiksi! ─ jangan salpak please! RANK 🏅ran...