11. Bukan mimpi, tapi asli

20K 984 15
                                    

"Kak el! Please denger penjelasan aku dulu! Itu bukan salah abang ataupun aku! Dia yang nusuk dirinya sendiri!" Kata Javino meyakinkan kakak kelasnya. Sepulang sekolah, ia dihadang oleh kakak kelasnya itu, lalu membawanya dibelakang sekolah yang mana hari tengah mendung.

"Bohong!! Gue lihat sendiri kalo lo yang megang pisau itu!! Gue nggak sebodoh itu, sialan!" Kakak kelasnya─ Joiel berteriak hingga urat-uratnya menonjol.

"Tapi itu bukan salah aku kak!! AKU NGGAK BOHONG!! BUKAN AKU YANG BUNUH KAK ZERO!!"

"NGGAK! GUE NGGAK PERCAYA SAMA BUALAN LO ITU!!" Joiel berjalan maju, mengambil pisau dari sakunya, lalu mengarahkan pisau tersebut tepat pada dada Javino.

"Nyawa harus dibayar nyawa, kan?" Seringai terbit dari bibir perempuan itu.

"KAK! JANGAN! TOLO─ Akh!!"

Tubuh Javino didorong oleh seseorang dari sampingnya, karena itu, orang tersebutlah yang tertusuk tepat pada perutnya. Darah mulai membanjiri tanah, diiringi dengan rintik hujan yang mulai berjatuhan.

Senyum teduh terukir indah pada wajah tampan tersebut. Didetik berikutnya, mata indah tersebut tak lagi terbuka, melainkan nenutup untuk selamanya. Sedangkan Joiel terpaku pada tempatnya, sama terkejutnya dengan temannya yang lain.

Sayup-sayup Javino mendengar bisikan dari bibir tersebut sebelum orang itu memejamkan matanya.

"A..bang... Sa..ya..ng.. a..ad...dek..."

Tangis Javino semakin histeris, ditariknya tubuh penuh darah tersebut dalam dekapannya.

"ABANG!!!"

Javino terduduk diatas kasurnya dengan keringat yang mengucur di pelepisnya. Itu bukan mimpi, tetapi asli.

Itu memang bagian dari traumanya, tetapi tak semua. Hanya sedikit dari banyaknya yang ia terima saat masa sekolah menengah pertamanya.

Marselpun sama terkejutnya, lelaki yang berstatus sebagai suaminya itu memang belum tidur, masih mengerjakan pekerjaan kantornya. Tetapi dikamar sembari menjaga Javino juga.

"Hiks.. abang.. h─ hiks.."

Marsel meletakkan Ipad-nya, menarik tubuh Javino agar masuk kedalam pelukannya, tak lupa mengambilkan boneka cinnamoroll kesayangan Javino itu.

"M─ mas.. hiks, mau hiks mau ke makam abang.. hiks.."

Marsel mengangguk. "Nanti pagi, ini masih malam. Tidur lagi hm?" Marsel memberikan kecupan hangat pada dahi, pipi dan yang terakhir bibir Javino.

"M─ minum.. haus,"

"Disini tidak ada air, saya ambil dulu."

"Ikut... Lampunya jangan dimatiin, gelap," Javino merasakan tubuhnya melayang, ternyata Marsel menggendongnya.

Javino menyamankan dirinya didalam gendongan Marsel, walaupun Marsel tak menggunakan parfum (karena akan tidur), tetapi aroma tubuh Marsel tetap harum.

Marsel menuruni tangga dengan berhati-hati, ia melirik Javino yang masih sesekali terisak. Keningnya mengernyit saat melihat ada orang yang tengah duduk di kursi pantry.

"Mama?"

Orang tersebut menoleh, ternyata memang benar. Thiway tengah duduk sembari meminum air putih, ada Bima juga yang sedang memasak mie instan.

"Eh? Nono Kenapa?" Tanya Thiway panik.

"I don't know, but suddenly he woke up and shouted 'abang'. Then cry." Jelas Marsel mewakili Javino yang masih diam.

"Don't want to sit? I'll get some water first."  Tanya Marsel yang mendapatkan gelengan dari Javino.

Marsel menghela nafas, memperbaiki tubuh Javino digendongnya. Lalu meraih gelas dan mengisi gelas tersebut dengan air putih, mengarahkan gelas itu didepan bibir Javino.

Javino langsung menenggak air tersebut hingga habis, kembali memejamkan mata setelah merasa lebih baik.

"Ma, pa, saya dan Javino kembali ke kamar, good night."

"Iya, good night too."

.

.

.

.

Javino tak kunjung memejamkan mata untuk kembali tidur, ia takut tidurnya akan dikunjungi dengan mimpi yang sialnya nyata itu.

"Why don't you sleep?" Marsel menoleh kearah Javino setelah meletakkan Ipad-nya.

"Nggak ngantuk, mas kalo ngantuk tidur aja," Javino memutar badannya menghadap Marsel. "May I hug you?"

Marsel tersenyum tipis, mengiyakan pertanyaan Javino. Tangan kekarnya mengelus punggung Javino. Nafasnya sedikit memberat saat Javino menghembuskan nafasnya tepat dilehernya.

Tangan Javino mengelus jakun Marsel yang sesekali naik turun karena berbicara maupun menelan ludah. Javino seperti sedang menggoda singa lapar sekarang.

"Shh Javino.. what are you doing, baby?" Desis Marsel pelan saat tangan Javino turun mengelus benda selatannya yang masih tertidur.

"Mas~ Mau ini~"

.

.

.

aku kasih sedikit bocoran tentang masalalu javino, tapi itu belum lengkapnya yaa, lambat-laun nanti kebongkar koq 🤓🤓

btw, taulah chap depan apa 🌚🌚

Perjodohan || MarkNoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang