"MARSEEEEEEELLL!!!"
Teriakan Javino menggelegar didalan kamar hotel tersebut. Javino baru saja bangun dari tidurnya, yang ia rasakan saat itu adalah sakit yang menyelimuti dirinya, terlebih lagi pada bagian bawahnya.
Marsel entah pergi kemana, hal itu menbuat Javino panik setengah mati saat bangun tidur. Ia mengira jika dirinya telah diperkosa oleh orang asing. (Walaupun dirinya memang diperkosa oleh Marsel)
Yang membuat dirinya heran adalah kapan ia digempur oleh suaminya itu?
Cklek!
Javino lantas menoleh ke arah pintu, ada Marsel yang membawa nampan sedang berjalan kearahnya.
"Mandilah, setelah itu sarapan." Ujar Marsel.
Javino dibuat mencebikkan bibirnya. "Sakit! Aku engga bisa jalan.." Lirih Javino diakhir kalimatnya karena malu.
Marsel menahan senyumnya, Javino sekarang sangatlah seksi dimatanya. Kissmark dileher Javino menambah kesan seksi serta menawan pada Javino.
Marsel berjalan menuju Javino berada, digendongannya tubuh telanjang Javino. Membuat selimut yang tadinya menutupi tubuh Javino jatuh begitu saja, alhasil sekarang Javino telanjang bulat didalam gendongan Marsel.
Wajah Javino memerah, ia menyembunyikan wajahnya diceruk leher sang suami untuk menyembunyikan wajahnya yang merah merona.
"Sana keluar!" Teriak Javino saat suaminya itu tak keluar dari kamar mandi.
"Saya juga belum mandi. Morning sex sepertinya tidak masalah?" Goda Marsel seraya melepaskan kain yang menutupi tubuh atletisnya.
Ingatkan Javino untuk menendang sosok mesum ini!
Dengan segala berontakan yang tak ampuh, pada akhirnya Javino harus melayani hormon suaminya yang setinggi langit itu. Kembali mendesah hingga menjelang siang.
.
.
.
.
Kini Marsel dan Javino sudah berada di kediaman Javino, memberesi yang sekiranya penting untuk dipindahkan kerumah baru mereka.
Marsel sampai tak menyangka jika Javino menyimpan banyak buku-buku tentang cinta. Ia sampai tak habis pikir, apa manfaatnya membaca tentang percintaan seperti itu? Sangat membuang-buang waktu saja.
Ada 3 box besar yang sudah diisi dengan barang-barang milik Javino, ada beberapa yang ia tinggalkan agar kamarnya tak begitu kosong. Kalau pakaian ia masukkan kedalam 2 koper dan 1 tas. Sisanya ia tinggalkan didalam kamar itu agar jika dirinya menginap tak perlu membawa baju ganti.
Setelah selesai semua, Javino menunggu didalan mobil, sedangkan Marsel didalam, sedang berbincang dengan Bima dan juga Thiway.
Ditangannya, Javino menggenggam foto usang dari sepuluh tahun lalu. Ia mendapatkan foto tersebut saat memberesi kamarnya usai berkunjung ke makam saudaranya.
Javino menatapi foto tersebut dengan sedih, senyum sosok itulah yang dirindukan Javino. Mengapa orang itu tak pulang? Apakah ia tak merindukannya?
Javino segera menyembunyikan foto tersebut di album tua yang dipegangnya saat menangkap sosok Marsel yang akan masuk kedalam mobil. Ia menyempatkan diri untuk mengecup foto itu sebelum memasukkannya kedalam album tua bersampul biru langit tersebut.
"Rumahnya jauh nggak, sel─ eh.. maksudnya jauh nggak mas?"
Javino hampir saja menyebut Marsel dengan nama aslinya, ia disuruh Thiway untuk memanggil suaminya itu dengan sebutan 'mas'. Cukup menggelikan, tetapi ia harus sopan terhadap suaminya.
"Tidur saja, ini lumayan jauh." Ujar Marsel.
Javino hanya mengangguk, ia memakan biskuit cokelat yang dibuatkan si mama untuknya.
Setelah habis setengah toples, Javino mengambil tissue untuk membersihkan tangannya. Kemudian memejamkan matanya untuk tidur, tak lupa menyetel musik agar tak terlalu sepi.
Suara nafas yang teratur membuat fokus Marsel teralihkan, ia menatap wajah tenang Javino layaknya bayi yang tertidur setelah makan siang. Dipikirannya masih memikirkan bagaimana bocah seusia Javino sudah memiliki trauma seperti apa yang diceritakan mertuanya tadi?
Ia mengingat-ingat apa yang harus ia lakukan ketika trauma Javino kambuh sesuai saran mertuanya tadi.
Intinya, Javino itu takut hujan. Memberikan boneka cinnamoroll kesayangan Javino dan pelukan adalah cara mengatasinya. Hindari pisau dari jangkauan Javino, apalagi darah yang bisa saja terlihat dari pandangan Javino.
Marsel juga sempat bertanya apa saja yang tak disukai dan disukai oleh Javino, ia akan mencoba menjadi suami pada umumnya. Walaupun mungkin Marsel akan membutuhkan waktu.
40 menit berkendara, mobil audi tersebut sudah memasuki pekarangan rumah yang bergaya eropa. Rumah bercat putih itulah yang nantinya akan dihuni oleh Marsel, Javino dan anak-anak mereka kelak.
Marsel tak tega untuk membangunkan Javino, walupun dibangunkan juga mungkin Javino tak akan bangun. Dengan berhati-hati, Marsel menggendong Javino ala bridal style, menuju kedalam rumah mereka.
Marsel menaiki tangga untuk membaringkan Javino dikamar. Setelah melakukan tugasnya, Marsel kembali turun untuk mengambil barang-barang Javino yang tertinggal di mobil.
Selain itu, ada hadiah dari tamu undangan mereka saat pernikahan kemarin. Dan jumlahnya cukup banyak, Marsel juga memanggil beberapa bodyguard nya untuk membantu dirinya agar tak terlalu repot.
Karena Marsel tak suka direpotkan.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjodohan || MarkNo
RomantikSi manja Javino dijodohkan dengan si cuek bebek Marsel? benar-benar diluar dugaan seorang Javino. ─ bl, gay, istilahnya cowo sama cowo. ─ harsh word, dirty talk, mature content. ─ baku + non baku. ─ lokal. ─ fiksi! ─ jangan salpak please! RANK 🏅ran...