Marsel menatap Javino yang terlihat asyik mengobrol dengan Hevan. Seharusnya ia tak sibuk dengan pekerjaannya dibulan madu nya ini, bukankah lebih baik bekerja sama dengan Javino untuk saling mendesah dan membuat bayi?
"Bang Marsel kenapa geleng-geleng? Kepalanya sakit ya?" Tanya Hevan yang tak sengaja melihat Marsel menggelengkan kepalanya.
"Oh? bukan apa-apa." Elaknya.
Javino juga nampak tak peduli, pemuda manis itu justru semakin mendekatkan dirinya pada Hevan. Membuat paha yang tertutup rok itu tersingkap.
Marsel merasakan dirinya sedang cemburu. Entahlah, ia heran dengan dirinya sendiri. Mengapa ia harus cemburu dengan submisive?
"...tapi jujur sih, gue juga males banget njir! Lo mau kesana emangnya??"
Javino melirik Marsel yang juga menatapnya setelah bertanya pada Hevan. Air wajah Marsel nampak tegang seperti sedang menahan sesuatu.
Javino semakin berniat untuk menggoda Marsel, ia dengan sengaja menunggingkan badannya, lalu berbisik pada Hevan.
"Mas Marsel keknya lagi nahan sange, mau gue goda dulu keknya," Bisiknya. Hevan terkikik dan setuju dengan bisikan Javino.
Hevan berdiri, "Oh iya, gue lupa bikinin minuman, sebentar ya!"
Hevan sebenarnya hanya basa-basi saja menawarkan minuman. Niatnya sebenarnya agar sepasang suami-istri itu menghabiskan waktunya sendiri.
"Iyaaa! Gue numpang rebahan ya!"
Javino merebahkan tubuhnya dengan gerakan pelan untuk menggoda Marsel. Dan siapa sangka jika niatnya itu berhasil? Tubuhnya diangat dan dibawa menuju kamar yang dipesannya tadi.
"Woi Marsell!! Turunin iihhh!! Sendal aku ketinggalan!"
Marsel menurunkan Javino setibanya di kamar, membuat bibir Javino mencebik kesal.
"Biar saya saja yang ambil." Ujar Marsel dan kembali berdiri. Namun ditahan oleh Javino.
"Biar aku aja, sekalian mau ngomong sama Hevan bentar,"
Marsel mengangguk. "Cepat kembali."
"Yaaa!!"
.
.
.
.
Hal yang tak terduga terjadi, Javino bahkan tak hentinya menundukan kepalanya serta berusaha meyakinkan Marsel jika ia hanya pergi ke kamar hotel Hevan bukan ke kamar lain hingga hari sudah malam setelah sadar dari pingsannya.
"A─ aku beneran kekamar Hevan.. tapi─ tapi..."
Javino menahan isak tangisnya, ia tak sanggup untuk melanjutkan ucapannya. Ujung pakaian yang ia gunakan diremat kuat. Tak sanggup untuk menatap manik elang Marsel yang menyorot kemarahan.
Marsel kembali mengeluarkan kotak dari dalam sakunya, mengambil satu batang rokok dan menyalakan korek. Mengapitnya diantara jari telunjuk dan jari tengahnya, lalu menyesap kuat nikotin yang membuatnya candu setelah api itu padam.
Javino hanya bisa diam, sangat takut sebenarnya jika Marsel sedang dalam mode seperti ini.
Dengan hati-hati Javino mendongakkan kepalanya, menatap Marsel yang juga menatapnya. Membuat Javino kembali menunduk dalam.
"Saya akan memesan kamar lain."
Marsel hendak berdiri, ia sangat susah mengontrol diri ketika sedang emosi. Ia juga tak ingin membahayakan Javino jika ia sampai melukai istrinya itu.
"Jangan... Disini aja.." Ujar Javino dengan nada memelas.
Marsel menghembuskan asap nikotin itu dengan perlahan. Lalu menatap manik Javino yang berair.
"Saya tidak mau jika kamu terluka. Saya sulit mengontrol diri jika sedang emosi."
Marsel berjalan keluar dari kamar tersebut, berniat untuk memesan satu kamar lagi untuknya. Ia sempat berpapasan dengan orang yang terlibat dalam permasalahannya ini.
"Give me one room."
Resepsionis tersebut menyerahkan kunci salah satu kamar yang langsung diterima Marsel. Tetapi Marsel tak akan langsung pergi kekamar itu, ia akan ke lantai atas yang memang disediakan mini bar untuk para pengunjung hotel.
Marsel memesan beberapa botol alkohol. Ia menuangkan cairan memabukkan itu digelas yang disiapkan, lalu menenggak cairan merah itu dalam sekali teguk.
"Mau ku temani?" Tawar wanita berpakaian seksi─yang mungkin bekerja disini─tiba-tiba menghampiri Marsel.
"Boleh, kau cukup cantik."
Senyum gembira menghiasi bibir ber-lipstik merah menyala itu. Wanita yang tak diketahui namanya itu duduk disebelah Marsel dengan mencondongkan tubuhnya, membuat belahan dada wanita tersebut menyentuh lengan Marsel.
"Apa masalahmu, tuan?"
"Tidak ada, aku hanya menenangkan diri saja." Jawab Marsel. Ia menyerahkan segelas anggur merah untuk wanita yang bernama─
"Joiel, panggil aku Joiel."
.
.
.
.
Marsel kembali ke kamarnya setelah sedikit mengobrol dengan wanita yang tak lain tadi adalah Joiel hingga tengah malam.
Keningnya mengernyit saat melihat sosok lain dikamar yang dipesannya beberapa jam lalu. Marsel kembali mengecek nomor kamar tersebut.
29.
Memang benar, tapi kenapa Javino bisa berada dikamarnya?
"Apa yang kamu lakukan?" Tanya Marsel mencoba mengontrol diri. Ia merasakan jika dirinya sedang dalam pengaruh mabuk.
"Jangan marah.."
"Saya tidak marah."
Javino mendekatkan diri dengan Marsel. "Jangan main sama cewek lain..."
"Saya tidak bermain dengan wanita lain, Javino."
Javino menarik dasi yang digunakan Marsel. Tangan satunya menyentuh sesuatu dibawah sana yang masih tertidur.
"Jangan tinggalin aku..."
"... Aku kotor.."
".. Aku korban pemerkosaan..."
.
.
.
tiba-tiba ada ide terbesit di otak aku 😇😇
lama banget gak up gasiee??double up mau gaaakk???
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjodohan || MarkNo
RomantiekSi manja Javino dijodohkan dengan si cuek bebek Marsel? benar-benar diluar dugaan seorang Javino. ─ bl, gay, istilahnya cowo sama cowo. ─ harsh word, dirty talk, mature content. ─ baku + non baku. ─ lokal. ─ fiksi! ─ jangan salpak please! RANK 🏅ran...