Lima bulan kemudian...
Apa yang kalian pikirkan tentang 'apa yang tercepat' selain cahaya dan kereta api?
Jika pertanyaan itu dilontarkan pada Javino, ia tanpa ragu akan menjawab waktu.
Sungguh tak terasa, tahun akan berganti beberapa minggu lagi.
Kandungan Javino terhitung sudah menginjak usia 7 bulan. Sekarang tubuhnya lebih susah digerakkan dan berat. 2 bulan lagi buah hatinya akan keluar, melihat betapa indahnya dunia tipu-tipu ini.
Keduanya tengah berada di rumah sakit, konsultasi bulanan sudah menjadi hati-hati yang ditunggu bagi keduanya. Setelah dokter menuliskan vitamin yang harus ditebus, Marsel dan Javino langsung menebusnya. Kemudian mobil mereka menepi ke parkiran mall.
Diusia kandungannya yang sudah menginjak 7 bulan tentunya harus ada banyak persiapan, seperti baju, pampers, susu, dan masih banyak lagi.
Sebenarnya baju atau pampers─juga popok menumpuk dirumah, banyak dari teman-teman Marsel dan Javino yang memberinya dalam bentuk hadiah. Tapi untuk berjaga-jaga saja jika kekurangan. Walaupun hanya kemungkinan kecil saja hal itu akan terjadi.
Marsel dengan setia membawakan paper bag dan kantong belanja mereka yang tak sedikit, tangannya menggenggam tangan Javino, menuntun sang istri agar menuruni eskalator dengan berhati-hati. Tangannya selalu bertengger diatas pintu mobil saat Javino akan memasuki mobil, bertujuan agar kepala Javino agar tidak terbentur.
Sirna sudah ketakutan Javino dengan sifat Marsel yang dingin itu. Semuanya berubah walau tidak 180 derajat. Javino terkadang harus membiasakan diri agar tidak terkejut jika Marsel tiba-tiba meminta peluk atau cium sebelum tidur, yang sekarang sudah menjadi rutinitas. Jika dipikir-pikir, Marsel seperti es krim cokelat bagi Javino. Manis dan dingin.
Keduanya tidak langsung pulang kerumah, mobil Tesla yang baru Marsel ganti bulan lalu itu menepi di salah satu restoran yang direkomendasikan oleh ayahnya. Restoran itu cocok untuk pasangan suami-istri seperti kedua orang ini. Cocok pula untuk acara penting karena menyediakan VIP room.
Saat masuk didalam restoran itu, yang pertama kali menyapa indera Javino adalah sekumpulan orang dengan alat musik melodi. Nada yang indah nan lembut itu mengalun bebas, menyapa gendang telinga dengan sopan. Marsel membawanya ke kursi dekat jendela, salah satu tempat yang ia suka jika seperti ini.
Namun anehnya, walau restoran ini sangat besar dan indah, hanya dirinya dan Marsel yang ada di dalam sini.
Pelayan menghampiri mereka dengan dua buku menu ditangannya. Javino membalik lembar menu itu dengan perlahan, menyebutkan menu yang ia inginkan setelah mendapatkan yang menurutnya menarik. Tak lama Marsel pun menyebutkan pesanannya. Pelayan itu menyisihkan diri dari meja, menjauh hingga tak menampakkan diri.
"Suka dengan tempatnya?" Marsel melontarkan pertanyaan tiba-tiba. Surai rambut yang semulanya merah muda dan kini menjadi hitam itu mengangguk tiga kali, senyum manisnya mengembang. Bahkan jika seperti ini, gula akan kalah dengan manis senyumnya.
"Suka, suka banget."
Obrolan menjadi pengiring waktu mereka menunggu makanan yang tengah dimasak. Marsel banyak menceritakan apa yang terjadi dikantornya, dan Javino yang menceritakan bahwa ia ingin membuatkan cerita untuk kisah hidup mereka kelak, dengan sang buah hati sebagai pelengkap hidup keduanya. Marsel menjadi pendengar yang baik, begitu pula Javino yang akan mendengarkan dan memberikan tanggapan untuk Marsel.
Obrolan mereka terhenti saat pelayan mengantarkan makanan yang dipesannya tadi. Keduanya menikmati makanan─yang untungnya enak dan cukup mengisi perut─ dengan keheningan yang melanda, untungnya pemain musik tadi terus memainkan dengan berbagai macam musik sebagai pengantar makan mereka.
"Javino," Marsel memanggil nama manusia di seberangnya setelah makanan pesanan mereka tandas sudah. Lelaki itu berdeham untuk menetralisir suaranya agar tidak gugup.
"Ya?"
Marsel mengembuskan nafas, tangannya mengusap tangan Javino. "Terimakasih,"
Javino menatap Marsel, menunggu suaminya melanjutkan perkataannya yang di jeda.
"Terimakasih untuk semuanya, kamu sudah menerima saya sebagai suami kamu. Maaf jika saya berperilaku tak acuh saat itu. Terimakasih juga sudah menerima perjodohan ini,"
Javino mengulas senyumnya. Marsel adalah seorang penyusun kata yang buruk, tapi patut diapresiasikan keberanian dan ketulusannya saat mengucapkan kalimat beruntun itu.
"Tiba-tiba banget?" Dari sekian banyaknya kata, entah mengapa tiga kata itu yang dilontarkan Javino. Tapi ia tahu mengapa kalimat itu melayang di udara, yang untungnya sudah Marsel tebak jika istrinya ini akan bertanya seperti itu.
"Nope, just wanna say," Marsel merogoh saku celananya, mengambil kotak merah kecil yang sudah ia siapkan sedari minggu lalu. Membukanya, lalu memakaikan kalung dengan motif yang sangat elegan dan menawan. "Happy anniversary, sayang."
Javino menutup mulut. Ini sangat diluar dugaannya, semuanya berlalu begitu cepat. Ternyata satu tahun sudah ia bersama lelaki ini. Sangat diluar dugaan. Javino dapat merasakan letupan didalam hatinya. Senang, bahagia, terharu, dan banyak lagi rasa yang tak dapat ia ungkapkan secara lisan. Air matanya menetes tanpa disuruh, tenang bak sungai yang mengalir bebas.
"Thank you.." Javino berujar lirih sembari menatap kalung yang terpasang dilehernya, kemudian beralih menatap Marsel. "I love you, Mas Marsel."
"I love you too, Nono."
Bilah bibir keduanya bertemu, saling mengecap, melumat, membagi rasa sayang melalui belaian lidah. Rasanya sudah tidak asing, hangat dan memabukkan.
Pelayan dan rekan lainnya menutup mata, memandang segala arah agar tak menyorot pada kedua insan yang tengah saling menautkan bibir. Alunan biola dan ketukan tuts piano semakin merdu, seolah-olah ikut merasakan bahagia yang dirasakan Marsel dan Javino.
Bahagia? Ya mungkin itu adalah akhir dari kehidupan mereka hingga nanti. Serahkan semuanya kepada Tuhan, biarkanlah masalah yang lalu pernah menjadi ombak dalam rumah tangga mereka.
E N D
YAY! setelah berbulan bulan book ini diterbitkan, akhirnya cerita ini mendapatkan selesainya juga.
Terimakasih buat kalian yang sudah support aku dari awal, terimakasih banyak juga buat kalian yang sudah vote dan komen. Maaf kalau aku update nya jarang banget, yaa bisa dibilang bener-bener se-jarang itu:(
Intinya, big thanks buat readers-ku semua, sampai ketemu di book selanjutnya!! (kalian boleh request mau seperti apa buat next book)
(anyways, extra chapter sedang diketik! jadi tenang saja ya sayangku<3!)
byee 👋🏻💌
22 Desember 2023
─ JisvungPark
![](https://img.wattpad.com/cover/343577076-288-k323798.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjodohan || MarkNo
RomanceSi manja Javino dijodohkan dengan si cuek bebek Marsel? benar-benar diluar dugaan seorang Javino. ─ bl, gay, istilahnya cowo sama cowo. ─ harsh word, dirty talk, mature content. ─ baku + non baku. ─ lokal. ─ fiksi! ─ jangan salpak please! RANK 🏅ran...