⚠️
──"Sell! Mau kemanaa?? Ini bukan jalan pulang kerumah!" Tanya Javino berteriak.
"Hotel. Apalagi?" Jawab Marsel santai.
Javino tak bodoh dengan apa yang dimaksud Marsel, ia kira pria yang ber-status suaminya itu melupakan apa yang ia katakan tempo hari.
"H─ hah..?? Jangan bilang..." Javino menatap Marsel seraya menutup mulutnya, matanya melotot saat paham maksud dari Marsel.
"Sesuai perkataanmu."
"Iiih... Nggak! Nggak mauuuu!" Rengek Javino. Ia menendang-nendang angin didalam mobil.
"Diamlah, tidur saja. Atau saya perkosa?"
Javino diam, ia duduk memunggungi Marsel. Tanpa lama-lama ia segera menutup matanya, memaksa diri agar tertidur. Dan siapa sangka jika dirinya benar-benar tertidur karena kantuknya.
Sedangkan Marsel, pria tersebut masih fokus dengan mengemudinya. Ia membelokkan kendaraannya, kemudian membopong tubuh Javino yang seperti mayat hidup.
"Give me one room at the top." Kata Marsel pada resepsionis.
"Room 102, have a nice rest."
Marsel memasuki lift, tatapan heran ia layangkan pada Javino yang sama sekali tak terganggu tidurnya.
Kaki jenjangnya keluar dari lift saat suara dari lift tersebut terdengar, ia mencari ruangan 102. Setelah menemukan apa yang dicarinya, Marsel segera membuka pintu kayu didepannya dengan kunci yang dibawanya dengan susah payah karena Javino yang berada di gendongannya.
"Menyusahkan sekali." Dumal Marsel setelah merebahkan tubuh Javino di kasur yang sudah dihias dengan kelopak mawar, serta handuk yang dibentuk angsa.
Marsel memilih untuk membersihkan diri terlebih dahulu, keluar 20 menit kemudian.
Javino merasa tidurnya terganggu, ia mengerjapkan matanya perlahan. Kemudian membawa dirinya agar terduduk, yang pertama ia lihat adalah Marsel yang hanya menggunakan handuk sebatas pinggang tengah duduk di sofa, memerhatikan dirinya.
"Mengapa sangat lama tidurnya? Saya sudah bosan menunggumu bangun." Tanya Marsel jengkel.
Javino tentu tak terlalu mendengarkan apa yang barusan Marsel katakan, ia masih sibuk mengumpulkan nyawanya yang berterbangan.
Ia dapat melihat Marsel yang berjalan mengambil air putih. Keningnya mengernyit saat Marsel kembali menyerahkan air tersebut kepadanya.
"Apa?" Heran Javino.
"Minum. Tenggorokanmu pasti kering setelah mati suri."
"Jelek banget doanya.." Javino mengerucutkan bibirnya.
Tetapi benar yang dikatakan Marsel, ia sangat haus. Tanpa lama-lama Javino langsung menerima air tersebut, dan meminumnya hingga habis tanpa rasa curiga sekalipun.
"Apa kamu tidak ada rencana untuk mandi? Badanmu sangat bau."
"Eung? Sebentar..." Javino berbaring kembali selama 10 menit.
Javino kemudian berdiri, mencari handuk untuknya mandi.
"Sel.. handuknya?"
Javino merasakan panas di tubunya, keringat membanjiri tubuhnya. Didepannya, Marsel menyeringai.
"Hhhh ini kenapa panashh?? Uhhh..." Javino bergerak gelisah. Kakinya untuk berjalan pun susah.
"Marselhh, umhh─" Shit. Javino bahkan secara tak sadar menyebutkan nama Marsel.
![](https://img.wattpad.com/cover/343577076-288-k323798.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjodohan || MarkNo
Storie d'amoreSi manja Javino dijodohkan dengan si cuek bebek Marsel? benar-benar diluar dugaan seorang Javino. ─ bl, gay, istilahnya cowo sama cowo. ─ harsh word, dirty talk, mature content. ─ baku + non baku. ─ lokal. ─ fiksi! ─ jangan salpak please! RANK 🏅ran...