29. Gangguan

10.1K 579 9
                                    

"Eunghh─"

Desahan tertahan itu kembali keluar. Javino melirik Marsel yang sedang memuluti putingnya. Menyusu layaknya anak kecil yang kehausan.

"J-janganh digigit─ ahh!"

Marsel kembali menyedot payudara istrinya yang kecil, namun sedikit berlemak. Jadi bisa diremas, dan berbeda dengan miliknya.

"M-mashh─"

Tok tok tok!

Keduanya melirik pintu, baru saja pintu itu diketuk. Namun Marsel tampak acuh dan melanjutkan menyusunya, tetapi ditahan oleh Javino.

"Udah ah mas! Udah satu jam juga!" Ujar Javino. Lalu membenari pakaiannya yang berantakan, kemudan berjalan dan membukakan pintu.

Wajah maid dirumahnya terlihat, raut tak enak terpancar dari wajah yang sudah keriput itu.

"Iya bi? Ada apa ya?"

"Anu dek, maaf bibi ganggu. Itu ada tuan Gaven, beserta kekasihnya. Ingin bertemu tuan Marsel dan juga adek."

Memang. Maid di rumah ini memanggil Javino dengan sebutan 'adek', atas perintah dari Javino sendiri. Ia hanya tak nyaman dipanggil dengan embel-embel 'tuan'.

"Ooh─ oke bi, makasih ya. Bibi balik ke kamar aja, udah malem juga ini. Istirahat ya,"

"Iya dek, makasih juga. Bibi permisi dulu ya,"

Javino mengangguk, menampilkan senyum manisnya. Berbalik badan dan menemukan Marsel yang sudah berada di belakang nya.

"Mas?! Ngagetin!"

"Ayo turun. Ternyata curut itu sudah mengirimkan pesan kepada saya." Ajaknya, lalu menggandeng tangan Javino menunu lantai bawah.

Javino menatap tangannya yang digenggam, lalu tersenyum sendiri.

Ia sangat salah tingkah sekarang.

.

.

.

.

Diruang tamu sana─ Gaven dan juga Kekasih Gaven yang Javino ketahui namanya. Jika tak salah Clevio, dan biasa dipanggil Vio.

"Ada kepentingan apa lo?" Tanha Marsel tanpa basa-basi.

Javino sedikit terkejut. Marsel ternyata benar manusia. Ia tak menyangka jika suaminya ini memiliki banyak kepribadian.

"Mami sama papi ke Jepang anjir! Gue dirumah sendirian, gak sendirian juga sih. Jadi, gue disuruh nginep disini~"

Diakhir kalimatnya, Gaven menggunakan nada menyebalkannya. Menggoda kakaknya adalah hal yang harus dilakukan.

"Berapa lama?" Pertanyaan itu bagaikan ide bagus bagi Gaven.

"Sebulan,"

"Gak! Pulang lo."

Gaven menampilkan deretan giginya yang rapi. "Gak kok abangku sayaaanggg, gue semalem aja. Besok gue juga mau makan angin sama Vio."

Marsel mengangguk singkat. "Bagus deh. Kamar lo disebelah kamar gue ya. Bersih kok, kalo gak betah yaudah pulang sana."

"Ampun suhu!"

Yang mendapatkan decakan sebal, serta pukulan ringan pada pipi adiknya itu.

Mereka memutuskan untuk mengobrol, hanya mengobrol dan memakan camilan hingga larut malam. Lalu pergi ke kamar masing-masing.

Javino juga kembali ke kamarnya. sedangkan Marsel, lelaki itu sedang menyelesaikan panggilan alamnya.

Javino memainkan ponselnya, melihat barang-barang menarik di aplikasi oren. Ia ingin berbelanja sebenarnya, namun kemarin ia juga baru berbelanja.

Sangat boros.

Dilayar ponselnya, Javino menatap kalung dengan bandul berbentuk hati. Yang dihiasi dengn permata, membuatnya sangat elegan dan menarik perhatian.

Javino mematikan ponselnya, lalu menarik selimut setinggi dadanya saat mendengar suara seperti gerimis.

Mungkin malam ini akan hujan?

Marsel juga sudah selesai dengan panggilan alamnya. Ikut merebahkan diri disebelah Javino, memeluk tubuh yang lebih muda.

"Calm down, don't be afraid. I'm here."

Bisikan itu.. Javino merasa terharu.

Kemudan, ia memejamkan mata. Perlahan, memasuki alam mimpi.

Hujan kali ini, berbeda bagi Javino.

.

.

.

.

Pagi telah tiba, sang surya sudah menyinarkan cahayanya yang begitu terang. Kiauan burung yang khas juga melengkapi pagi ini.

Dengan apronnya, Javino tengah memasak sarapan. Mengingat ada orang lain dirumah ini. Walaupun pembantu lainnya sudah menawarkan diri untuk membantu, tetapi itu ditolak oleh Javino. Yaa, walaupun hal memotong tetap pembantu yang mengerjakan.

"Morning kak Vino..!" Seruan dari tangga tiba-tiba terdengar. Suara melengking itu setelahnya tak terdengar, hanya suara langkah terburu yang terdengar setelahnya.

"Jugaa, duduk gih. Gue mau nyelesain ini dulu."

Ah.. alasan mengapa Javino tak menggunakan aku-kamu saat berbicara dengan Clevio, anak itu sendiri yang meminta menggunakan bahasa non formal saja. Mengingat umur keduanya yang terpaut tak terlalu jauh.

"Gak ah, masa gue numpang disini gak bantu-bantu?" Lalu mengambil alih spatula ditangan Javino. "Lo bikin susu sama kopi aja, kak. Ini biar gue yang nyelesain."

"Okelah, gapapa kan?" Tanya Javino memastikan.

"Gapapaaaaaa, kakak ipaar!!"

Javino tertawa, mengangguk lalu menuju mesin pembuat kopi. Hanya membuat dua cangkir, dan dua cangkir susu putih untuknya serta Clevio.

Tak lama, dua dominan yang sudah rapi dengan pakaian kerjanya turun. Menghampiri submissive masing-masing, dan memberikan kecupan di bibirnya.

Javino sendiri terkejut, karena, ini kali pertamanya Marsel melakukan hsl seperti ini didepan orang lain.

Clevio sendiri sudah memasang senyum lebar, menatap kakak ipar pacarnya yang tengah tersipu malu.

"GEMES BANGET YAALLAH!"

.
.
.

buntu banget ni otak gilaaa
alurnya ngebosenin gasii?? maapkeun otakku yang seperti otak udang ini 😭😁☝🏻


Perjodohan || MarkNoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang