28. Hut RI

9.7K 608 15
                                    

Sore ini Javino baru saja menapakkan kaki dirumahnya dan Marsel. Ia baru saja mengikuti lomba pentung pendil di lapangan bola. Dalam rangka memperingati hari ulang tahun kemerdekaan republik Indonesia yang ke 78 ini. Kita sebagai warga negara harus merayakannya dengan gembira, seperti Javino saat ini contohnya.

Baju putih yang ia pakai kotor dan basah akibat air yang ia pecahkan dari plastik nya. Celana pendeknya juga tak kalah basah, ia juga sempat bermain dengan anak-anak kompleks lainnya.

Wajahnya cemong, putih akibat lomba mengambil koin didalam tumpukan tepung. Tanpa menyuci wajah, Javino langsung pulang. Bahkan ia hampir meninggalkan sandal bebeknya jika saja pak RT tidak meneriaki namanya.

"Pak, mari." Sapa Javino pada satpam yang berjaga di depan rumahnya.

Awalnya satpam itu tak mengenalinya, tetapi saat Javino mengeluarkan suara, akhirnya penjaga itu mempersilahkannya.

Senyum gembira tak dapat luntur dari bibir Javino, mood nya sangat bagus hari ini. Walaupun kulitnya seperti terbakar akibat seharian dibawah sinar matahari.

"Wajah cemong, baju kotor, tidak beralas kaki, dan pulang malam─ apa yang kamu lakukan seharian ini?" Marsel tiba-tiba muncul dibalik pintu. Untungnya Javino tak reflek menampar suaminya itu.

"Mas aja yang gak tau." Lalu Javino menggaruk wajahnya. "Aku habis ikut lomba, seru banget. Aku ikut pentung pendil, ngambil koin di tepung, habis itu mukbang cilok sama anak komplek."

"Oh." Acuh Marsel. "Cepat mandi, jangan lupa keramas. Bau."

Setelahnya, Marsel meninggalkan Javino didalam kamar mandi.

.

.

.

.

Javino sudah segar, dan juga sudah wangi.

Kini ia tengah menggunakan skincare, agar tetap glowing dan kulitnya sehat. Sedangkan Marsel, lelaki itu tengah memperhatikannya dalam jarak yang dekat.

Bagaimana tidak dekat? Javino saja duduk diatas paha Marsel, yang ia gunakan sebagai kursi.

"Lama sekali, seperti wanita."

"Ngomong itu-itu terus ih! Kan biar ku tambah cantik dan tetap slay,"

Javino melanjutkan night routine-nya. Marsel juga sepertinya lelah mengomentari, terbukti dari mulutnya yang sudah terdiam. Namun matanya masih tertuju pada si cantik yang nampak fokus pada aktivitasnya.

"Udaahh!"

Javino memutar tubuhnya hingga menghadap Marsel. Menumpukan kepalanya para bahu yang lebih tua, mengecup singkat rahang Marsel sekali, kemudan menuju pipi tirus lelaki-nya.

"Mas kurusan deh? Apa memang dari sananya kurus?" Heran Javino seraya menusuk-nusuk pipi Marsel.

Marsel hanya mengangkat bahu acuh, lalu melingkarkan tangannya pada pinggang Javino. Merengkuh tubuh yang lebih mungil darinya.

"Tidak tau. Apa iya saya lebih kurus?" Tanya balik Marsel. "Kamu juga, serinh begadang. Jarang makan juga, kan? Makanya pipi kamu sedikit tirus."

"Aku mau diet,"

Marsel menatap Javino tak setuju. "Jangan. Menjadilah Javino yang gembul dan menjengkelkan."

"APA?!"

"Tak perlu teriak, Javino."

Javino hanya meringis, lalu mempertanyakan mengapa ia tak boleh melakukan diet.

"Apa manfaatnya diet? Untuk menguruskan diri? Tak perlu. Kamu sudah sempura untuk saya. Saya suka pipi mochi ini." Jawab Marsel. Lalu ia sadar jika Javino memerah karena jawabannya.

"Sepertinya mochi ini rasa strawberry? Lihat, warnanya merah. Apa rasanya juga seperti strawberry? Haruskah saya coba?"

Javino merasakan pipinya seperti dimakan. Marsel benar-benar memakan pipinya layaknya mochi.

"Sakit tauk! Mas kenapa banyak omong gini dehh??"

"Entahlah, saya juga tak tau." Jawab Marsel sedanya. "Apa mungkin─ saya sudah jatuh pada sosok Javino yang menjengkelkan ini?"

"Buaya darat nyebelin!"

Marsel hanya tertawa kecil, lalu membawa tubuh Javino menuju kasur. Biarlah hal-hal lainnya terjadi, seperti─

"Let's make baby."

"ENGGA!!"

"AKU BESOK ADA LOMBA LAGIIII!!"

"NOUUU! HELP MEE!!"

"TOLONG!! ADA OM OM MESUM!!"

Javino menjerit dramatis. Marsel juga sudah memasang wajah jahilnya.

"Apa salahnya? Berbuat mesum pada istri sendiri?" Tanya Marsel, menggoda.

Bibir Javino mencebik, namun tak dapat dibohongi jika ia juga merindukan sentuhan suaminya itu.

"I want it too. fuck me, daddy."

Rahang tegas suaminya dielus, lalu dikecup. Merambat hingga bibir tipis Marsel, kemudian bibir keduanya bertemu.

"Umhh.."

.
.
.

EIYYY
LAMA BANGET AKU GAK UPP GASIH???
aku sempet kaget, pas aku lihat sebelumnya yang baca 70k+, sekarang udah 90k+ an aja huhu 😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭

telimakacii cemua nna 🥺😖🍭🍼
cebelapa imut ci aku?

oh iyaa, bagi yang belum tau apa itu pentung pendil. pentung pendil itu lomba ya gais wkwk, gini nih, plastik, terus di dalemnya ada air. biasanya airnya dikasih pewarna hijau, atau ngga merah. nah nanti, yang ikut lomba itu harus mecahin plastik itu pake pelepah pisang. yang bikin serunya lagi, orang itu dipakein penutup mata.

gitu lah kurang kebih 😁😁😁

Perjodohan || MarkNoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang