double up niie
.
.
.Javino keluar dari kamar hotel Hevan dan juga Nero setelah mengambil sandalnya, serta mengobrol sebentar untuk berbasa-basi.
Kamar mereka memang sebelahan, dilorong hotel ini juga tak begitu ramai. Hanya ada satu-dua orang yang berlewatan.
Tepat saat Javino akan kembali kekamarnya, tiba-tiba dari belakang ada orang berpakaian serba hitam menyekapnya. Javino memberontak, teriakannya tak akan terdengar siapapun karena kain yang menyumpal mulutnya. Dan karena terlalu lama disekap seperti itu, Javinopun pingsan.
.
.
.
Hal pertama yang Javino lihat saat sadarkan diri adalah tiga lelaki bertubuh kekar duduk mengelilinginya. Tubuhnya sudah tak tertutupi sehelai benang pun. Ia sadar akan hal itu. Ia mencoba berdiri, namun kaki dan tangannya diborgol. Akses pergerakannya juga terbatas, ditambah tatapan mesum dari tiga orang tersebut benar-benar membuatnya semakin takut.
"Mmppphhh!!!"
Javino mengumpat didalam hati, mulutnya ditutup dengan kain agar ia tak bisa berteriak karena ini masih di hotel.
"Mmmmm!! Mmmmppph─ BAJINGAN!!!"
Umpatan Javino keluar begitu saja kala kain yang menutupi mulutnya itu dibuka oleh salah satu dari lelaki tersebut.
"BANGSAT!! LEPASIN GUE!!!! TOLONGGGGG!!!" Javino berteriak. Sedangkan orang-orang yang menyekapnya tadi hanya memperhatikannya.
"Mau apa lo?! Awas aja kalo lo pada macem-macem ke gue!" Ancam Javino. Tetapi tak mungkin tiga lawan satu.
Lelaki yang paling tinggi itu maju, meraba tubuh telanjang Javino dan mengelus pipi Javino.
"Ssstt... Jangan teriak-teriak dong, sayang. Mending teriakin nama kita sambil digenjot aja,"
"SIALAN!!! BRENGSEK LO!! NAJIS! ASU!! LEPASIN GUE!!!!"
Lelaki itu menyeringai, mengode kedua temannya untuk mendekat ke arahnya.
"Langsung aja nih?" Tanyannya.
"Langsung aja, Zer."
Yang dipanggil 'Zer' itu mengangguk dan mendekatkan wajahnya pada wajah cantik Javino.
Javino sendiri hanya bisa menangis, berteriak juga tak ada gunanya. Suaranya sudah habis dan serak. Ia berharap jika seseorang mendobrak kamar ini dan menyelamatkannya.
"Bajingan banget lo pada. Lo siapa sih?!!" Geram Javino. Walau begitu air matanya tak berhenti mengalir.
"Santai dong, manis. Nih kenalin, yang rambut cokelat itu Kaziel, dan yang rambut hitam itu Alvin. Dan gue... Lo pasti kenal, gue Zero. Orang yang cintanya pernah lo tolak."
Nafas Javino tercekat. Zero.. bukannya lelaki itu bunuh diri─ menusuk dirinya sendiri dengan pisau? Lalu... Bukankah ia dikabarkan sudah meninggal karena bunuh diri?
"Javino, gue cinta banget sama lo. Gue rela bunuh diri gue sendiri asalkan lo percaya sama cinta gue."
Kata-kata dari lelaki itu yang sampai sekarang masih menghantui dirinya.
"STOP! ZERO UDAH MENINGGAL SIALAN!" Teriak Javino frustasi. Kepalanya sedikit pusing akibat terlalu banyak berteriak.
Kini Zero yang mendekati Javino.
Cup..
"Gue masih hidup, cantik. Tuh, gimana rasa bibir gue?" Tanya Zero membuat emosi Javino semakin meningkat.
"S─ sialan! Bangsat! Sia-sia gue ngeyakinin pacar lo itu gara-gara lo nusuk diri lo sendiri! ABANG GUE YANG JADI KORBANNYA, BAJINGAN!!"
Zero menutup telinganya. "Mending diem. Nikmatin apa yang kita kasih ke lo."
Javino menatap ketiga orang didepannya dengan tatapan penuh kebencian. Hingga ketiga lelaki itu telanjang bulat sepertinya.
Zero melumat bibir Javino dengan ganas, yang tentunya tak dibalas oleh Javino. Sedangkan Alvin, lelaki itu bermain dengan puting susu Javino. Melumat serta menyesap tonjolan gemas tersebut. Dan Kaziel, lelaki itu duduk di samping Javino, jemarinya berusama masuk kedalam lubangnya yang menyempit.
Javino menahan suara laknat yang akan keluar dari belah bibirnya, ia tak menyukai permainan ini. Ia sangat tak suka. Ia berharap Marsel segera datang dan menolongnya.
Setengah jam berlalu dengan cepat, tetapi lama bagi Javino yang masih mengeluarkan isak tangisnya.
"Ahhhnn sialanhh lo hhh Zhero bangsathhh!!" Javino terus mengumpati Zero yang sedang menikmati lubangnya. Penis lelaki itu masuk sempurna didalam lubangnya.
"Zer, minggir. Gue juga mau," Ujar Alvin. Zero langsung saja menghentikan sodokannya, lalu mengangkat tubuh javino agar temannya itu dapat memasukkan penisnya juga dari bawah.
Tangis Javino semakin deras, sodokan dari Zero dan juga Alvin membuat lubangnya seperti sobek. Sangat sesak menampung dua penis besar dan juga panjang.
"Akhhh ahh hhh keluarinhh! Awashh aj─ MMPPPHHH!!"
Javino tak sanggup menahan tangisnya lagi, penis Kaziel yang menganggur tadi dimasukkan kedalam mulutnya.
"Jangan digigit!!" Ancam Kaziel yang sepertinya tau niat Javino.
Javino tak hanya mendapatkan siksaan fisiknya, namun mentalnya juga. Bulan madunya sangat hancur. Ia menyesal meminta Marsel untuk membawanya ke Korea.
Tamparan, umpatan, serta kalimat yang membuat hatinya sakit dilontarkan oleh tiga laki-laki yang sedang memperkosanya itu hingga berjam-jam.
Samar-samar Javino dapat mendengar suara pintu yang didobrak, serta wajah Marsel yang juga sedang menatapnya dengan penuh emosi, bukan khawatir.
.
.
.
aiyeeee~
ini ceritanya flashbacknya yaa!otak aku lagi bekerja, jadi lumayan lah ya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Perjodohan || MarkNo
RomanceSi manja Javino dijodohkan dengan si cuek bebek Marsel? benar-benar diluar dugaan seorang Javino. ─ bl, gay, istilahnya cowo sama cowo. ─ harsh word, dirty talk, mature content. ─ baku + non baku. ─ lokal. ─ fiksi! ─ jangan salpak please! RANK 🏅ran...