40. Kucing birahi

9.6K 314 3
                                    

⚠️
─ 

Pada awalnya, mereka hanya dijodohkan karena alasan yang belum diketahui sampai sekarang. Sangat aneh namun nyata. (hanya Javino saja yang belum tahu)

Hidup Marsel semulanya monoton tanpa warna. Tapi saat ia melihat bocah dengan kaos oversize kala itu, ia jatuh cinta. Pertama kalinya ia merasakan hidupnya berguna─untuk orang lain.

Kini bocah itu terduduk diatas pahanya dengan tenang tanpa gangguan sedikitpun dengan aktivitasnya yang tengah membuat tanda pada leher sang suami walaupun hasilnya samar.

"Lo susah banget ditandain!"

Marsel menatap Javino datar namun tajam, dahinya berkerut tak suka mendengar Javino memanggilnya dengan sebutan 'lo'.

"Lo? Say it again."

Javino menggeleng di dada bidang Marsel.

"Mas maksudnya.."

'efek keseringan main sama manusia setengah setan kek hevan nih kayaknya'

Javino dapat merasakan tangan Marsel menelusup kedalam piyama yang ia gunakan. Tangan besar dan berurat itu mengusap perutnya, kemudian naik keatas hingga menyentuh kedua putingnya.

"Nnhh─"

Javino meremas tangan Marsel agar berhenti. Sungguh, ia tak tahan jika mendapatkan sensasi geli dan nikmat yang bersamaan.

Tangan kanan Marsel yang tidak digunakan menarik wajah Javino agar menatapnya. Membelai wajah cantik itu dengan perlahan. Ia menikmati wajah Javino yang tampak frustasi karena ulahnya sendiri.

Ibu jarinya mengusap bibir pink alami Javino, kemudian jari telunjuk dan jari tengahnya diarahkan agar sejajar dengan mulut kecil itu.

"Suck it."

Javino menurut. Perlahan ia memasukkan kedua jemari itu, menghisapnya seolah-olah tengah menghisap penis suaminya. Ia menjulingkan mata, menatap sayu Marsel dengan nafasnya yang memburu.

"U─udah,"

Marsel mengangguk sebagai jawabannya. Dengan mudah ia membalikan tubuh Javino menjadi tengkurap diatas pahanya, dengan perlahan membuka celana anak itu lalu membuangnya ke sembarang arah, tak lupa celana dalam berwarna hitam juga ia lepaskan.

Ia meludahi lubang Javino, mengarahkan kedua jarinya yang berlumuran liur Javino yang sudah sedikit mengering. Bokong Javino ia naikkan sedikit hingga menungging, desahan tertahan Javino keluarkan karena kedua jari Marsel langsung menyentuh titik nikmatnya dengan telak.

"Nghh─ahh!"

Javino mencapai puncaknya. Cairan kental langsung menyembur mengotori sprei dan perutnya, hanya dengan jemari saja ia bisa segila ini.

"Pfft--" Marsel menahan tawanya agar tak pecah.

Wajah Javino memerah hingga telinga.

"Jangan ketawa!" Kemudian ia menyenderkan kepalanya di dada Marsel.

Keduanya terdiam cukup lama, entah Javino maupun Marsel, keduanya sama-sama tidak ada rencana untuk berbicara.

"Ini nggak dilanjutin gitu?" Tanya Javino dengan nada kebingungan, tapi setelahnya tubuhnya langsung berada dibawah Marsel.

Marsel menarik dagu Javino hingga bibir sang istri mengerucut, dikecupnya pelan bibir kesukaannya dengan perlahan hingga mendapatkan balasan kecupan dari Javino. Lumatan pelan ia berikan, lama kelamaan lumatan itu menjadi lebih tergesa. Lidah Javino dihisap, bibir bawahnya digigit, semuanya diberikan sensasi nikmat yang baru Javino rasakan setelah sekian lama.

Pekikan pelan Javino lontarkan saat milik Marsel mulai memasukinya. Tangannya mencengkram erat punggung Marsel hingga meninggalkan bekas, Javino menghembuskan nafas agar lebih rileks dan mulai menyesuaikan milik Marsel yang berada didalamnya.

"Ahh.."

Pinggul Marsel mulai bergerak dengan tempo sedang, tangan Javino berganti mencengkram sprei hingga kusut. Bahkan seperti ini pipinya masih saja berbekas rona kemerahan.

Milik Marsel menyentuh sesuatu didalamnya yang terasa kesemutan, Marsel menyadari itu dan menanamkan miliknya lebih dalam dan kuat.

Cairan kental mengotori perut Javino, tubuhnya sangat sensitif, ditambah tangan Marsel menggoda putingnya yang ikut tegang.

"Shhh Javino.. you make me crazy." Marsel menggeram rendah. Ia menaikkan kaki Javino keatas pundaknya, sedangkan tangan anak itu yang menggenggam sprei ia genggam. "I wanna cum."

Tubuh Javino terhentak-hentak akibat pergerakan dari Marsel─yang bisa dibilang sangat brutal.

"Nghh─ a-aku juga,"

"Together, sayang."

Setelahnya kepala Javino mendongak, dadanya kembang kempis karena nafas yang tak beraturan. Dahi Marsel ia kecup, setelahnya ia dapat merasakan tubuhnya melayang karena Marsel yang membopongnya menuju kamar mandi.

Momen langka seorang Marsel cukup dengan satu ronde, mungkin karena Javino yang tengah mengandung anaknya.

Javino bernafas lega.

----

aduuuu aku menghilang bagaikan ditelan bumi ya 😔🤝

ckckck i'm sorry my all readers, aku akhir-akhir ini sibuk uwuwuwuwiwu bcs aku daftar osis (pdhl iseng) dan aku keterima 😇😇

btw aku waktu tanggal dua puluh ultah tauk 👉🏻👈🏻 ucapin dong 🥺🥺🥺🥺🥺🥺🥺🥺🥺🥺😟🥺

Perjodohan || MarkNoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang