CHAPTER 2

63K 3.2K 432
                                    

Selepas menyelesaikan masalahnya dengan si mahasiswi pirang di kafe tadi, Elder lekas mengambil jam mengajarnya lagi. Di depan ia menjelaskan, namun matanya sesekali melihat ke bawah meja.

Jangan tanya apa yang diliriknya di bawah meja. Tentu saja kue apem mahasiswinya yang berbalut celana dalam pink, tembam dan tampak empuk. Belahannya terlihat menggiurkan, juga sepertinya dicukur botak licin.

Sebenarnya Elder tidak berniat melihat ke situ, itu tidak sopan. Tapi si pemilik apem benar-benar sengaja membuka kakinya lebar-lebar sampai rok seksinya sungguh terbuka. Bahkan sambil menggigit ujung pulpen ia juga memperhatikan Elder, semakin lebar mengangkangkan kedua kakinya serta merta tersenyum genit.

Jadi laki-laki mana yang tidak akan tergoda jika diberi pemandangan indah begitu? Terlebih gemuk, tembam, botak, gratis pula. Dan sungguh, belahannya itu benar-benar mulus, lebih mulus dari perjalanan hidup.

Masih dalam posisi menjelaskan, tiba-tiba si pemilik apem menuliskan sesuatu di buku kemudian dia hadapkan bukunya kepada Elder di depan. Sekilas Elder melihat ke arah buku itu, membacanya.

"Aku sudah selesai datang bulan."

Elder melirik mahasiswinya, satu lagi pacar omong kosongnya di kampus. Baru genap sebulan mereka berpacaran, dan tentunya perempuan itulah yang mengajak Elder berpacaran lebih dulu.

"Aku juga sudah mencukurnya sampai botak."

Sekali lagi Elder membaca tulisan di buku yang pacarnya tuliskan. Sudah Elder tebak, memang terlihat botak. Tapi sayang, kacangnya hitam.

Cling!

Si mahasiswi mengerlingkan satu matanya kepada Elder sembari menggigit bibir bawahnya memasang mimik gatal. Andai hanya mereka sendiri di kelas, mungkin saja Elder sudah menghantamnya di meja, di kursi, atau di plafon jika memang bisa sambil bergantungan seperti monyet.

20 menit kemudian, setelah jam mengajar usai, Elder dengan pacarnya lalu membuat janji untuk bertemu di toilet. Tidak perlu berlama-lama, benar-benar mereka memanfaatkan waktu yang ada.

Setelah hampir 10 menit, keduanya pun keluar dari dalam kamar mandi dengan napas sesak tersengal. Elder sampai berkeringat, dia benarkan kemeja serta kaca matanya. Lebih dulu berjalan sementara si mahasiswi masih sibuk membenarkan rok juga bra-nya, lalu tidak lagi memakai celana dalam karena tadi jatuh ke dalam kloset.

Tidak apa, biarkan terkena angin. Kebetulan setelah dihantam kuenya menjadi merah dan agak panas. Biarlah angin menerjangnya, membelai bibir dowernya, dan mendatangkan rasa semeriwing yang menyejukkan.

"Ouch... kau jadi bengkak dan merah," ucap si mahasiswi seorang diri. Prihatin kepada apem botaknya.

****

Karena jam mengajarnya telah selesai, Elder lalu putuskan untuk pergi mendatangi bengkel Todorov. Jaraknya memang agak jauh, menempuh waktu satu jam untuk ke sana. Tapi tidak apa, hitung-hitung ia menjenguk adik bontotnya.

Dengan laju sedang Elder mengendarai mobil, sembari merokok dan meminum satu kaleng soda dingin. Penampilannya belum berubah, masih memakai setelan juga kaca mata bening.

Ini masih pukul dua siang. Sekalian saja ia mengajak Todorov untuk nanti makan bersama. Tapi mungkin Todorov sudah makan, karena biasanya kekasih lelaki itu datang membawakan Todorov makan siang ke bengkel.

Setelah satu jam, Elder lalu sampai ketika bengkel Todorov sedang ramai-ramainya. Diusia muda Todorov telah berhasil menjadi bos bengkel dengan memiliki empat karyawan tetap, empat dengan dirinya sendiri yang juga ikut bekerja jika tidak pergi ke kampus atau sepulang kampus.

SECONDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang