CHAPTER 33

25K 2.1K 1.6K
                                    

Mari vote sebelum membaca!

Dan kalian bisa follow akun NihBuatJajan punyaku agar tidak ketinggalan konten-konten ekslusif. Bisa juga kalian lihat-lihat ceritaku yg full version di sana. Linknya ada di bio instagram 🍂🍁

 Linknya ada di bio instagram 🍂🍁

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

****

Rahang Joan mengetat, dia kepal tangannya kuat-kuat siap untuk memberi bogem super kepada Toni. Sudah didengarkan curhatan omong kosongnya tentang kehidupan, sudah diberi sedikit uang, masih saja mengetuk-ngetuk pintu rumah Joan di pukul sebelas malam ini.

Cepat-cepat Joan berjalan menuju pintu. Andai dia badak, mungkin saja asap sudah keluar dari kedua hidung mancungnya itu.

"Apalagi, binatang?!"

Spontan Joan memundurkan kepala, sontak membelalak tatkala yang dijumpainya adalah Elder dan bukan Toni. Di depan pintu Elder berdiri gagah, memegang dua cup kopi yang masih mengeluarkan uap panas.

Satu alis Elder terangkat kecil, memasang mimik terkejut. Kaget dirinya dipanggil binatang padahal dia datang baik-baik, bukan untuk disembelih.

"Binatang?" Celetukkan Elder membuat Joan segera menggeleng cepat serta melambai-lambaikan tangan.

"Tidak, kau salah paham. Maaf, kupikir kau Toni," sahut joan menjelaskan. Setelahnya dia menengok ke luar, melihat ke kiri dan kanan dan ternyata Toni sudah pergi.

Sekarang Elder justru memasang mimik datar. "Kalian bertemu lagi?"

"Ck, dia datang dan bercerita tentang istrinya yang ingin menggugat cerai. Lagi pula perempuan mana yang mau bertahan dengan lelaki pemabuk dan malas bekerja sepertinya. Baguslah istrinya menggugat cerai," urai Joan bercerita, sama sekali tak terpikirkan apa-apa.

"Kau tidak mengerti maksudnya?" Kening Elder sedikit berkerut.

"Maksud apa?"

"Dia memberi kode agar kau kembali padanya. Setelah dia dan istrinya bercerai, dia berharap kau mau kembali dan meneruskan rumah tangga kalian yang sempat terjeda."

Kritis sekali pemikiran Elder, cepat sekali dia menangkap sesuatu dalam hitungan detik. Joan hanya bercerita demikian namun dia sudah dapat mengobservasi sejauh itu.

"Tidak ada. Akan kupukuli dia sampai tewas jika berani mengajakku kembali padanya. Si kere itu bagusnya dipukuli dan diseret di sepanjang aspal," balas Joan. Sempat mengibas tangannya sekali lalu bersedekap.

Elder terkekeh. "Lupakan Toni, mari duduk minum kopi denganku." Satu cup kopi Elder berikan pada Joan.

Saat Joan sedang menghirup aroma kopi miliknya, lantas Elder tarik setangkai mawar yang dari tadi dia selipkan di balik jaket. Tanpa berucap apa pun Elder sodorkan setangkai mawar merah itu kepada Joan. Berkedip, Joan melirik ke arah setangkai mawar dan melihat juga wajah Elder yang tersenyum manis.

SECONDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang