Selamat meramaikan 🌹
****
"Tidurlah. Semoga harimu menyenangkan dan lekas menerimaku."
"Dia itu gila atau apa? Sudah akan bertunangan dan menikah, tapi bisa-bisanya dia masih ingin aku menerimanya. Otaknya itu di kepala atau di anus sebenarnya."
Joan bermonolog, mencibir Elder saat dirinya mengingat kembali percakapan mereka semalam.
Akal sehatnya seolah tak sampai untuk memahami isi kepala Elder. Ia sering melihat pria bajingan di mana-mana, ayahnya pun bajingan, bahkan cinta lamanya pun seorang bajingan.
Namun, untuk Elder, pria itu sudah beda kategori. Bajingannya benar-benar bajingan pangkat dua, sudah tidak dapat lagi Joan pahami sisi warasnya. Atau jangan-jangan pria itu memang tidak waras, pikir Joan kembali.
"Herannya para berengsek seperti mereka justru selalu dipertemukan dengan wanita baik-baik," ucap Joan sambil dia gosoki body mobilnya.
Joan berjongkok, menyemprot kolong mobil di bawah. "Mereka selalu dicintai dengan tulus, dan itu membuat mereka semakin besar kepala. Jika ada yang lebih menjijikkan dari setumpuk tahi anjing, maka para bajingan seperti Elder-lah jawabannya."
Sesekali Joan menggeleng samar-samar. Ekspresi wajahnya tampak geram, semua pria yang berada di dekatnya selalu memiliki sifat keparat, berengsek, bajingan dan layak disebut binatang.
Dan rata-rata mereka selalu memiliki wanita yang amat tulus mencintai. Seperti Christy kepada Elder contohnya, batin Joan, merasa miris dan geli di satu waktu.
"Christy atau siapa pun itu namamu, cepatlah sadar. Buka matamu, Sayang. Sadarlah, pria yang kau cintai itu tak layak mendapatkan cintamu. Jangan kau tergiur pada parasnya yang rupawan atau dompetnya yang tebal. Semua itu akan sia-sia, sekali bajingan, selamanya tetap bajingan," tutur Joan seorang diri masih sambil menyemprot dan menggosok body mobilnya.
Ia ingin sekali mendatangi Christy dan memberitahu segalanya kepada wanita itu. Tapi di sisi lain, Joan merasa itu bukanlah urusannya.
"Jangankan cinta darimu yang perempuan baik-baik, Elder bahkan tak pantas mendapatkan cinta dariku, kendati aku pun bukan wanita benar," sambung Joan.
"Kuharap kau segera sadar dan membatalkan pernikahan kalian. Kau layak mendapatkan pria yang jauh lebih baik darinya. Pria bernafsu binatang bagai anjing liar jantan sepertinya itu tak pantas bersanding bersama wanita baik-baik. Besar kemungkinan setelah menikah pun dirinya masih akan tetap memelihara kebajingannya itu."
"Apakah pria bernafsu binatang itu aku?"
Sontak Joan terkesiap. Ia terkejut sampai menahan pelototan, berbalik badan lalu ia temukan Elder di belakangnya.
Pria itu terlihat baru selesai mandi. Sambil memegang cup kopi yang masih mengeluarkan uap panas, dia juga mengunyah roti di mulut. Elder lalu duduk pada kursi kayu panjang yang tersedia. Di situ ia menyilangkan kaki.
"Untuk apa kau ke sini?" papar Joan. Nada bicaranya berubah galak.
"Mencuci mobil," sahut Elder. Dia menggigit rotinya lagi. "Semalam aku pulang ke Todorov. Dan hari ini sebelum ke kampus, aku ingin mencuci mobilku dulu di pencucianmu," urai pria itu.
Ia melihat-lihat ke sekitar, menemukan dua orang pekerja Joan yang sibuk, dan anak-anak sekolah yang lewat berjalan kaki dengan ramai-ramai. Tidak jauh dari lokasi rumah Joan, terdapat sebuah sekolah yang terkenal di daerah situ.
"Jangan sampai wajahmu itu kubuat babak belur di sini. Silakan pergi, aku sudah bersumpah untuk tidak akan lagi bertemu denganmu," timpal Joan serius.
Elder melempar roti sisanya ke tempat sampah terdekat kemudian ia menyeruput kopinya. Setelah itu dia menatap Joan, terkekeh lantas mengeluarkan bungkus rokok dari saku celana.
KAMU SEDANG MEMBACA
SECOND
RomanceFollow untuk membuka bab-bab yang dikunci melalui web ! 21+ || ADULT ROMANCE She said : ❝Sebab bagi mereka yang terhormat dan bermartabat, dalam mencintai pun harus setara.❞ He said : ❝Segala perbedaan akan kalah telak pada hebatnya cinta yang tak...