CHAPTER 38

25.7K 2.3K 1.4K
                                    

Selamat membaca.
Mari ramaikan <3

****

Memuakkan, adalah satu kata yang memenuhi kepala Todorov. Muak, benar-benar muak, amat muak, sungguh muak. Muak kepada Joan, muak kepada Elder, muak kepada kedua orang tersebut.

Dengan adanya kejadian ini, Todorov menjadi sangat belajar mengenai cinta. Bukti nyata cinta dapat membodohkan seseorang, bahkan bagi dia yang memiliki gelar pendidikan tertinggi sekalipun. Elder-lah buktinya, saudaranya sendiri, dan itu memuakkan, demi apa pun.

Benar hari ini niat Todorov adalah untuk menemui Elder untuk membahas mengenai semua ini. Namun betapa beruntungnya Todorov dia pun dapat berjumpa sekaligus dengan Joan, memancing emosinya kian menanjak tinggi sampai-sampai rasanya ia hendak meledak.

Usai melontarkan semua perkataan tajamnya kepada Joan, Todorov memacu trail kerennya untuk mengejar Elder. Laju, kencang Todorov mengemudikan trail berknalpot garangnya, bahkan tak peduli jika pagi ini ia harus menabrak seseorang.

Tidak sampai sepuluh menit, dari jarak seratus meter sorot tajam Todorov berhasil menemukan Elder di depan. Dosen itu melaju santai, tidak terlalu laju.

Rasanya Todorov gelap mata, otak jahatnya memaksa agar Todorov menabrak motor Elder dari belakang, namun fakta bahwasannya mereka adalah saudara kandung, membuat Todorov mati-matian menahan diri hingga ia remas amat kuat kedua gagang gas.

Akan tetapi, sekuat apa pun Todorov berusaha menahan diri, ia tak sanggup untuk tidak melakukan sesuatu. Seperti prinsip para trah Scott, pria atau wanita, salah tetaplah salah, takkan ada pilih kasih antara Joan dan Elder.

Sampai ketika motor mereka hanya berjarak sekitar tiga puluh meter, sudah dekat, Todorov katupkan rahang tegasnya kuat dan dibalik helm mata lelaki itu melotot nyalang.

Suara tabrakan pun tercipta, terdengar kini pekikan beberapa orang wanita di tepi jalan yang hendak menyeberang. Sebuah mobil sampai berhenti lalu pengemudinya turun namun tidak berani mendekat.

Todorov hantamkan motor mereka, dia tabrak motor Elder dari belakang hingga Elder beserta motornya tumbang lalu terseret sekitar lima meter di aspal. Pun Todorov ikut terpental, ia jatuh terbalik dari motor kemudian trailnya menabrak pembatas jalan raya.

Tidak sampai satu menit Todorov sudah bangkit, gagah ia berdiri mengabaikan luka pada lutut juga kedua tangannya yang mencukur aspal barusan.

Berlapis emosi serta merta kemuakkan pada titik akhir, Todorov melepas helmnya kemudian ia banting ke aspal seraya terus bergontai menghampiri Elder di depan.

Sesaat Elder pening, celana bagian paha dan lututnya sampai robek mencukur aspal. Kepala berbalut helmnya yang menghantam jalan pun sedikit memar di dalam. Dengan pandangan cukup buram Elder mendongak, susah payah ia bangkit berdiri, melihat adiknya Todorov sudah mendekat dengan mimik datar namun rahang mengencang amat tegas.

Elder mendesis, rasa pusingnya semakin menjadi-jadi, namun ia tahu pasti bahwa yang dilihatnya itu adalah benar Todorov, Todorov-lah yang menabraknya dari belakang. Dengan telapak tangan berdarah-darah Elder mencoba melepaskan helm dari kepalanya.

"Todorov, kau—"

Suara Elder lenyap. Todorov layangkan satu tinju super kuat penuh amarahnya kepada mulut Elder yang kontan tumbang kembali ke aspal, jatuh tertidur lalu helmnya terlepas.

"Bangun!" bentak Todorov tinggi, berteriak besar lalu dia angkat Elder berdiri dengan cara menjambak kuat surai dosen tersebut.

Seketika Elder tersadar, ada hewan buas yang akan mengoyaknya pagi ini.

SECONDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang