Karena harus menunggu sampai malam itu terlalu lama, Elder pun memutuskan untuk mendatangi langsung rumah Joan Rue ketika ia akan pulang.
Begini motonya Elder sekarang. Kalau suka, trabas, kejar, jangan berhenti. Urusan perempuan itu menyukai balik atau tidak, itu urusan belakang. Setidaknya mencoba daripada berakhir diambil orang lain sebelum berusaha. Dan ini dia belajar dari pengalaman hidup, belajar dari kisah lalu.
Pelan, santai-santai Elder mengemudikan mobilnya. Dari kejauhan ia sudah dapat melihat sebuah pencucian mobil dan motor, pencucian milik Joan Rue.
Tepat sekali, pas betul ada Joan yang sedang mencuci sebuah mobil. Perempuan itu memakai tanktop, headband, dan sibuk menggosoki body mobil. Ada pula beberapa pekerja lelaki lain yang juga sibuk membersihkan bawah-bawah kolong mobil, menyemprotnya dengan selang air.
Sudah pukul empat sore dan pencucian milik Joan sedang ramai. Para pemilik-pemilik kendaraan sementara duduk di kursi yang tersedia sembari memperhatikan Joan beserta pekerjanya mencuci kendaraan-kendaraan mereka. Gesit, cekatan dan terampil mereka semua dalam membersihkan.
Penuh percaya diri Elder memarkirkan mobilnya di depan pencucian. Dia lalu turun setelah menyesap habis rokoknya.
"Selamat sore," sapa Elder. Memakai kaca mata agar terlihat lebih berwibawa. Ia juga melinting lengan kemejanya sampai ke siku.
"Sore." Salah satu pekerja Joan menyahut sambil melicinkan body mobil pelanggan.
Joan belum melihat Elder. Dia fokus membersihkan busa-busa mobil dengan kencangnya semprotan air.
"Maaf? Bisa kau mencuci mobilku?" Lagi. Dengan percaya diri Elder lalu menghampiri Joan.
Joan yang langsung menoleh seketika mimiknya mendatar, sementara tangannya yang memegang selang air pun mematung. Menyemprot body mobil namun pandangannya ke arah Elder di depan.
Bukan apa. Tetapi pria di depannya ini benar-benar sok akrab. Mulai dari mereka pertama jumpa satu setengah tahun lalu sampai tadi di bengkel, pria ini benar-benar berlagak seakan mereka telah saling mengenal sedari orok. Benar, akhirnya Joan sudah mengingat wajah Elder.
"Bisakah kau memandikannya? Dia sangat kotor," celetuk Elder. Menunjuk kepada mobilnya yang terlihat masih bersih.
"Vin, tolong kau cucikan mobil lelaki ini," teriak Joan. Meminta salah satu pekerjanya yang mencucikan mobil Elder. Dia sibuk, tidak mau diganggu.
Elder terkekeh. Sadar jikalau Joan tak suka melihat kedatangannya. Dan ini menyenangkan.
"Kau tak suka aku mencuci mobilku di sini, Miss Rue?" tanya Elder. Tak peduli kepada mata-mata yang memperhatikan mereka.
"Duduklah, Mr. Delvecchio. Kecuali kau pun ingin dimandikan," papar Joan tanpa melihat. Sudah kembali menyemprot.
"Tak apa jika kau yang bersedia memandikanku."
Kilat Joan menoleh lagi, menilik Elder dengan satu alis terangkat tipis. Sementara yang ditilik tertawa pelan, mengulum bibir kemudian memainkan kedua alisnya untuk Joan.
"Duduk. Jangan mengganggu orang bekerja," titah Joan datar. Dari awal mimik Joan memang selalu terlihat datar.
"Di mana?" tanya Elder. Sengaja agar Joan mau berbicara lebih banyak padanya.
"Dipangkuan Bapa di sorga."
Elder tertawa. Ia tertawa sampai semua orang kembali melihat ke arah mereka.
"Nona, begini." Elder berhenti tertawa namun masih tersenyum-senyum merasa lucu. Tentu lucu, secara tidak langsung Joan menyuruhnya ke rumah Tuhan.
"Jadi wanita itu jangan terlalu ketus. Bagaimana lelaki mau mendekatimu jika kau ketus dan galak begini? Belum lagi katanya kau jago bela diri, tentu saja mereka takut untuk mendekatimu," tutur Elder. Satu tangannya menekan body mobil dan satu lagi tangannya berkacak pinggang.
KAMU SEDANG MEMBACA
SECOND
RomanceFollow untuk membuka bab-bab yang dikunci melalui web ! 21+ || ADULT ROMANCE She said : ❝Sebab bagi mereka yang terhormat dan bermartabat, dalam mencintai pun harus setara.❞ He said : ❝Segala perbedaan akan kalah telak pada hebatnya cinta yang tak...